Jejak Pengembaraan Bujangga Manik

Diangkut ke Inggris Sejak 1627, Naskah Kuna Bujangga Manik Ditemukan 340 Tahun Kemudian

Dalam khasanah sejarah Nusantara, naskah kuna Bujangga Manik dari Tatar Sunda mendapat tempat cukup istimewa

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
ibo-zavasnoz.blogspot.com
Naskah Bujangga Manik 

Dari 1.641 baris syair di naskah Bujangga Manik, tak satupun memuat kata-kata atau bahasa yang mengindikasikan pengaruh Arab atau Islam.

Semuanya bahasa Sunda yang terpengaruh kuat bahasa Jawa. Aksara yang dipakai aksara Sunda, yang dipengaruhi aksara dari India.

Naskah Bujangga Manik
Naskah Bujangga Manik (ibo-zavasnoz.blogspot.com)

Ketiadaan unsur bahasa Arab itu memberikan petunjuk nasakah ditulis pada masa pra-Islam di Jawa. Demak memang sudah disebut, tapi kemungkinan besar sebelum Raden Patah berkuasa.

Hal menarik berikutnya menurut Noorduyn adalah Bujangga Manik menyebut 450 nama tempat yang disinggahinya, yang semuanya berlokasi di Pulau Jawa. Secara geografi ini sangat menarik.

Nama-nama tempat itu masih banyak yang bisa dikenali, tapi juga tak sedikit yang sudah lenyap atau mungkin berganti nama yang sama sekali berbeda.

Bujangga Manik dalam cerita itu menyatakan dua kali melakukan pengembaraan ke timur. Pengembaraan pertama berakhir di Pamalang (Pemalang), sebelum ia kembali ke Pakuan lewat laut.

Bujangga Manik menumpang kapal yang hendak ke Malaka dari bandar Pamalang. Nakhodanya seorang India yang anak buahnya dari berbagai bangsa.

Perjalanan Pamalang ke bandar Kalapa (Jakarta) ditempuh selama setengah bulan. Ia melanjutkan perjalanan ke Pakuan menemui ibunya yang terkejut melihat putranya tiba-tiba muncul.

Pada pengelanaan pertama ini, Bujangga Manik menempuh rute tengah. Ia mendaki menuju kawasan Puncak (sekarang Puncak Pass) dan menyaksikan alam negerinya yang sangat permai.

Noorduyn dalam buku “Perjalanan Bujangga Manik Menyusuri Tanah Jawa (Ombak, 2019)” mengatakan, Bujangga Manik secara jelas menunjukkan tapal batas penting antara barat dan timur.

Yaitu antara Sunda dan wilayah yang dikuasai Majapahit kala itu. Batasnya adalah Cipamali atau Kali Pamali di Kabupaten Brebes sekarang.

Puncak Pass
Puncak Pass (Collectie Tropenmuseum)

Ia secara khusus menyebut Demak sebagai wilayah yang berbeda dengan Majapahit. Dari sinilah ada dugaan ketika itu Demak sudah berdiri sebagai entitas sendiri, sebelum masa Raden Patah yang Islam.

Dua tempat disebut Bujangga Manik saat ia menjelajahi wilayah di timur Cipamali. Yaitu Jatisari dan Pamalang. Jatisari terlalu umum, sehingga topografinya sulit dikenali lagi.

Puncak Pass
Puncak Pass (Wikimedia Common)

Seperti diterangkan di muka, sesampainya di Pamalang, Bujangga Manik berubah pikiran dan ingin pulang ke Pakuan.

Cerita berikutnya akan menggambarkan detail perjalanan pertama Bujangga Manik, yang agaknya seorang diri berkelana ke timur.(Tribunjogja.com/xna)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved