Festival Ingkung Ayam dan Miedes Khas Bantul, Upaya Menjaring Wisatawan Melalui Potensi Kuliner
Ingkung Ayam dan Miedes menjadi satu potensi kuliner yang akan dipromosikan untuk menjadi daya tarik wisatawan.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pariwisata dan Kuliner menjadi satu kesatuan tak terpisahkan.
Keduanya mampu menjadi daya tarik kunjungan bagi wisatawan.
Peluang itu yang ditangkap serius oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul untuk kemudian menggelar festival Ingkung dan Miedes.
Kedua olahan makanan tradisional khas dari Bumi Projo Tamansari.
"Kita mencoba untuk mensinergikan antara pariwisata dan pelaku usaha. Karena kita memiliki potensi kuliner yang luar biasa. Ada sejumlah produk Bantul yang khas. Di antaranya Ingkung dan Miedes," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Kwintarto Heru Prabowo, di sela-sela kegiatan Festival Ingkung dan Miedes di Pantai Parangkusumo, Minggu (7/4/2019).
Dijelaskan Kwintarto, Ingkung merupakan olahan makanan tradisional khas Bantul yang berasal dari Desa Wisata Santan, Gowasari di Kecamatan Pajangan.
Sedangkan Miedes merupakan makanan khas Bantul dari Desa Wisata Surocolo di Kecamatan Pundong.
Ingkung dan Miedes menurut dia menjadi satu potensi kuliner yang akan dipromosikan untuk menjadi daya tarik wisatawan.
"Meskipun sudah banyak diproduksi di luar induknya, yang penting bagaimana Ingkung dan Miedes ini bisa dibranding sebagai kuliner asli dari Kabupaten Bantul, karena lahirnya di Bantul," terang dia.
Branding kuliner ini menurut Kwintarto sangat penting. Dengan harapan wisatawan yang datang ke Bantul bisa menginap, berbelanja dan mencicipi kuliner khas dari Bantul.
Sehingga sektor pariwisata berkembang dan para pelaku usaha juga bisa mendapatkan penghasilan dari kuliner yang dijajakan.
Ia kemudian menjelaskan angka kunjungan di Bantul setiap tahunnya mencapai 8 juta wisatawan.
"Saya membayangkan ketika semua orang itu bisa tinggal menginap dan makan serta berbelanja di Bantul. Misalkan saja yang belanja separohnya, 4 juta, masing-masing belanja seratus ribu. Ada berapa milyar uang yang berputar di Bantul dan menghidupi para pelaku usaha di Bantul," papar dia.
Sebab itu, kata Kwintarto, apa yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata melalui Festival Ingkung dan Miedes di Pantai Parangkusumo merupakan bagian untuk mempromosikan dan melakukan publikasi.
Harapannya supaya sektor Pariwisata meningkat dan makanan khas di Bantul bisa semakin dikenal luas oleh masyarakat.
Dalam festival makanan tradisional khas Bantul itu diikuti oleh puluhan pelaku usaha.
Terdiri dari 30 pedagang Miedes dan 13 stand untuk pelaku usaha Ingkung.
Mereka terlihat asyik memasak. Menyajikan miedes dan Ingkung dengan enaka macam kreasi. Ada miedes yang dicampur udang, dicampur daging hingga ditabur bawang goreng.
Ingkung pun tak kalah meriah, mereka menampilkan kreasi Ingkung terbaik. Bahkan ada juga yang disiram areh santan dari kelapa. Rasanya lebih gurih.
Dalam kegiatan ini dilangsungkan pula live performance demo memasak dari chef Dody Prakosa.
Melalui demo memasak ini diharapkan para pelaku usaha kuliner bisa sengkuyung menyajikan menu makanan lebih baik lagi untuk para wisatawan yang akan berkunjung ke desa-desa wisata di Kabupaten Bantul.
Salah satu peserta festival, Johan Cahyana dari Imogiri mengaku cukup senang dengan adanya Festival Ingkung dan Miedes. Menurut dia Festival makanan tradisional memiliki banyak kemanfaatan, salah satunya sebagai ajang mengenalkan dan promosi warung miliknya.
"Selain itu bisa juga mengenalkan makanan tradisional yang merupakan ciri khas dari Kabupaten Bantul," ungkap dia.
Dikatakan Johan, ada perbedaan mendasar antara kuliner Ingkung di Bantul dengan Ingkung yang ada di daerah lain. Perbedaannya terletak pada rasa.
"Kalau di luar ingkungnya itu bercita rasa pedas dan ada juga yang rasanya manis. Tapi kalau di Bantul rasanya lebih kegurih-gurihan. Itu ciri khasnya," terang dia. (*)