Bisnis
Wadahi Apparel Lokal, Equinoc Diluncurkan
Terlebih, dengan memasuki era industri, jersey kini menjadi buruan para suporter, maupun kolektor yang terjun di bidang tersebut
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Dewasa ini, jersey sebuah klub sepakbola bukan hanya menjadi balutan busana para pemain di lapangan.
Terlebih, dengan memasuki era industri, jersey kini menjadi buruan para suporter, maupun kolektor yang terjun di bidang tersebut
Karena itu, perusahaan apparel lokal terus berlomba-lomba mengeluarkan produk-produk terbaik.
Bahkan, tidak berhenti pada jersey saja, namun hingga kaus kaki, jacket, atau, t-shirt, yang tentu ditujukan untuk masing-masing penggandrung kesebelasan favorit.
Menengok perkembangan apparel tanah air, dalam beberapa tahun terakhir muncul geliat luar biasa, yang ditunjukkan oleh beberapa produsen berbasis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), layaknya Salvo, Reds, Riors, DJ Sport, Wayank, Ghanior, maupun FAT.
Baca: Utamakan Keamanan, Perhatikan Safety Apparel Sebelum Berkendara
Untuk mewadahinya, Asosiasi Industri dan Pakaian Olahraga Indonesia, atau disebut Equinoc pun resmi diluncurkan, di Sinergi co-working space, Yogyakarta, Sabtu (30/3/2019) lalu.
Dengan begitu, perusahaan apparel dan peralatan olahraga di Indonesia, semakin kuat.
Selain itu, dengan kehadiran asosiasi ini, diharapkan bisa meningkatkan daya tawar bagi para anggotanya, sekaligus memperkuat brand asli Indonesia.
Ya, baik di pasar domestik, serta membuka kemungkinan untuk melakukan ekspansi, hingga ke wilayah regional.
"Apparel ini kan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Ini adalah wadah bagi kami, untuk belajar bersama,” kata penggiat jersey, Angga Wirastomo.
Baca: Honda Jual Aksesoris Resmi dan Apparel untuk Pecinta PCX
Dalam kegiatan tersebut, didiskusikan pula mengenai perkembangan jersey sepakbola di Indonesia.
Akbar Kusumowibowo, kolektor jersey PSIM Yogyakarta pun menyampaikan, mengenai perkembangan jersey di Indonesia, dari era lampau, hingga masa terkini.
"Kalau kita berbicara sejarah, dari jaman era sebelum liga Indonesia, hingga tren apparel sepakbola lokal di pertengahan 2000an, yang ditandai dengan masuknya Vilour, apparel asal Bandung, ke Liga Indonesia," ucap Akbar.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, eks penggawa PSIM Yogyakarta, Topas Pamungkas, yang dihadirkan sebagai pembicara, menyampaikan terkait kriteria sebuah jersey sepakbola, yang nyaman dipakai untuk para pemain, yang berlaga di lapangan hijau.
"Jadi, jersey yang tidak berat ya, itu yang nyaman. Kemudian, sebisa mungkin memiliki ukuran yang pas dengan tubuh pemain, sehingga tidak mengganggu saat bermain," terang pria yang juga berkecimpung dalam dunia futsal profesional itu.
