Komunitas Kandang Kebo Gelar Blusukan Seru ke Tiga Situs Sejarah Beda Masa
Komunitas Sejarah Kandang Kebo yang didukung Direktorat Sejarah Kementerian Kebudayaan RI, menggelar “blusukan seru” tiga situs sejarah berbeda masa
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Komunitas Kandang Kebo Gelar Blusukan Seru ke Tiga Situs Sejarah Beda Masa
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Komunitas Sejarah Kandang Kebo yang didukung Direktorat Sejarah Kementerian Kebudayaan RI, menggelar “blusukan seru” tiga situs sejarah berbeda masa.
Blusukan atau lawatan sejarah ini akan digelar Minggu (25/8/2019).
Tiga situs yang akan dikunjungi oleh sekitar 150 peserta ini mewakili tiga periode kesejarahan Nusantara atau Indonesia.
Pertama situs Candi Kedulan di Tirtomartani Kalasan, Sleman, yang mewakili sejarah kebudayaan masa klasik atau Mataram Kuno. Ini periode ketika masyarakat Hindhu dan Budha menguasai Jawa dan Nusantara.
• Menguak Jejak Gempa Dahsyat dan Amukan Merapi di Candi Kedulan Ratusan Tahun Silam
Kedua, situs eks Keraton Kotagedhe di Kotagede, Yogyakarta. Komplek yang terdiri masjid, makam, sendang, dan sisa-sisa bagian inti Keraton Mataram era Kotagede ini mewakili masa Islam.
• Masjid Gede Mataram Kotagede Yogyakarta Bermula dari Langgar di Alas Mentaok
Situs ketiga yang akan dikunjungi adalah rumah kalang di Kotagede, yang dibangun pada masa penjajahan Belanda.
Rumah kalang di Kotagede ini mewakili kebudayaan masa kolonial yang cukup mempengaruhi arsitektur bangunan besar masa itu.
• Singgah di Obyek Wisata Sejarah Makam Raja-raja Mataram Kuno di Kotagede Yogyakarta
Menurut Ketua Panitia Kegiatan Blusukan, Goenawan A Sambodo, kegiatan ini serangkaian dengan Workshop Penulisan Sejarah yang akan digelar di kampus UNY, 2-3 September 2019.
Target peserta adalah guru sejarah, pelajar SMA/SMK, komunitas sejarah, dan masyarakat umum yang meminati kegiatan kesejarahan nasional.
Menurut Goenawan yang akrab disapa Mbah Goen, kegiatan blusukan seru Kandang Kebo akan diawali di halaman Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) DIY di Bogem, Kalasan.
Setelah seremoni pembukaan dan pelepasan, peserta akan diajak berkeliling halaman dan ruang-ruang terbuka tempat penyimpanan artefak sejarah.
Koleksi benda sejarah di BPCB DIY ditemukan atau diselamatkan dari berbagai lokasi di Yogyakarta. Sejumlah koleksi penting disimpan di museum mini lembaga ini, di antaranya prasasti Salimar dari Demangan, prasasti Sumundul, Pananggaran, dan Tlu Ron dari Candi Kedulan.
Koleksi penting lainnya sejumlah prasasti dari komplek Keraton Ratu Boko. Setelah dari BPCB DIY, peserta dari berbagai daerah akan dibawa ke komplek Candi Kedulan.
Di lokasi situs menarik ini peserta akan diajak berkeliling dan mendapatkan penjelasan berbagai aspek terkait pembangunan bangunan keagamaan Hindhu ini.
Pengetahuan tentang fenomena geologis di situs ini juga sangat menarik dipahami, mengingat Candi Kedulan relatif utuh saat ditemukan.
Reruntuhan bangunan ini terkubur sekitar 10 meter di bawah permukaan tanah.
Lapisan tebal boulder, kerakal, kerikil, pasir, abu vulkanik Merapi menimbun candi yang pada masa lalu dinamai Parhyangan Haji i Tigaharyyan atau bangunan suci di Tiga Ron atau Tlu Ron.
Sesudah dari Candi Kedulan, peserta blusukan seru akan dibawa ke kawasan Kotagede untuk mengunjungi cikal bakal kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta.
Dari kegiatan blusukan ini, peserta diwajibkan untuk membuat paper yang nantinya akan digunakan sebagai bahan penulisan pada workshop yang diselenggarakan 2-3 September 2019.
Workshop ini akan diisi pemateri para ahli sejarah, arkeolog, akademisi terdiri Drs Marsis Sutopo, mantan Kepala Balai Konservasi Borobudur.
Kemudian Dr Djoko Dwiyanto, epigraf yang juga ahli sejarah masa Mataram Kuno. Pembicara selanjutnya HY Agus Murdiyastomo MHum dan Heri Priyatmoko MA yang akan mengupas historiografi sejarah nasional.
Komunitas Kandang Kebo adalah kumpulan berbagai individu yang memiliki minat besar dan kecintaan terhadap sejarah nasional Indonesia.
Anggota dan simpatisan komunitas tersebar di berbagai daerah di Pulau Jawa, yang masing-masing memiliki passion terhadap sejarah dan peninggalan sejarah di wilayahnya masing-masing.
Komunitas ini dikenal aktif melakukan ‘blusukan” ke situs-situs sejarah yang sudah diselamatkan dan dipugar.
Juga kerap menjejaki situs-situs dan peninggalan sejarah yang jarang diketahui umum, dan terkesan terpinggirkan.
Meski tidak hanya fokus pada sejarah masa klasik (masa kejayaan Hindu/Budha atau Mataram Kuno), sebagian anggota dan simpatisan komunitas ini memiliki minat besar pada periode ini.
Komunitas Kandang Kebo yang memiliki secretariat di Ngaliyan, Wedomartani, Sleman, dalam dua tahun terakhir sudah dua kali menggelar sarasehan besar.
Kegiatan itu diikuti blusukan seru ke sejumlah situs sejarah masa klasik di DIY dan Jateng.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)
