BREAKING NEWS: Sejumlah Wilayah di Magelang Hujan Abu Pascaletusan Gunung Merapi

Hujan abu sendiri terpantau tipis dan berlansung beberapa saat. Abu terpantau menempel di jok motor dan dedaunan.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ikrob Didik Irawan
Twitter BPPTK
Merapi meletus, Senin (14/10/2019) 

TRIBUNJOGJA.COM - Hujan abu sempat terjadi di sebagian desa di dua kecamatan di Kabupaten Magelang, Senin (14/10) pascaterjadi awan panas letusan Gunung Merapi sekitar 16.30 WIB sore tadi.

Hujan abu yang turun terpantau tipis.

Kepala BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto, mengatakan, awal mula terjadi awan panas letusan di Gunung Merapi, Senin (14/10) sore tadi sekitar pukul 16.30 WIB.

Hujan abu tipis kemudian turun di sebagian desa di dua kecamatan.

Sebaran hujan abu yakni di Desa Ngargosoko, Mranggen, Srumbung di Kecamatan Srumbung dan Desa Sumber, Ngargomulyo, Kalibening, Ngadipuro, Mangunsoko di Kecamatan Dukun.

"Sebaran abu di tiga desa di Kecamatan Srumbung dan lima desa di Kecamatan Dukun," ujar Edy, Senin (14/10).

Hujan abu sendiri terpantau tipis dan berlansung beberapa saat. Abu terpantau menempel di jok motor dan dedaunan.

Atas kejadian ini, BPBD pun langsung berkoordinasi dengan BPPTKG dan melakukan kaji cepat ke wilayah KRB III.

"Kami langsung koordinasi dengan pihak BPPTKG dan kaji cepat BPBD Kabupaten Magelang ke wilayah KRB III," tutur Edy.

Sementara itu, Kepala Desa Dukun, Tanto Heriyanto, membenarkan adanya hujan abu di wilayahnya.

Hujan abu turun tipis di Desa Dukun sesaat setelah letusan awan panas tersebut. Terkait letusan, tidak ada getaran terasa, hanya terlihat asap.

"Ya seputaran Srumbung dan Dukun hujan tipis-tipis. Sebagian wilayah Dukun hanya abu tipis.Kejadiannya kuraang lebih setengah jam yang lalu. Tidak terdengar getaran, hanya terlihat asap saja. membumbung ke atas," ujar Tanto.

Sementara itu,Bayu, warga Desa Dukun, mengatakan hujan abu turun tipis sesaat setelah letusan.

Abu terpantau di daun dan jok motor. Arah angin membawa abu turun ke wilayah Desa Dukun.

"Arah angin sesaat setelah letusan, ke arah barat daya magelang," tuturnya.

Untuk diketahui, terjadi awan panas letusan di Gunung Merapi pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 16:31 WIB.

Awan panas terekam di seismogram dengan durasi 270 detik dan amplitudo 75 mm.

Terpantau kolom setinggi max. ±3.000 m dari puncak. Angin bertiup ke arah Barat Daya.

Magma

Magma

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi (BPPTKG) memantau produksi magma Merapi. Meski tak terlihat jelas, namun ada gejala peningkatan produksi magma sejak tiga bulan terakhir.

Kasi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan bahwa hingga saat ini produksi magma masih berlangsung.

"Suplai magma masih berlangsung dan cukup intensif, dari data informasi ada peningkatan tiga bulanan ini. Kami pantau seismisitas dan deformasi, ada gejalanya,"katanya saat jumpa pers di BPPTKG, Senin (23/9/2019).

Ia menjelaskan bahwa Gunung Merapi masih diperkirakan mengeluarkan awan panas.

Terkait dengan awan panas letusan yang terjadi Minggu (22/9) pukul 11.36, kondisi Merapi tidak berbahaya.

Letusan tersebut terjadi akibat adanya tekanan yang meningkat secara tiba-tiba. Jika ada peningkatan tekanan, rekahan tersebut seperti katib yang tertutup.

Dengan katub tertutup tersebut, menyebabkan gas terakumulasi, sehingga gas bisa terlepas.

"Di sisi lain ada peningkatan suplai magma. Jadi ada dua yang mempengaruhi, ada produksi gas secara alami, dan ada peningkatan suplay magma. Meski awan panas ini berbeda, tetapi kondisi Merapi tidak berbahaya,"jelasnya.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat tetap tenang. Terkait jarak aman, masih tetap 3km dari puncak . Hal itu karena jarak luncur awan panas relatif rendah.

"Untuk awan panas letusan yang kemarin jarak luncurnya 1.200 meter, yang paling jauh beberapa waktu lalu 2.000 meter. Jadi jarak aman masih sama,"tambahnya.

LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara.
LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Letusan Gas

Diberitakan sebelumnya, Gunung Merapi sempat mengeluarkan awan panas pada Minggu (22/9/2019) pukul 11.36 WIB.

