Kisah Pria Kaya yang Memutuskan Hidup Sebagai Gelandangan
Simon Lee telah menelusuri kawasan di Hong Kong sebagai gelandangan selama tujuh tahun terakhir
TRIBUNJOGJA.com - Simon Lee telah menelusuri kawasan di Hong Kong sebagai gelandangan selama tujuh tahun terakhir. Namun, dia melakukannya bukan karena terpaksa. Lee memilih hidup di jalanan setelah memutuskan meninggalkan kemakmuran dan kemewahan hidup, maupun kenyaamannya sebagai seorang pegawai kantoran.
Seperti diwartakan Oddity Central Kamis (18/4/2019), hingga 1997 Lee mempunyai karir yang mapan serta mempunyai pendidikan mentereng di jurusan Kimia.
Namun suatu hari, dia merasa tidak membutuhkan status sebagai karyawan yang membuatnya stres. Jadi, dia berhenti dan pindah ke kawasan tetangga di Macau.
Dia sempat memberikan les kepada anak-anak setempat sebelum pindah lagi di 2004 di Zhuhai, di mana dia hidup selama dua tahun sebelum balik ke Macau dua tahun kemudian.
Saat itu, kasino mulai tumbuh subur dengan para orang kaya yang gemar berjudi bakal membagikan sedikit kemenangan mereka kepada orang yang nasibnya tak seberuntung mereka.
Jadilah dia hidup di sana dan bergantung kepada kedermawanan orang kaya hingga aparat Macau menemukannya dan mendeportasinya ke Hong Kong pada 2010.
Meski sudah tiba di Hong Kong, Lee yang kini berusia 52 tahun itu masih "senang" hidup di jalanan. Mencari makanan sisa di restoran cepat saji terdekat.
Bagi sebagian besar orang, apa yang dilakukan Lee jelas bukanlah cara hidup ideal. Namun, Lee mengaku dia tidak akan menukarkannya dengan harta dunia.
"Bagi saya, inilah kebebasan," kata Lee kepada SCMP.
Dia mengaku menjadi gelandangan membuatnya tidak perlu membayar uang sewa dan bisa tidur di mana saja. "Saya pikir saya menyelamatkan sumber daya bagi masyarakat ini karena saya tidak menghasilkan uang maupun berusaha mencari pengaruh," terang dia.
Mayoritas pakaian Lee didapatkan dari sumbangan pekerja sosial lokal maupun dipungut di jalan. Dia tidak mendapat uang dari pemerintah, dan tidur di jalanan maupun taman.
Dia berkeliaran di Hong Kong Island yang merupakan kawasan termewah di sana, dan mengaku selalu menemukan benda-benda berguna yang dibuang orang.
Menjadi gelandangan membuatnya mendapat pengalaman baru. Karena itu, setiap hari dia bakal pergi ke Perpustakaan Pusat di Causeway Bay di mana dia bisa menggunakan akses internet gratis.
Di sana, dia bakal menuliskan segala pengalamannya selama hidup di jalanan. Meski bukan blogger populer, saat ini sudah ada 6.000 orang yang membaca tulisannya.
"Jika Anda ingin bahagia, daripada menjadi manusia yang selalu membawa beban harga diri dan kebanggaan, Anda bisa berpikir laksana hewan," katanya.