Yogyakarta
Petani di Gunung Api Purba Nglanggeran Rasakan Manfaat Hadirnya Griya Cokelat
Produksi tanaman coklat yang melimpah di kawasan Gunung Api Purba, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul memberikan angin segar bagi para petani di kawasan
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
Selain biji cokelat, beberapa makanan olahan lagi yang menjadi idola wisatawan adalah dodol cokelat, minuman cokelat, bakpia cokelat dan juga olahan cokelat lainnya.
Menurut Samijem kehadiran Griya Cokelat ini memberikan angin segar dan dampak pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat.
Dia mengatakan, banyak ibu rumah tangga yang dulunya bekerja sebagai pencari pakan ternak, saat ini bisa mencecap hasil penjualan pengolahan coklat.
• Unboxing Kuliner: 5 Menu Snack Serba Coklat Anti-mainstream di Hari Valentine
“Kami berterima kasih atas hadirnya griya ini bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar,” katanya.
Surini, Ketua Griya Cokelat Nglanggeran menambahkan, kehadiran rumah produksi untuk pengolahan cokelat ini membuat ekonomi petani kakao di sekitar Nglanggeran bertumbuh.
Dari data yang dimilikinya, sedikitnya 790 petani kakao di Nglanggeran bisa merasakan dampak ekonomi luar biasa dari pengolahan cokelat ini.
Awal dari Griya Cokelat ini adalah pendampingan untuk Gapoktan kakao pada tahun 2013 silam.
Awalnya, para petani hanya mengolah tanaman cokelat menjadi panganan dodol cokelat.
Namun, kemudian ada transfer ilmu dari LIPI dan para petani bisa mengolah bubuk cokelat untuk bahan baku.
“Baru pada Desember 2016 ada CSR dari BI dan kami mendapat gedung untuk menjadi Griya Cokelat dan diresmikan,” jelasnya.
• Festival Coklat 2018 Digelar di Wonosari, Tonjolkan Coklat Lokal Khas Asli Gunungkidul
Beberapa varian yang ditawarkan diantaranya adalah minuman coklat lima varian, dodol coklat, kacang telur coklat, bakpia coklat, dodol coklat, dan lainnya.
Omzetnya pun cukup signifikan dengan penjualan sistem offline maupun online.
“Kami rata-rata mendapat omzet sekitar 40-50 juta per bulan. Adapun, kami membeli bahan baku berupa kakao basah dari petani, cluster kedua diolah menjadi biji kering, pembubukan hingga 800 kilogram dan masuk pengolahan di showroom,” ujarnya.
Adanya Griya Cokelat ini, pemberdayaan warga pun menjadi lebih terasa.
Para petani bisa merasakan manfaat dari pengolahan kakao tersebut dan memiliki nilai lebih dibandingkan mereka menjual langsung pada tengkulak.