Yogyakarta
Kisah di Balik Siswa yang Bayar Sekolah Pakai Uang Koin
Beberapa waktu lalu, terdapat satu fenomena yakni seroang wali murid di SMK N 1 Yogyakarta membayar sekolah menggunakan uang koin.
Penulis: Andreas Desca | Editor: Ari Nugroho
"Awalnya uang kertas dan itu saya masukkan kebawah koran yang jadi alas meja jualan. Ternyata uangnya dimakan serangga, sampai rusak. Padahal uang Rp5 ribu saat itu, masih sangat berharga," jelasnya.
Tambah Suratmo, setelah kejadian uang rusak itulah dirinya merubah uang kertas yang dikumpulkannya menjadi uang koin.
"Gak masalah mau uang koin sekalipun. Kalo mau bayar sesuatu ditolak, saya sudah siapkan jawabannya," ujarnya.
"Uang koin ini kan yang bikin pemerintah, jadi tetap saja namanya uang. Jadi bisa buat bayar," tegasnya.
Selalu Sisihkan Uang
Menurut penuturan Suratmo (67) yang sudah berjualan bersama istrinya, Wartinah (52) sejak 20 tahun yang lalu, berapapun penghasilan yang didapatkan akan disisihkan untuk ditabung.
"Kadang Rp5.000 kadang Rp1.500, ya tergantung jualannya laku atau tidak," ujarnya.
Wartinah juga menimpali, jika pendapatnya tidak menentu.
"Ini uangnya kita putarkan terus walau tidak menentu. Selain itu kita juga tidak mengambil keuntungan banyak, disini es kita jual Rp.1000 saja," tuturnya.
Suratmo juga menjelaskan awal mula saat dirinya mulai menabung.
"Dulu, nabungnya uang logam yang besar itu. Pakai kaleng bekas oli, pernah saya hitung kalo penuh itu Rp.37 ribu," tuturnya.
"Kalau sekarang kan uangnya ada banyak macamnya, jadi di pisah-pisah. Yang alumunium sendiri, yang Kuningan sendiri. Jumlah uangnya juga dipisahkan, mana yang Rp.1000, mana yang Rp.500 bahkan sampe yang Rp.100 juga ada," jelasnya.
Anak Jadi Prioritas Utama
Suratmo dan Wartinah menjelaskan bahwa saat ini prioritas mereka hanya untuk anak.
"Anak pertama dan kedua kan sudah mandiri, sekarang tinggal fokus untuk Ratna," ujar mereka.