Mengenang Sutan Syahrir : Pernah Diculik di Solo, Syahrir Memukau di Markas PBB New York

Secara piawai Syahrir mematahkan satu per satu argumen perwakilan Belanda, dan memaksa PBB masuk dalam urusan perjuangan Indonesia

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
IST
Sjahrir dan Soekarno 

Prof Dr Soemitro Djojohadikoesoemo, elite PSI saat itu bergabung ke pemerintahan PRRI di Sungai Daerah, di perbatasan Jambi-Sumbar.

Pada 16 Januari 1962 pukul 04.00, Syahrir ditangkap. Mula-mula ditahan di Mess CPM di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta, dipindah ke Kebayoran, selanjutnya ditahan di penjara Madiun.

Di rumah tahanan di Madiun ini Sutan Sjahrir menderita sakit tekanan darah tinggi. Dalam keadaan payah pada 16 November 1962 Sjahrir diangkut ke Jakarta untuk dirawat di RSPAD.

Delapan bulan kemudian, Sjahrir dipindahkan ke tempat tahanan di Jalan Keagungan Jakarta. Di sini kesehatannya makin mundur.

Pada 9 Pebruari 1965, Sjahrir dipindah lagi ke Rumah Tahanan Militer (RTM) di Jalan Budi Utomo Jakarta. Penderitaannya terus berlanjut, dan sangat menyedihkan.

Sjahrir lumpuh akibat serangan stroke. Ia kehilangan kemampuan bicara dan menulis. Dalam keadaan parah, Sutan Sjahrir diterbangkan ke Zurich, Swiss, namun tak tertolong.

Ia meninggalkan istri, Poppy Syahrir dan dua anak. Syahrir, si Bung Kecil yang tokoh besar negeri ini, meninggal jauh dari tanah air yang dicintainya.

Pada 19 April 1966, jenazah Sutan Sjahir dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional untuk menghargai jasa-jasanya kepada perjuangan bangsa dan negara dengan S.K.Presiden No.76 tahun 1966 tanggal 9 April 1966.(Tribunjogja.com/berbagai sumber/xna) ]

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved