Malam Ini Hujan Meteor Mencapai Puncaknya. Begini Penjelasannya

Hujan meteor perseid adalah fenomena langit tahunan yang selalu muncul di bulan Juli sampai Agustus.

Editor: ribut raharjo
shutterstock via pixabay.com
Ilustrasi ruang angkasa 

TRIBUNJOGJA.COM - Hujan meteor perseid adalah fenomena langit tahunan yang selalu muncul di bulan Juli sampai Agustus.

Sebenarnya fenomena ini sudah berlangsung dari 17 Juli kemarin. Diperkirakan, puncak hujan meteor perseid baru akan terjadi 12-13 Agustus 2019 atau malam ini.

Hujan meteor Perseid ini bisa dilihat dari seluruh wilayah Indonesia. Terjadi pada malam hari, hingga Subuh atau sekitar pukul 05.00.

Astronom amatir Marufin Sudibyo mengatakan, hujan meteor perseid akan berakhir pada 24 Agustus 2019.

Tentang hujan meteor perseid

Menurut situs Langit Selatan, hujan meteor perseid adalah adalah salah satu hujan meteor paling populer di kalangan pengamat, terutama yang ada di bagian utara.

Pasalnya, hujan meteor perseid selalu memberi "pertunjukan" hujan meteor menakjubkan, dengan sekitar 100 meteor melintasi langit setiap jamnya.

" Hujan meteor perseid memang tergolong kuat. Pada puncaknya dapat menghasilkan maksimum 100 meteor per jam," kata Marufin kepada Kompas.com, Sabtu (10/8/2019).

Marufin menerangkan, hujan meteor perseid merupakan fenomena langit periodik.

Artinya, hujan meteor perseid terjadi setiap tahun dengan jadwal kemunculan relatif sama dari tahun ke tahun, yakni dalam rentang waktu 17 Juli sampai 24 Agustus, dan puncaknya pada 12 Agustus.

Marufin berkata, meteor-meteor dari hujan meteor perseid seakan berasal dari rasi Perseus yang ada di langit utara.

"Makanya, hujan meteor ini lebih mudah disaksikan dari belahan Bumi utara. Belahan Bumi selatan yang bisa menyaksikannya hanya terbatas sampai garis lintang 30 LS. Lebih ke selatan lagi tidak bisa," terang dia.

Asal usul hujan meteor perseid Hujan meteor perseid berasal dari sisa debu ekor komet Swift-Tuttle yang pernah melintasi Bumi dan diamati astronom Lewis Swift dan Horace Tuttle dari Amerika pada tahun 1862.

Komet ini kembali teramati pada tahun 1992 dan memiliki periode 130 tahun. Ia akan kembali ke Bumi pada tahun 2126.

Saat melintas, debu ekor komet yang berupa batuan mengalami tarikan oleh gravitasi Bumi dan masuk dalam lapisan atmosfer Bumi serta terbakar di sana.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved