Jatuhnya Konstantinopel

Hari Ini 566 Tahun Lalu, Konstantinopel Runtuh Akibat Perseteruan, Pengkhianatan, Teror dan Jihad

Keruntuhan Konstantinopel dan kematian Kaisar Konstantin meninggalkan seribu satu kisah epik yang tiada habisnya diingat

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
IST
Ilustrasi jatuhnya konstantinopel 

Rizzo yang membawa kapal bermuatan bahan pangan untuk Konstantinopel, menerabas blokade benteng Pemotong Tenggorokan. Kapalnya melaju cepat, sebelum terhenti karena lambung kapalnya hancur oleh meriam.

Rizzo dan 30 anak buahnya menyelamatkan diri menggunakan kapal kecil, mendarat di pantai dan akhirnya ditangkap pasukan Ustmaniyah. Aksi nekat ini menyulut kemarahan Sultan. Mereka diikat rantai dan diarak  ke kota Didimotkon, dekat Edirne.

Puing Kapal Dagang Yunani Berusia 3.600 Tahun Ditemukan

Misteri Hancurnya Peradaban Minoa di Yunani Terungkap Berkat Ini

Mengenal Zenobia, Ratu Palmyra yang Berani Menantang Kekaisaran Romawi

Sebagian besar awak kapal dipenggal kepalanya, dan tubuhnya dibiarkan membusuk di luar tembok kota. Rizzo lebih tragis. Anusnya ditusuk besi, dan seperti anak buahnya, tubuhnya dipajang hingga membusuk. Peristiwa ini disaksikan penulis sejarah Yunani, Doulkas ketika mengunjungi kota itu.

Sejumlah kecil pelaut dikembalikan ke Konstantinopel, yang menerbitkan ketakutan luar biasa pada penduduknya. Konstantin menunggu bantuan barat, dan ia sangat berharap pada Paus Nicholas di Vatikan.

Sayang, perseteruan lama kepausan dengan Gereja Ortodoks Yunani sejak 400 tahun sebelumnya, memperburuk situasi. Kaisar Konstantin menurut Roger Crowley, semakin kesulitan menyusun rencana pertahanannya yang efektif supaya kotanya tak jatuh.

Perseteruan tajam antara kepausan dan kaum ortodoks menimbulkan luka sangat dalam dan nyaris tak tersembuhnya. Sangat panjang menceritakan konflik yang merontokkan sendi-sendi kekristenan ini. Tuduhan bidah, sesat, saling dilemparkan menyangkut doktrin hakiki keagamaan.

Sejak itu Konstantinopel jadi ajang perebutan pengaruh dan kekuasaan di internal kaum Kristen di barat maupun timur. Dendam kesumat terpupuk bergenerasi. Hanya perdagangan dan memburu untung di Selat Bosphorus yang strategis lah yang mempertemukan mereka.

Konsili Florence pada 1439 mengumumkan penyatuan dua aliran gereja besar di barat dan timur. Tapi ikrar ini berakhir sebelum tinta di lembaran pernyataannya mengering. Konstantin dan para bangsawan mendukung penyatuan ini, tapi arus besar di Konstantinopel menolaknya.

Kerumitan masalah ini benar-benar menguras energi Konstantin, sementara di seberang tembok Theodisus, ribuan prajurit Ustamaniyah telah berdatangan membawa logistik dan persenjataan. Api jihad merebut kota itu telah dikobarkan.

Konvoi prajurit Ustmaniyah itu berdatangan dari Edirne, pusat kasultanan Mohammad II. Sebuah iring-iringan gerobak sapi menyeret pipa-pipa logam cor raksasa. Inilah meriam-meriam raksasa Ustmaniyah yang akan dipakai untuk meruntuhkan tembok perkasa Konstantinopel.

Pada 11 April 1453, meriam-meriam raksasa itu tiba di Golden Horn. Paling besar dinamai meriam Orban, atau orang Yunani menyebutnya Basilica. Meriam itu diletakkan di depan tenda Sultan dan mengancam Gerbang Romanus, pintu terlemah Konstantinopel.

Hari berikutnya, 12 April 1453, peluru-peluru batu dimasukkkan ke laras meriam. Bubuk mesiu dicurahkan ke lubang-lubang pembakaran. Obor penyala disulutkan ke lubang pemantik meriam yang berjajar hingga empat mil jauhnya.

Ledakan silih berganti menggetarkan, menandai strategi pengeboman artileri pertama di dunia. Sultan Mohammad II memandang tersenyum saat bola-bola meriam perlahan meruntuhkan menara dan tembok Konstantinopel. Kota itu benar-benar di ambang kejatuhannya.(Tribunjogja.com/ xna)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved