Bisnis
Perajin Eceng Gondok dan Serat Agel di Kulon Progo Raup Omzet Sampai Rp50 Juta Sebulan
Wisatawan kerap suka dan tertarik dengan keunikan produk tersebut, sehingga pasar utama merupakan luar negeri.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
Pihaknya juga kerap melayani pesanan dari pelanggan sesuai dengan keinginan dan desain sendiri.
Saat ini, Dion mengaku sudah cukup sulit untuk mendapatkan bahan baku di wilayah setempat.
Untuk serat agel, sejumlah perajin memesan dari daerah Jawa Timur.
Sedangkan eceng gondok diperoleh dari wilayah Ambarawa dan Cilacap.
"Sekarang paling bahan disini hanya cukup 20% untuk kebutuhan perajin," ujarnya
Proses pembuatan dimulai dengan meraut agel untuk memisahkan seratnya.
• Kominfo Ajak Startup Lokal Dorong UMKM Go Online
Setelah itu kemudian disambung secara manual dan digulung baru kemudian dirajut.
Jika pesanan memilih untuk diwarnai, sebelum dirajut terlebih dahulu di warnai sesuai pesanan, setelah kering baru dirajut.
Sementara untuk eceng gondok, terlebih dahulu dijemur untuk mengeringkan.
Setelah kering, kemudian proses berlanjut ke proses menganyam dan diberikan bahan anti jamur untuk memperkuat.
Dion mengaku, saat ini regenerasi dari para perajin sangat kurang.
Kebanyakan para perajin yang mengerjakan produk tersebut sudah banyak yang cukup berumur.
"Selain itu pengerjaan juga butuh ketelatenan untuk yang merajut," urainya.
• Spot Foto di Jogja, Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kulon Progo
Untuk rentang harga, produk tas rata-rata dihargai senilai Rp50-Rp300 ribu.
Keranjang dan lampion dihargai Rp250-Rp600 ribu dan kursi dipatok Rp1,5 juta.