Lifestyle
Ini Sebabnya Banyak Remaja yang Unggah Video 'Bullying' ke Media Sosial
Sejumlah kalangan masyarakat dibuat kesal karena para pelaku sempat mengunggah video boomerang dari Instagram sesuai melakukan pengeroyokan tersebut.
TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Publik dihebohkan oleh pengeroyokan siswi SMP di Pontianak oleh geng siswi SMA belum lama ini.
Kisah bullying tersebut beredar luas melalui media sosial.
Sejumlah kalangan masyarakat dibuat kesal karena para pelaku sempat mengunggah video boomerang dari Instagram sesuai melakukan pengeroyokan tersebut.
Fenomena ini sebenarnya bukan kali pertama.
Masyarakat pernah melihat beberapa video pengeroyokan atau perundungan (bullying) yang kemudian diunggah ke media sosial.
Sebetulnya, apa yang menyebabkan sebagian orang tergugah untuk mengunggah konten bullying ke media sosial?
Bullying sebetulnya bukan hal baru, namun penelitian di bidang psikologi menyebutkan fenomena tersebut sudah ada sejak sekitar tahun 1990an.
Dijelaskan oleh psikolog dari Pion Clinician, Patricia Yuannita M.Psi, perundungan semakin berkembang pesat seiring dengan perkembangan ekonomi dan teknologi.
"Kedua hal ini benar-benar sangat memicu orang-orang untuk survive di lingkungannya," kata Yuannita dalam sebuah acara diskusi di Nutrifood Inspiring Center, Jakarta Pusat, Senin (15/4/2019).
Baca: Sepanjang 2018, 179 Kasus Bullying Anak Remaja Terjadi di Sleman
Perempuan yang akrab disapa Yoan itu menambahkan, dari sisi tahapan perkembangan, anak remaja sedang berada pada tahap perkembangan identitas dan juga kegamangan dalam pencarian identitas.
Lingkungan menentukan eksistensi mereka. Karena pada generasi mereka eksistensi banyak ditentukan dari media sosial, maka media-media sosial lah yang menjadi sasaran untuk menunjukkan identitas mereka.
Namun, situasi menjadi tidak terkendali karena perkembangan teknologi yang pesat tidak diimbangi dengan cara menyikapi yang baik pula.
Baca: Lindungi Dari Aksi Bullying, Instagram Sarankan Pengguna Gunakan Fitur Ini
Hingga Tersangka Jadi Korban Bully
Di sisi lain, orangtua generasi mereka kebanyakan merupakan generasi yang masih mempelajari teknologi.
"Perundungan adalah keinginan mencari kekuatan lebih. Yang menyebabkannya adalah ingin menunjukkan identitas dan apa yang ingin orang tangkap," kata Yoan.