Dasar Benteng Sisi Timur Keraton Pleret Ditemukan, Lebarnya 2,6 Meter Terdiri Susunan Bata Merah
Tim peneliti Dinas Kebudayaan DIY menemukan bagian dasar tembok timur Keraton Pleret di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, DIY.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tim peneliti Dinas Kebudayaan DIY menemukan bagian dasar tembok timur Keraton Pleret di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, DIY.
Temuan itu sangat menarik karena menunjukkan struktur dasar dan pondasi benteng yang aslinya setinggi 5 hingga 6 meter itu.
Temuan itu juga memperlihatkan secara tegas tata ruang Keraton Pleret, sekaligus arah posisi bangunan secara keseluruhan.
Keraton yang dibangun Susuhunan Amangkurat I berbentuk belah ketupat dengan posisi membujur ke arah timur laut 10 derajat dari poros utara-selatan.
Temuan diperoleh di sejumlah pit atau kotak ekskavasi di Dusun Kedaton, Desa Pleret. Letak kotak ekskavasi berada di sebelah timur jalan Pleret-Segoroyoso.

Temuan dan ihwal penelitian ini dibenarkan arkeolog Dinas Kebudayaan DIY, Ruly Andriadi, Senin (29/7/2019).
Di lokasi ekskavasi, saat dikunjungi sudah tidak terlihat ada proses penggalian dan penelitian dari instansi terkait seperti Disbud DIY, Balai Arkeologi Yogyakarta dam BPCB DIY.
Dari struktur yang sudah terlihat di kotak ekskavasi, fakta-fakta yang bisa diinformasikan adalah, struktur dasar benteng atau tembok keraton berupa susunan bata merah berukuran 35x18 cm.
Susunan bata besar tebal sekitar 5 cm itu beralaskan lapisan pasir dan tanah. Tidak terlihat tumpukan boulder, krakal, kerikil di sekitar pondasi atau di bawahnya.
Bata besar itu disusun sangat rapi menggunakan teknik kosot atau digosokkan bata atas dan bawahnya hingga lengket atau menyatu.
Susunan bata ada di lapis luar dan sisi dalam. Lebar pondasi benteng itu sekitar 2,6 meter. Kedalaman dari permukaan tanah sekarang lebih kurang 1,5 meter.

Untuk isian dalam ruangan tembok benteng keraton, terlihat campuran batu putih, remukan bata merah, tanah dan pasir urugan.
Batas tanah asli dengan permukaan tanah ketika pondasi dan benteng dibangun terlihat dari lapisan tatal bata merah atau serpihan-serpihan bata merah sisa proyek pada masa lalu.
Tanah asli tampak homogen berwarna hitam dan dibawahnya ada lapisan pasir. Di beberapa kotak ekskavasi yang dibuat sejajar sesuai arah benteng, penampakannya sama.
Windarto (43), warga Pungkuran, Pleret, Bantul, mengatakan, keletakan tembok Keraton Pleret sudah pernah ia dengar lama.
Ceritanya diperoleh turun temurun dari kakek nenek serta orang tuanya. Tapi ia belum pernah melihat penampakannya secara langsung.
Jejak di permukaan sudah tidak terlihat sejak tahun 90an. "Baru kali ini saya lihat langsung, dan dari dekat seperti apa benteng dan pondasinya," kata Windarto.

"Luar biasa, dan kita bisa melihat bagaimana leluhur kita mampu membangun benteng sebesar ini," lanjutnya yang takjub atas lebar benteng dan struktur yang menopangnya.
Dari beberapa kali penelitian dan ekskavasi, kini diperoleh gambaran lebih terang terkait posisi dinding barat, selatan, timur bekas Keraton Pleret.
Sekarang semakin kelihatan tegas Mas arah bentengnya," kata Ruly Andriadi dari Diebud DIY. Kesamaan arah juga terlihat beberapa di kotak ekskavasi tengah Dusun Kedaton, hasil penelitian beberapa tahun lalu.
Tembok barat keraton letaknya di sebelah barat Museum Pleret. Sisi selatan di bekas jalur lori yang memisahkan Dusun Pungkuran dengan Kedaton.
Sedangkan tembok sisi timur membujur dari belakang SMPN 2 Pleret ke selatan arah Dusun Pungkuran. Pojok benteng diduga ada di tenggara sekolah ini. ( Tribunjogja.com / Setya Krisna Sumarga )