Awanpanas terekam di seismogram dengan amplitudo 70 mm dan durasi 125 detik dengan jarak awan panas diperkirakan sejauh 1200 meter.

Terpantau dari CCTV Merbabu kolom asap letusan setinggi lebih kurang 800 meter dari puncak.

Rilis BPPTKG yang diterima Tribunjogja.com menyebutkan, berbeda dengan awan panas guguran (APG) yang biasa terjadi sejak 1 Januari 2019.

Awan panas kali ini didahului dengan letusan gas sehingga disebut sebagai awan panas letusan (APL).

APG terjadi karena runtuhnya material kubah lava baru secara gravitasional atau tanpa kecepatan awal yang signifikan.

Sedangkan APL,runtuhnya kubah lava akibat tekanan gas dari dalam karena berlangsungnya suplai magma, gas vulkanik diproduksi kontinyu.

Peningkatan gas ini terdeteksi dari stasiun pemantauan dari pukul 00.00 hingga 12.00 terjadi 29 kali gempa MP dan 14 kali gempa hembusan.

Jumlah hembusan MP dan hembusanini tergolong tinggi yang merepresntasikan peningkatan tekanan dan intensitas pelepasan gas vulkanik.

Selanjutnya, data pemantauan menurun dan tenang lagi setelah kejadian APL hingga rilis dikeluarkan.

Meski begitu, baik APG maupun APL, masih akan terjadi, karena suplai magma masih berlangsung yang ditunjukkan oleh masih terjadi gempa-gempa dari dalam seperti gempa VTA, VTB dan MP dalam jumlahb signifikan.

"Ancaman bahaya yang dapat ditimbulkandari aktivitas erupsi sama dengan sebelumnya, luncuran awanpanas, lontaran material eripsi radius 3 km dari puncak,"kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, pada rilisnya, Minggu malam.

Penampakan visual kubah lava baru Gunung Merapi dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Jateng, Selasa (9/10/2018). Gundukan hitam di puncak terlihat jelas saat cuaca cerah. Asap cukup tebal mengepul di celah bukaan kawah sektor tenggara.
Penampakan visual kubah lava baru Gunung Merapi dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Jateng, Selasa (9/10/2018). Gundukan hitam di puncak terlihat jelas saat cuaca cerah. Asap cukup tebal mengepul di celah bukaan kawah sektor tenggara. (Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumarga)

Diberitakan Tribunjogja.com, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan menginformasikan bahwa hujan abu tipis terjadi sebagai dampak dari letusan tersebut.

"Hujan abu tipis dilaporkan terjadi di wilayah Tunggul Arum, Wonokerto, Turi. Namun saat ini sudah berangsur-angsur hilang," kata Makwan melalui pesan singkat.

Menurut Makwan, hujan abu tipis terjadi sekitar pukul 12.30 WIB hingga mendekati pukul 13.00 WIB siang.

Abu awalnya bertiup ke arah barat lalu berubah menuju arah barat laut.

Terkait situasi ini, Makwan memastikan bahwa tidak ada kepanikan dari warga.

Saat ini pun situasi sudah kondusif, aman, dan terkendali.

Ia pun memastikan masker masih belum dibutuhkan oleh warga lantaran hujan abu masih terbilang tipis.

"Stok masker di Tunggul Arum masih cukup, jika kurang akan ditambahkan dari Posko BPBD," jelas Makwan.

Sementara itu, Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Lasiman membenarkan bahwa pada Minggu siang, terjadi awan panas letusan.

"Iya benar seperti yang di Twitter (akun twitter resmi BPPTKG Yogyakarta) itu," ujar petugas Pos PGM Kaliurang Lasiman saat dihubungi Kompas.com, Minggu.

Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, awan panas letusan yang terjadi pada pukul 11.36 WIB terekam di seismogram dengan amplitudo 70 milimeter.

Sedangkan, durasi tercatat 125 milimeter.

BPPTKG Yogyakarta juga mencatat, awan panas letusan tersebut terpantau dengan tinggi kolom lebih kurang 800 meter dari puncak.

Sampai saat ini, BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau waspada.

Sementara itu, warga Pangukrejo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman menuturkan bahwa warga di lereng Merapi tetap beraktivitas biasa.

"Warga beraktivitas biasa, tidak ada yang panik, kan sudah biasa. Jarak luncurnya juga masih di dalam radius 3 kilometer," ujar Eko, salah satu warga Pangukrejo.

Selain itu, aktivitas pariwisata khususnya di volcano tour Kinah Rejo juga masih berjalan normal. Bahkan, kunjungan wisatawan hari ini lebih ramai dari biasanya.

"Aktivitas wisata normal, kunjungan wisatawan hari ini ramai. Sampai siang ini, Saya sudah dua kali mengantar wisatawan (dengan mobil adventure)," kata Eko. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved