Kesehatan
Telinga Berdering, Apa yang Harus Dilakukan?
Pernahkah Anda mengalami telinga berdering? Lalu apa yang harus dilakukan agar tidak memperburuk keadaan? Berikut ulasan selengkapnya!
Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM - Tinnitus adalah suara di kepala tanpa adanya sumber suara suara dari luar (eksternal).
Bunyi yang paling umum adalah dering, bisa terjadi di satu telinga maupun kedua telinga.
Bunyi yang terdengar juga bisa terjadi konstan, putus-putus, stabil, atau berdenyut.
Hampir setiap orang pernah mengalami tinnitus, umumnya dalam waktu singkat setelah berada di lingkungan yang bising, misalnya konser.
Ketika berada di lingkungan dengan suara bising dalam waktu yang cukup lama, dapat memicu tinnitus.
Tapi juga bisa karena faktor usia. karena penderitanya kebanyakan lansia, namun bukan berarti anak muda tak bisa mengalaminya.

Gelombang suara berjalan melalui saluran telinga ke bagian tengah dan dalam, di mana sel-sel rambut di koklea membantu untuk mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik.
Kemudian berjalan ke korteks pendengaran otak melalui saraf pendengaran.
Tinnitus bisa terjadi ketika sel-sel rambut rusak karena suara keras atau obat.
Sirkuit di otak tidak menerima sinyal, dan ini dapat menstimulasi aktivitas abnormal pada neuron yang menghasilkan ilusi suara atau tinnitus.
Apabila telinga berdenging terjadi selama lebih dari enam bulan, maka disebut tinnitus kronis.
Tinnitus bersifat subyektif, artinya hanya orang yang mengalaminya dapat mendengar suara itu.
Kebanyakan tinitus bersifat subyektif, artinya hanya Anda yang dapat mendengar suaranya. Tapi terkadang itu obyektif, artinya orang lain juga bisa mendengarnya.
Berikut beberapa cara untuk meredakan efek dari tinnitus, dilansir Tribunjogja.com dari resmi Harvard Health Publishing, Harvard Medical School.
1. Jaga pola makan
Kondisi kesehatan secara umum dapat memengaruhi tinnitus, jadi jagalah pola makan, lakukan olahraga teratur, dan tidur cukup.
2. Masking
Jika cukup sering mengalami telinga berdering, bisa melakukan masking.
Alat masking dipakai seperti menggunakan alat bantu dengar. Dia akan menghasilkan white noise tingkat rendah yang dapat mengurangi persepsi (daya tangkap) tinnitus.
3. Kurangi stres
Tinnitus mungkin membuat stres, tapi stres justru akan membuat tinnitus lebih parah.
Jika sulit mengurai stres, bisa mencoba Biofeedback.
Biofeedback adalah teknik relaksasi yang membantu untuk mengendalikan stres dengan mengubah respons tubuh.
4. Terapi
Apabila tinnitus sudah terjadi cukup rutin dan konstan dalam waktu yang lama, bisa mencoba beberapa terapi, di antaranya Cognitive behavioral therapy (CBT) dan Tinnitus retraining therapy (TRT).
CBT menggunakan teknik seperti restrukturisasi kognitif dan relaksasi untuk mengubah cara pasien berpikir tentang dan merespons tinnitus.
Terapi ini biasanya dilakukan jangka pendek, rutin per minggu selama dua sampai enam bulan.
Sementara TRT didasarkan pada asumsi bahwa tinitus dihasilkan dari aktivitas neuron abnormal. Tujuannya adalah untuk membiasakan sistem pendengaran dengan sinyal tinnitus, membuatnya kurang terlihat atau kurang mengganggu.
( Tribunjogja.com | Fatimah Artayu Fitrazana)