Yogyakarta

Ekspedisi Destana Tsunami 2019 Segmen Kedua DIY-Jateng Dimulai

Desa-desa di wilayah pesisir pantai di kabupaten Gunung Kidul, akan menjadi lokasi pertama ekspedisi yang melibatkan tenaga dari multi bidang ini.

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
istimewa
Proses pembekalan para peserta Ekspedisi Destana Tsunami 2019 Segmen DIY-Jateng di TPI Pantai Sadeng, Songbayu, Gunung Kidul, Rabu (24/7/2019). 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019 segmen kedua untuk wilayah DIY-Jawa Tengah (Jateng) resmi dimulai pada Rabu (24/7/2019) kemarin.

Desa-desa di wilayah pesisir pantai di kabupaten Gunung Kidul, akan menjadi lokasi pertama ekspedisi yang melibatkan tenaga dari multi bidang ini.

Beberapa desa daerah pesisir di Gunung Kidul yang menjadi lokasi ekspedisi adalah Sidoharjo, Tepus, Purwodadi, Balong, Jepitu, Tileng, Pucung, Songbanyu, Giricahyo, Giripurwo, Giriwungi, Girikarto, Girijati, Krambil, Kanigoro, Kemadang, Banjarejo dan Ngestirejo.

Spot-spot publik seperti sekolah, pasar, balai desa dan tempat ibadah akan menjadi lokasi ekspedisi.

Ekspedisi dimulai dengan penyerahan Pataka dari kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah kepada kepala pelaksana BPBD DIY lanjut diserahkan kepada kepala pelaksana BPBD Gunung Kidul di TPI Pantai Sadeng, Desa Songbayu, Gunung Kidul yang menjadi markas tim ekspedisi yang berjumlah hampir 100 orang.

Ekspedisi Destana Tsunami di Gunungkidul Fokus pada Infrastruktur untuk Evakuasi Tsunami

Berlanjut ke proses pembekalan materi kepada para partisipan ekspedisi yang terdiri dari unsur multi bidang seperti dari relawan, akademisi dan unsur pemerintahan mulai siang hingga petang.

Materi saat sesi pembekalan inilah yang nantinya akan disalurkan oleh para peserta ekspedisi ke warga masyarakat di desa-desa di wilayah pesisir Gunung Kidul.

“Siswa di sekolah-sekolah yang masuk kawasan pesisir juga kita beri edukasi untuk memastikan kesiapan mereka ketika ada tsunami. Tidak untuk menakuti tapi memberikan edukasi. Karena edukasi soal potensi ancaman tsunami dan mitigasi bencana itu sangat penting dilakukan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana.

Menurut Biwara, resiko kerusakan jika terjadi tsunami di wilayah pesisir Gunung Kidul tidak akan sebesar wilayah Kulon Progo.

Ini karena kontur pesisir selatan Gunung Kidul terdapat banyak tebing seperti sebagian wilayah Bantul.

Sementara di Kulon Progo, kontur pesisir yang lebih landai menjadikan resiko kerusakan jika terjadi tsunami lebih besar.

Meski demikian, keberadaan teluk di wilayah pesisir Gunung Kidul layak menjadi kewaspadaan tersendiri karena bisa terjadi pengumpulan energi di sana.

“Jadi sama-sama punya potensi sebenarnya. Makanya kita semua yang berada di wilayah pesisir harus waspada mulai sekarang. Ekspedisi ini kita lakukan juga guna menjaga tingkat kewaspadaan masyarakat,” katanya.

52 Desa di Pesisir Pantai Selatan Yogyakarta Rawan Gempa dan Tsunami

Menurut Biwara, sejumlah desa di pesisir Gunung Kidul sudah didata untuk diberikan edukasi perihal kewaspadaan tsunami selama ekspedisi berlangsung hingga Jumat (26/7/2019) esok.

Ekspedisi Destana Tsunami 2019 segmen DIY-Jateng akan berlanjut ke desa-desa di pesisir wilayah Bantul pada Sabtu (27/7/2019) dan Kulon Progo pada Minggu (28/7/2019).

Sementara itu, Lilik Kurniawan selaku Direktur Pemberdayaan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan, Ekspedisi Destana Tsunami 2019 ini sudah dimulai sejak 12 Juli lalu di Banyuwangi sampai saat ini giliran DIY dan Jateng.

Ekspedisi akan berlanjut ke wilayah pesisir Jawa Barat dan Banten sampai 16 Agustus mendatang.

“Sepanjang Banyuwangi hingga Anyer ini potensi tsunami terbentang di wilayah pesisir selatan Jawa sejauh sekitar 200 hingga 300 kilometer. Di sana ada sekitar 600 jiwa yang harus kita beri edukasi soal tanggap bencana tsunami. Kita ajak semua pihak dari berbagai elemen untuk bersatu memberikan edukasi ini kepada masyarakat,” kata Lilik Kurniawam.

Lebih dari memberikan edukasi, dalam ekspedisi ini nantinya juga akan dinilai tingkat ketangguhan bencana dari tiap-tiap desa.

Poin-poin penting seperti tahu tidaknya warga apa itu tsunami, apakah tau tingkat kerawanan wilayahnya, apakah ada jalur evakuasi dan apakah ada papan atau rambu peringatan tsunami akan menjadi alat untuk mengukur ketangguhan desa.

“Ekspedisi ini tidak hanya behenti di sini. Hasil penilaian itu akan kita pakai untuk menyiapkan desa-desa mana saja yang akan kita beri edukasi lebih lanjut. Di tahun-tahun berikutnya kita ingin melibatkan lebih banyak akademisi untuk mengedukasi masyarakat tentang kewaspadaan tsunami. Salah satunya lewat program KKN (Kuliah Kerja Nyata),” kata Lilik. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved