Yogyakarta
Kisah Duka Dua Bocah Tenggelam di Bendung Balong Sleman, Terbenam di Kedalaman 6 Meter
Bendung Balong yang menjadi batas antara Desa Pendowoharjo dan Desa Trimulyo, Sleman. Bendung tersebut dibangun di aliran Kali Sempor
Suasana duka meliputi Dusun Gawar, Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta, Minggu (28/04/2019). Dua warganya Erna (14) dan Ida (11) meninggal karena tenggelam di Bendung Balong. Jenazah mereka ditemukan berada di kedalaman 6 meter dari permukaan air.
Berbeda dengan Erna dan Ida, ada dua bocah lain yang selamat diketahui bernama Siva (12) dan Melda (13).
"Mereka ditemukan warga dalam kondisi terbenam sedalam 6 meter dari permukaan air," kata Kapolsek Sleman, Kompol Sudarno saat dikonfirmasi Tribunjogja.com, Sabtu
(27/04/2019).
Minggu (28/4/2019), Tribunjogja.com sempat menelusuri keberadaan Bendung Balong yang menjadi batas antara Desa Pendowoharjo dan Desa Trimulyo tersebut.
Bendung tersebut dibangun di aliran Kali Sempor. Mengikuti petunjuk dari Ketua RT 01/36 Gawar, Sanukri, posisi bendung tersebut ternyata agak jauh dari dusun.
Berdasarkan pengamatan Tribunjogja.com, posisinya berada di balik rimbunnya pepohonan.
Sekitarnnya pun hanya lahan sawah milik warga.
Sanukri mengatakan warga sekitar memang sulit untuk memantau situasi sekitar bendung, sebab posisinya yang luput dari pandangan warga.
Apalagi tidak rumah yang menghadap ke arah bendung tersebut
"Posisinya juga agak tinggi sehingga sulit dipantau," jelas Sanukri.

Menurutnya, kabar tenggelamnya dua pelajar tersebut pun baru diketahui oleh dua warga yang hendak memancing di sana pada Sabtu sore.
Satu dari teman pelajar tersebut berteriak minta tolong ke warga tersebut.
Sanukri mengungkapkan bahwa kawasan sekitar bendung acap kali digunakan untuk berenang dan memancing oleh warga sekitar.
Sebagian besar di antaranya berusia anak-anak dan remaja.
"Seringnya yang ke situ anak laki-laki, kalau yang perempuan sangat jarang," jelas Sanukri.
Hal serupa juga disampaikan oleh Arif, warga sekitar yang saat itu sedang berada di Bendung Balong.
Ia mengenang saat masih kecil, dirinya sering menghabiskan waktu luang di bendung tersebut.
Menurut Arief, perairan di sekitar bendung memiliki magnet yang menarik perhatian banyak warga untuk berenang atau sekadar kongkow.
"Tampilannya sangat menggoda bagi warga, terutama yang ingin berenang," tutur Arief.
Tribunjogja.com pun melihat kawasan tersebut memang terlihat menarik, sebab airnya berwarna kehijauan di bagian tengah.
Tepiannya pun cukup jernih dengan batu-batu yang tampak di bagian dasarnya.
Namun, keindahan tampilan bendung tersebut ternyata menyimpan bahaya.
Sebab persis di bagian kaki bendung, dasarnya mencapai kedalaman 6 meter dan tidak terlihat.
Lokasi inilah yang menurut Sanukri, menewaskan dua pelajar SD tersebut.
Mereka setidaknya tenggelam selama 15 menit sebelum akhirnya ditemukan.
"Apalagi mereka sama sekali tidak bisa berenang. Awalnya mereka hanya di bagian tepi, lalu mulai bergerak ke bagian tengah," ujarnya.
Baik Arif dan Sanukri mengatakan baru pertama kali ini ada korban jiwa akibat berenang di Bendung Balong.
Menurut Arif, sebelumnya sudah ada beberapa kejadian, namun tidak sampai meninggal dunia.
"Pernah ada kejadian patah tangan sampai kepala retak, tapi kalau meninggal dunia ya baru kali ini," kata pria berusia 24 tahun ini.
Sanukri bahkan mengatakan area tersebut sebenarnya tidak aman untuk digunakan berenang oleh warga.
Ia mengaku sudah memberi peringatan agar tidak beraktivitas di bendung tersebut.
Setelah kejadian tersebut, jalan menuju Bendung Balong tampak di palang dengan batang bambu dan dahan-dahan.
Namun Sanukri berkata bahwa bersama warga ia akan membuat larangan yang lebih jelas.
"Rencananya akan kami pasang pagar menutupi kawasan tersebut, sekaligus plang tanda larangan berenang," katanya.( Tribunjogja.com | Alexander Aprita )