Misteri Makam Ragasemangsang dan Cerita Jasad yang Tak Boleh Menyentuh Tanah
Makam Ragasemangsang berada di tengah jalan Berada di Kelurahan Sokanegara, Purwokerto Timur
Dia menjelaskan setidaknya ada dua versi populer cerita asal-usul makam Ragasemangsang.
"Ada dua versi cerita populer ditengah masyarakat. Pertama, makam tersebut adalah makam seorang tokoh sakti mandraguna bernama Ragasemangsang. Saking saktinya, Ragasemangsang hanya bisa mati jika bagian tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian," kata Karto.
"Selain itu, bagian tubuhnya sama sekali tidak boleh menyentuh tanah, sebab jika menyentuh tanah akan kembali bersatu. Oleh sebab itu, tubuhnya harus digantung agar tidak menyentuh tanah," tambahnya.
Konon ceritanya pada ratusan tahun lalu terjadi pertarungan antara dua orang sakti, yaitu Mbah Ragasemangsang (protagonis) dan Raden Pekih (antagonis) yang meresahkan masyarakat.
Dalam pertarungan tersebut Raden Pekih kalah oleh Mbah Ragasemangsang. Sebab, Mbah Ragasemangsang memiliki kemampuan meski tubuhnya telah dipotong-potong oleh senjata akan selalu menyatu kembali setiap menyentuh tanah.
Karena kalah ilmu dalam pertarungan, Raden Pekih luka parah dalam adu kesaktian sampai akhirnya tewas.
"Mbah Ragasemangsang itu hanya dapat mati jika digantung, intinya tidak bersentuhan dengan tanah. Lokasi makam sekarang itu, tempat pertapaan Mbah Ragasemangsang yang lantas dikeramatkan," ungkap Karto.
"Masyarakat masih meyakini cerita-cerita tersebut. Bahkan ada semacam mitos, meskipun letaknya di jalan ramai tetapi jarang sekali ada kecelakaan," tandasnya.
Adanya kekuatan spiritual yang menyelimuti serta pandangan kuat warga Banyumas masih meyakini cerita mitos makam Ragasemangsang membuatnya eksis hingga saat ini.
Misteri tetap menjadi misteri, makam Ragasemangsang tetap ada diantara sesaji, menyan, dupa yang dibakar di dalam makam.
Kisah Ragasemangsang tetap akan menjadi semacam teka-teki.
Kisah makam Ragasemangsang adalah sebuah khasanah keganjilan yang ajeg dalam sebuah pertumbuhan kota.
Ternyata di antara kebisingan kendaraan, hiruk pikuk di jalan raya, pembangunan pusat belanja, masih ada cerita mitos yang sampai saat ini menjadi perias wajah Kota Purwokerto . (Tribunjateng/jti)