Guru dan Siswa di SMK N 1 Pundong Bantul Bernostalgia Bermain Permainan Tradisional
Mereka terlihat sangat gembira memainkan permainan yang sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak generasi sekarang.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Ratusan siswa dan guru di SMKN 1 Pundong, Kabupaten Bantul tampak antusias memainkan sejumlah permainan tradisional, Rabu (17/7/2019).
Mereka terlihat sangat gembira memainkan permainan yang sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak generasi sekarang.
Kegiatan yang dilaksanakan di halaman sekolah itu dalam rangka penutupan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) 2019.
Menariknya, siang itu, mereka datang ke sekolah dan bermain permainan tradisional dengan mengenakan pakaian adat Jawa, lengkap dengan kain lurik dan blankon di kepala.
Kepala SMKN 1 Pundong, Sutapa, mengatakan kegiatan MPLS sengaja ditutup dengan nuansa adat Jawa.
Tujuannya untuk mengenalkan anak-anak didik baru pada adat dan tradisi budaya daerah. Sehingga diharapkan bisa terus terjaga dan tetap lestari.
"Disini juga kami kenalkan mereka dengan permainan tradisional. Supaya terjalin interaksi positif. Akan timbul rasa kegotongroyongan, persatuan maupun etos kerja. Dan yang paling penting bisa saling menghormati," katanya saat ditemui di lingkungan sekolah setempat, Rabu (17/7/2019).
Mengenakan busana adat Jawa, para guru dan siswa terlihat asyik bermain macam-macam permainan tradisional.
Seperti Ula-ula Banyu, Jlog-jlig, Basa-basan, Dam-Daman, Masangin, Ular tangga, Bundon hingga Lompat tali.
Kegiatan siang itu ditutup sempurna dengan penampilan Tari Jathilan yang dilakukan secara massal.
"Jathilan sengaja kami pilih karena tarian ini menjadi icon dari Kabupaten Bantul," terangnya.
Seorang siswi, Shinta Amelia Putri, mengaku senang bisa memakai pakaian adat dan bermain permainan tradisional.
Menurut dia, permainan tradisional mampu mengingatkan memori ingatannya pada masa kanak-kanak yang menyenangkan.
"Disini tanpa bermain gadget kita sudah senang sekali," katanya, sumringah.
Permainan tradisional menurut dia harus dilestarikan. Apalagi dengan arus teknologi yang semakin canggih.
"Kalau tidak dilestarikan. Lama kelamaan takutnya akan punah," ujar dia.
Shinta mengaku capek, senang dan gembira setelah bermain Ula-ula Banyu bersama teman-temannya.
Awalnya, ia mengaku mengalami sedikit kesulitan saat baru mencoba bermain. Namun perlahan mulai bisa menyesuaikan.
"Seneng sekali bisa bermain disini" ujar dia, lalu tersenyum. (*)