Viral Ojek Online Pasang Alat Komunikasi Bluetooth di Helm, Bicara Tak Perlu Teriak-teriak
Viral Ojek Online Pasang Alat Komunikasi Bluetooth di Helm Viral Ojek Online Pasang Alat Komunikasi Bluetooth di Helm
Saat dihubungi Kompas.com Sabtu (6/7/2019) sore, Darmawan mengungkapkan, alasannya memasang alat itu karena permasalahan komunikasi dengan sang istri saat melakukan
perjalanan.
“Kalau awalnya sih cuma keluhan istri pas pulang kampung suka bete sama susah ngobrol kalau di jalan. Kan istri orang Lampung. Jadi kalau mau mampir atau ke WC (saat
perjalanan) enggak harus ketok helm hehe,” kata Darmawan.
Alat yang dibelinya dengan harga Rp 1 juta kemudian ia pasang juga di helm yang didapatkan dari operator transportasi online.
Ia mengaku memasang sendiri peralatan yang bekerja dengan sambungan teknologi Bluetooth ini, hanya bermodal video tutorial yang ada di YouTube.
Respons penumpang
Atas inovasi yang dilakukannya, ayah satu anak ini mengaku sudah menerima beragam respons dari para penumpangnya.
“Wah kalau respons penumpang banyak. Ada yang muji, ada yang biasa aja tapi lama lama kagum. Ada yang bengong, kaget kali, soalnya ada suara di helmnya. Yang parah sih
ada yang teriak gitu sampai mau dicopot helmnya,” kata Darmawan, yang kerap beroperasi di daerah Serpong ini.
Namun, ia menganggap hal ini wajar, karena memang belum banyak yang tahu tentang teknologi yang ia gunakan. Darmawan mengaku tak menjelaskan tentang alat itu kepada
penumpang yang dibawanya.
“Enggak, kecuali pas penumpang pakai nanya ini dipasang apa, baru saya jelaskan singkat,” ujar dia.
Lalu, bagaimana testimoni penumpang, Amanda, yang kagum atas inovasi Darmawan hingga membagikan pengalamannya di media sosial?
Kepada Kompas.com, Amanda menganggap inovasi ini sangat membantu proses komunikasi antara pengendara dan penumpang selama di perjalanan. Misalnya, untuk menanyakan
arah jalan.
“Oh iya, sungguh relatable, karena pastinya masalah komunikasi dengan pengendara ojol sudah umum terjadi. Bisa jadi hal kecil, atau menjadi besar karena salah persepsi
dengar, mengingat hiruk-pikuk lalu lintas dan helm yang mengurangi daya dengar,” ujar Amanda saat dihubungi secara terpisah, Sabtu sore.
Menurut dia, penggunaan alat ini mengurangi kemungkinan-kemungkinan buruk saat berkendara di jalanan.
“Kan daripada teriak-teriak, tapi masih juga salah terima dengar, jadinya enggak nyambung. Itu kan jadinya bikin bete masing-masing,” kata dia.
Saat pertama menemukan driver yang menggunakan alat komunikasi ini di helmnya, Amanda mengaku sempat tidak menyangka.