Pendidikan
Berkat Puzzle Bruang, Tunarungu Dapat Belajar Bangun Ruang dengan Cara Asyik
Selama ini belum ada media visual jaring-jaring bangun ruang dalam menunjang pembelajaran Matematika pada anak tunarungu.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Puluhan stan pelajar dan umum yang merupakan peserta Lomba Anugerah Inovasi dan Anugerah Penelitian tahun 2019 tampak menghiasi Ruang Bima Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (25/9/2019).
Satu di antara peserta tersebut ialah perwakilan tim dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.
Beranggotakan empat orang yakni Sarngi Rizqia, Suparti, Putriana Ayu Harista, Defsi Septiani yang seluruhnya berasal dari jurusan Pendidikan Matematika tersebut membuat media pembelajaran Matematika materi bangun ruang untuk tunarungu yang dinamakan Puzzle Bruang.
• Grebek Pasar Isuzu Traga, Lebih Dekat ke Konsumen
Putri menjelaskan bahwa berangkat dari minat kuliah mereka di matematika, mereka ingin membantu pembelajaran siswa tunarungu di jenjang SMP untuk mengenal bangun ruang, satu dari beberapa yang dicontohkan dan paling sederhana adalah bentuk kubus.
"Anak tunarungu membutuhkan media visual pada proses pembelajaran. Selama ini belum ada media visual jaring-jaring bangun ruang dalam menunjang pembelajaran Matematika pada anak tunarungu," jelas Putri saat ditemui Tribunjogja.com di sela-sela kegiatan.
Ia mengatakan bahwa telah melakukan uji coba pada mahasiswa difabel di jurusan non eksak yang ada di UIN Sunan Kalijaga.
Hasilnya, mereka senang dan tertarik dengan ragam warna serta termotivasi untuk mengikuti pembelajaran Matematika dalam materi jaring-jaring bangun ruang kubus.
Suparti menambahkan, mereka merancang penelitian ini pada April 2019.
• Kreasi Parang Pedas Karya Mahasiswa ITNY Raih Prestasi dalam Lomba Inovasi
Mereka mencoba mencari literatur terkait pembelajaran bangun ruang untuk tunarungu namun hanya ada dalam bentuk dua dimensi.
Dari sana ia dan tim mulai membuat Puzzle Bruang tersebut.
"Kalau teman-teman tunarungu indera yang tajam ada di penglihatan ya, jadi dibuat dengan warna-warna yang menarik agar mereka suka," ucapnya.
Ia pun mengatakan bahwa dalam bangun ruang kubus terdapat berbagai jaring-jaring yang berbeda.
Mulai dari yang berbentuk T hingga terpisah tiap sisinya sehingga mereka harus membentuk kubus dengan kreatifitasnya sendiri.
"Ini yang kami buat dari kertas. Harapannya bisa digunakan pembelajaran di SLB jenjang SMP dengan bahan yang lebih kuat," ucapnya.
• Mahasiswa UNY Kenalkan Metode Participatory Action Research
Sementara itu, Perwakilan Dewan Juri yakni Sunyoto mengatakan bahwa kreatifitas generasi muda dalam berinovasi harus mendapatkan dukungan yang serius dari keluarga, sekolah, dan pemerintah.
"Diharapkan siswa itu sudah dipacu hingga kalau bisa itu punya suatu lompatan. Jadi jangan hanya jadi pengikut, tetapi suatu saat kita harus jadi leader. Caranya sederhana sebenarnya yaitu anak ini pertama harus kreatif dan kita bangun kreatifitasnya," bebernya.
Ide kreatif tersebut, lanjutnya, tidak boleh terhenti.
Misalkan terkait kendala biaya.
Pemerintah harus hadir dan memfasilitasi ide tersebut dengan menjalin kerjasama dengan perbankan misalkan.
"Mereka yang lolos dalam lomba-lomba semacam ini, biasanya mendapatkan sekolah bergengsi baik di dalam dan di luar negeri. Jadi memang harus terus berani mengasah diri dan berani merealisasikan ide kreatifnya," ucapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)