Pendidikan

Tim Kesehatan FK-KMK UGM/RSUP Sardjito Terbitkan Buku Siaga di Negeri Bencana

Narasi buku ini diawali dengan kisah tim saat menangani bencana tsunami Aceh pada Desember 2004 lalu, hingga tsunami Selat Sunda pada Desember 2018.

Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Siti Umaiyah
Launching Buku Siaga di Negeri Bencana yang diadakan di Gedung Perpustakaan FK-KMK UGM pada Rabu (2/10/2019). 

TRIBUNJOGJA.COM - Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indonesia pernah mengalami 2.277 bencana alam sejak Januari - Juli 2019.

Bahkan, dari data Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED) dan EM-DAT (Internasional Disaster Database) menunjukan bahwa Indonesia berada pada peringkat pertama negara dengan jumlah konsen jiwa tertinggi akibat bencana alam sepanjang 2018.

Indonesia sendiri merupakan negeri yang berada di wilayah cincin api dunia, dengan karakteristik geografis rawan bencana.

Berdasarkan kategorisasi jenis bencana paling merusak yang disusun oleh UNISDR, jumlah korban jiwa akibat gempa/tsunami pada September 2018 mencapai 3.400 orang.

Grebek Pasar Isuzu Traga, Lebih Dekat ke Konsumen

Sementara itu, untuk korban jiwa akibat gempa pada Agustus 2018, sebanyak 564 orang.

Untuk korban jiwa akibat aktivitas vulkanik/tsunami pada Desember 2018, mencapai 453 orang.

Jadi ketika diakumulasikan, jumlah korban jiwa akibat aktivitas geologi di Indonesia pada 2018 mencapai 4.417 orang.

Melihat hal tersebut, Tim Bencana Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan FK-KMK/RSUP Dr Sardjito menyusun buku yang berisi catatan lapangan tim dalam membantu korban bencana geologi di Indonesia selama kurun waktu 15 tahun (2004-2018).

Hendro Wartatmo, salah satu anggota tim penulis dan editor buku menerangkan, buku yang berjudul Siaga di Negeri Bencana ini bertujuan untuk mensosialisasikan mitigasi bencana kepada masyarakat awam.

Warga Bisa Pantau Aktivitas Gunung Merapi Secara Realtime Melalui Aplikasi Lapor Bencana Sleman

Dia menjelaskan, sangat perlu bagi masyarakat untuk bisa mengetahui langkah mitigasi, terutama yang erat kaitannya dengan kesehatan.

"Kita negeri penuh bencana, kita punya banyak pengalaman tapi sebelumnya belum distrukturkan," terangnya.

Menurutnya, narasi buku ini diawali dengan kisah tim saat menangani bencana tsunami Aceh pada Desember 2004 lalu, hingga tsunami Selat Sunda yang menghantam Banten dan Lampung pada Desember 2018.

Menurutnya ada beberapa poin yang ingin disampaikan oleh timnya kepada masyarakat, diantaranya memberikan edukasi kebencanaan kepada masyarakat, mensosialisasikan kesiapsiagaan bencana, menekankan pentingnya mitigasi bencana, serta memberikan refleksi atas berbagai temuan catatan penting tentang penanggulangan bencana.

Danang Syamsu Rizal, Manajer Pusdalops, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY menerangkan ada beberapa catatan perkembangan dalam penanganan bencana di Indonesia.

Desa Guwosari Ditetapkan Sebagai Desa Tangguh Bencana

Pada periode 2004-2008, menunjukkan bahwa masih minimnya pengalaman, sumber daya masih sedikit serta skala bencana yang besar dan kompleks.

Di periode 2009-2013, penanganan bencana di Indonesia sudah menunjukkan kesadaran pra bencana, serta adanya UU PB dan BNPB/BPBD.

Sedangkan pada periode 2014-2018 sudah lebih taktis dan mendapatkan kepercayaan, menggunakan TIK, serta sudah banyak sumber daya.

"Buku ini bisa dijadikan salah satu penanganan bagi masyarakat, terutama bagi tenaga medis yang mau terjun ke daerah bencana. Selain itu, dalam buku ini juga bisa diambil pembelajaran-pembelajaran berkaitan dengan bencana," ungkapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved