Jemunak Mbah Mujilah Muntilan Magelang Cuma Ada Saat Ramadan, Begini Resep Rahasianya
Ada makanan khas di Kabupaten Magelang yang hanya muncul saat bulan Ramadan saja. Orang-orang lokal menyebutnya Jemunak
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Iwan Al Khasni
Ada makanan khas di Kabupaten Magelang yang hanya muncul saat bulan Ramadan saja. Orang-orang lokal menyebutnya 'Jemunak'. Makanan yang terbuat dari ketela, ketan, dan gula jawa, yang siap disantap untuk berbuka puasa.
ASAL makanan ini konon berasal dari Kecamatan Muntilan. Salah satu pembuatnya yang terkenal adalah Mujilah (84).
Di rumah mungil di Kampung Karaharjan RT 02/RW 03, Gunungpring, Kecamatan Muntilan ini, Mujilah telah membuat Jemunak sejak ia berusia 15 tahun.
"Saya membikin Jemunak ini sejak saya nikah pertama dahulu, saat usia saya 15 tahun, sampai sekarang. Saya belajar Jemunak ini dari ibu saya. Ibu saya belajar dari
ibunya. Hampir tiga keturunan kami membuat Jemunak ini," tutur Mujilah.
Jemunak sendiri terbuat dari ketela 'pohung', beras ketan, dan gula jawa.
Ketela pohung terlebih dahulu diparut menjadi potongan panjang dan kecil.
Setelah diparut, ketela dikukus hingga matang, termasuk beras ketan. Keduanya, dikukus bersama-sama di atas tungku kayu.
Satu setengah jam lamanya, sampai bahan untuk Jemunak selesai dimasak.
• Muzdalifah dan Fadel Islami Digoda Ussy Sulistiawaty, Tiap Hari Keramas

Campuran ketela pohung dan beras ketan itu lalu ditumbuk menggunakan lumpang, sampai bahan tersebut bercampur menjadi adonan yang kenyal. Adonan langsung diracik.
"Tinggal ditambahkan juruh atau gula jawa yang dicairkan, parutan kelapa, dan dibungkus daun pisang. Jadilah Jemunak," kata Mujilah.
Sekali olah, Mbah Mujilah dapat membikin sebanyak 300 Jemunak.
Adonan yang diperlukan adalah 20 kilogram ketela pohung, ketan lima kilogram, kelapa lima kilogram dan gula jawa lima kilogram.
Seluruhnya dimasak menggunakan cara manual, dari memasak dilakukan di atas tungku kayu, menumbuk dengan alu, dan membungkus dengan tangan menggunakan daun pisang.
"Campurannya harus pas, kalau kurang ketan, adonannya bisa mulur, kalau kebanyakan, nanti keras. Semuanya memang dimasak pakai tungku, ditumbuk pakai alu. Sama saat
dimasak oleh ibu dari ibu saya puluhan tahun silam," katanya.
Mbah Mujilah memang membuat penganan ini saat bulan Ramadan.