Manusia Purba Bumiayu
Penemuan Spektakuler! Manusia Purba Bumiayu Ini Jauh Lebih Tua dari Temuan Hominid Sangiran
Berdasar analisa perlapisan tanah di Bumiayu, wilayah itu terdapat berbagai sungai yang memotong endapan purba Plio-Plestosen.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Temuan Spektakuler! Manusia Purba Bumiayu Ini Ternyata Jauh Lebih Tua dari Temuan Hominid Sangiran
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Para peneliti Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta menemukan bukti dan jejak luar biasa yang diyakini bisa mengubah kronologi sejarah purba Pulau Jawa dan Nusantara.
Dipimpin Prof Dr Harry Widianto, profesor riset LIPI yang paleontologi terkemuka di dunia, tim menemukan bukti dan jejak kehidupan hominid purba dari masa 1,8 juta tahun lalu.
Kepada Tribunjogja.com akhir pekan lalu, Harry Widianto membenarkan temuan signifikan timnya yang menggelar penelitian lapangan akhir Juni hingga awal Juli ini.
“Empat fosil manusia dari Kali Bodas, telah kami tentukan posisi stratigrafinya, yaitu berasal dari lapisan napal karbonatan, anggota Formasi Kali Glagah bagian tengah,” katanya.

“Usianya 1,8 juta tahun dan 0.8 juta tahun. Posisi dan kronologi ini melewati usia 1,2 juta tahun dari Sangiran,” lanjut mantan Direktur Permuseuman dan Benda Cagar Budaya Kemendikbud ini.
Menurut Harry, temuan di Bumiayu ini cukup spektakuler. Fragmen-fragmen fosil yang diteliti itu sebelumnya dikoleksi pegiat sejarah Bumiayu, Rafli Rizal dan Karsono.
• Sumber Air Asin di Dusun Pablengan, Ungkap Jejak Nyata Laut Purba 2,4 Juta Tahun Lalu di Sangiran
Dari perkiraan usia yang lebih tua dari temuan tertua di Sangiran, keberadaan hominid di Bumiayu berarti menunjukkan kehadiran kelompok manusia purba lebih dini ketimbang di Sangiran.
Teori migrasi “Out of Africa” yang semula ditulis pendaratan pertama di Sangiran, bisa berubah menyusul bukti dan petunjuk kuat ini.

Apalagi secara geologis, berdasar analisa perlapisan tanah di Bumiayu, wilayah itu terdapat berbagai sungai yang memotong endapan purba Plio-Plestosen.
Endapan itu menghasilkan himpunan fosil yg sangat tua, para kolonisator pertama di Pulau Jawa.
Ahli prasejarah merumuskannya sebagai Fauna Satir, Fauna Cisaat, dan Fauna Gintung. Umurnya menurut Harry Widianto antara 2 juta hingga 0,8 juta tahun.
• Kisah Kerangka Manusia Prasejarah yang Ditemukan Nyaris Utuh dalam Posisi Kaki Terlipat
“Penemuan dan penentuan posisi stratigrafi berdasarkan koreksi stratigrafi di lapangan, telah jauh melampaui usia artefak tertua yg dikenal selama ini dari Sangiran berusia 1,2 juta tahun,” jelas mantan Kepala BPSMP Sangiran ini.
“Hasil penelitian ini mengubah teori yang selama ini diyakini,” ujar Harry.
“Manusia purba tertua bukan dari Sangiran, tapi Bumiayu. Sangiran bukan merupakan pendaratan pertama ketika mereka sampai Pulau Jawa pada 1,5 juta tahun menurut teori "Out of Africa",” lanjutnya.
• Penuturan Juru Kunci Parangkusumo Tentang Ratu Kidul dan Jejak Tsunami Purba di Pantai Selatan
Teori ini bertahan selama 100 tahun terakhir. Menyusul temuan Bumiayu ini, teori Out of Africa dengan tesis pendaratan pertama manusia purba di Sangiran, telah berubah.

“Bumiayu merupakan tempat di dunia yang sanggup memberikan Homo erectus tersendiri, seperti di Georgia, China, dan kini Indonesia, dengan kepurbaan 1,8 juta tahun,” paparnya.
Jejak kekayaan prasejarah Bumiayu telah lama ditunjukkan lewat penemuan-penemuan mengejutkan. Namun selama ini jumlah temuannya masih sangat kecil.
Tak hanya Bumiayu, wilayah luas di Semedo, Tegal, Jawa Tengah, dan sejumlah titik di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, juga menunjukkan indikasi kepurbaan yang jauh lebih tua ketimbang Sangiran.
• Topeng Emas Nayan, Bekal Kubur dari Zaman Majapahit
Arkeolog Siswanto dan Sofwan Noerwidi (Balar Yogyakarta) pada 2014 mengungkap keberadaan kera raksasa atau “king kong” Semedo, Tegal.
Kesimpulan diperoleh dari telaah fragmen mandibula atau rahang dua individu berbeda. Dua spesimen itu berasal dari individu Gigantophitecus.
Temuan ini sangat langka dan baru pertama kali ditemukan di Pulau Jawa, dan Indonesia umumnya. Tiga temuan lain ada di China, Vietnam utara dan Pakistan utara.
Bumiayu sejak 1932 mengejutkan kalangan peneliti setelah geology Belanda, Van den Maarel menemukan fosil fauna Mastodon atau pendahulu gajah yang dikenal dengan nama Sinomastodon Bumiayuensis.
Dari penelitian Siswanto dan Sofwan Noerwidi (2014), keberadaan Sinomastodon di Semedo dan Bumiayu menunjukkan masa yang sangat tua dalam biostratigrafi fauna di Jawa.
Fauna ini hanya hadir pada kurun Fauna Satir, yaitu rentang masa 2 juta-1,5 juta tahun lalu. Setelah itu tidak muncul lagi, karena kemungkinan punah.(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)