7 Tradisi Unik Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram atau 1 Suro di Berbagai Penjuru Indonesia

Percampuran budaya masing-masing daerah dengan ajaran agama islam, menciptakan tradisi unik untuk merayakan tahun baru Islam tersebut.

Editor: Rina Eviana
Tribunnews.com
Kebo Bule keturunan Kyai Slamet 

Upacara ini terpengaruhi oleh upacara Karbala di Iran. Perayaan Tahun Baru Islam ini telah dilakukan sejak tahun 1685 oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal juga sebagai Imam Senggolo.

Masyarakat percaya, apabila perayaan Tahun Baru Islam ini tidak mereka selenggarakan maka musibah dan malapetaka akan menimpa mereka.

4. Ledug Suro

Merupakan tradisi yang dilakukan warga Magetan, Jawa Timur. Masyakarat menggelar tradisi Ledug Suro dengan ‘ngalub berkah bolu rahayu’. Upacara ini diawali dengan kirab Nayoko Projo dan Bolu Rahayu yang nantinya menjadi sasaran rebutan warga.

Warga mempercayai, bolu tahayu dapat membawa keberuntungan dan berkah. Duduk sama rendah menghadap dulang yang berisikan makanan.

5. Nganggung

Tradisi ini dirayakan oleh umat muslim di Bangka Belitung. ‘Nganggung’ dalam bahasa daerah warga setempat berarti makan bersama. Warga akan mengelar acara dimana mereka akan makan bersama-sama.

Layaknya perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, kebersamaan diangkat menjadi tradisi Tahun Baru Islam. Warga dari seluruh penjuru Bangka berdatangan untuk bersilaturahmi sekaligus bertamu ke rumah-rumah warga.

Bagi tuan rumah semakin banyak tamu yang datang maka rizki yang diperoleh akan semakin banyak. Makanan layaknya peryaan Idul Fitri disediakan untuk menjamu tamu yang datang.

6. Barik'an

Merupakan tradisi yang dilakukan warga Pati, Jawa Tengah. Pada dasarnya, Tradisi Barik'an adalah acara kenduri bersama. Masyakarat akan membawa lauk pauk dari rumah dan setelah itu di doakan bersama.

Makanan yang telah didoakan akan dimakan bersama-sama. Bertukar lauk pauk menjadi ajang yang wajib saat perayaan ini.

7. Ngadulang Tradisi

Tradisi ini dilakukan oleh masayarakat Sukabumi, Jawa Barat. Tradisi dirayakan dengan lomba seni menabuh beduk yang diikuti oleh mayoritas warga.

Dalam lomba ngadulang, satu tim minimal terdiri dari tiga pemain, pertama orang yang berperan sebagai pemukul beduk, kemudian pemukul kohkol (kentungan), dan pemukul alat tambahan lainnya.

Para peserta akan berlomba menciptakan nada yang unik agar memanangkan lomba.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved