Bantul
Pameran Godhong Suruh : Ingatkan Manusia Tentang Perbedaan yang Bisa Menjadi Kekuatan
Pameran Godhong Suruh : Ingatkan Manusia Tentang Perbedaan yang Bisa Menjadi Kekuatan
Penulis: Agus Wahyu | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM - Perbedaan itu karunia Allah. Berbeda itu anugerah. Tidak harus terbelah. Perbedaan itu justru bisa saling melengkapi.
Sudah banyak dibuktikan dalam kehidupan ini, semisal adanya siang dan malam.
“Jadi berbeda itu harus saling mengisi. Seperti bhinneka tunggal ika yang menjadi kekuatan bangsa kita,” tegas Herry Zudianto, Ketua ICMI Korwil DIY.
HZ, begitu sapaan akrab Herry Zudianto, menyampaikan hal tersebut saat memberi sambutan sebelum membuka Pameran Seni Rupa #4 Kelompok Termos’85, Sabtu (8/6/2019) malam. Pameran bertema 'Godhong Suruh' yang digelar di Galeri Tembi Rumah Budaya ini berlangsung 8-21 Juni 2019.
Menurut HZ, tema Godhong Suruh memiliki filosofi yang baik. “Sangat kontekstual,” tandasnya.
• Korban Hilang di Pantai Suwuk Kebumen Ditemukan Tewas
Pembukaan pameran dihadiri para perupa, seniman, dosen, mahasiswa dan pecinta seni dari Yogyakarta dan sekitarnya. Penyair Suyanto ikut menyemarakkan acara pembukaan dengan membaca puisi berjudul “Kutuangkan Termos di Hatimu.”
Sedangkan, Fahru n Friend menghibur pengunjung dengan lagu yang dipoluperkan Nisa Sabyan, Nicky Astria maupun Ebiet G Ade. Mewakili Pengelola Galeri Tembi, Albertus Sartono mengatakan, seniman selalu memiliki cara untuk memotret keadaan.
Kemudian menyampaikannya, dalam bahasa seni yang menarik, menggelitik kendati sering bermuatan kritik. Begitu pula yang bisa disimak dari 19 perupa Kelompok Termos’85 yang menggelar pameran ini.
“Darma dari seorang seniman itu karya. Kelompok Termos’85 membuktikan untuk selalu aktif berkarya. Konsisten untuk berkontribusi sehingga udu-nya (kontribusinya) semakin meluas. Ikut mengembangkan peradaban pada umumnya karena secara dasariah seniman punya panggilan bagi kebaikan dunia,” tegas Albertus Sartono, saat memberi sambutan.
• 24 ASN di Gunungkidul Bolos di Hari Pertama Masuk Kerja setelah Libur Lebaran
Albes, begitu ia biasa disapa, menambahkan tema yang diangkat dalam pameran Termos’85 kali ini, sangat kontekstual. “Gagasannya serius tetapi ringan. Gagasan yang serius bisa diungkapkan dengan bahasa yang mudah dicerna. Begitulah seniman, yang secara dasariah memang memiliki panggilan bagi kebaikan dunia,” tandasnya.
Mengambil tema Godhong Suruh (Daun Sirih), para perupa alumni Pendidikan Seni Rupa IKIP Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta) mengeksplorasi banyak hal. Ada yang mengekspresikannya lewat lukisan.
Ada pula yang membuat patung. Ada yang menggunakan cat minyak, akrilik, krayon, cat air maupun media campuran (mixed media). Ada yang menghadirkan satu karya, ada pula yang dua.
Ketua Panitia Pameran, Tri Wiyono menginformasikan, ada peserta pameran Godhong Suruh yang meninggal sebelum pameran digelar. Karya yang disiapkan untuk pameran pun belum sempat ditandatangani.
• Penerimaan CPNS 2019, BKN Sebut Soal SKB yang Dikeluhkan Sulit Bakal Disusun Seperti Ini
“Sebagai penghormatan terhadap rekan Nurdin Akhsani almarhum, karyanya tetap kami pamerkan. Mohon doanya saja semoga almarhum husnul khatimah,” ungkap Tri Wiyono.
Guru seni pada satu SMK ini pun lantas mengajak para tamu sejenak berdoa bagi almarhum. Karya almarhum berupa kaligrafi dengan tulisan “Laa Haula Walaa Quwwata Ila billaah.” Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah semata.
