Cleopatra Sang Ratu Terakhir Mesir
Kisah Cleopatra: Datang Bermegah Bak Dewi Venus, Cleopatra Menawan Hati Mark Antony
Mark Antony dan Cleopatra langsung menjadi sepasang kekasih dan akan tetap seperti itu selama 10 tahun ke depan
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Oktavianus akhirnya menggeruduk Mark dan Cleopatra. Pasukan Cleopatra dan Mark Antony dikalahkan Oktavianus di pertempuran Actium pada 31 SM.
Oktavianus kemudian meminta audiensi dengan ratu di mana kondisi kekalahannya dibuat jelas baginya.
Syarat-syaratnya sangat tidak menguntungkan dan Cleopatra mengerti dia akan dibawa ke Roma sebagai tawanan untuk menghiasi kemenangan Octavianus.
Menyadari bahwa dia tidak akan bisa memanipulasi Oktavianus seperti dia memiliki Caesar dan Antony, Cleopatra meminta, dan diberikan, waktu untuk mempersiapkan dirinya.
Waktu itu ternyata digunakan Cleopatra dan Mark untuk mengakhiri hidup bersama-sama. Mereka menyerahkan nyawanya lewat gigitan ular kobra Mesir.
Oktavianus lantas membunuh Caesarion, putra Cleopatra dan Caesar. Sedangkan anak-anak Cleopatra-Mark dibawa ke Roma, di mana mereka dibesarkan Octavia. Trah Ptolomeus di Mesir pun berakhir.
Meskipun secara tradisional dianggap sebagai keindahan yang hebat, para penulis kuno secara seragam memuji kecerdasan dan daya tariknya atas atribut fisiknya.
Plutarch menulis, Cleopatra memiliki daya tarik dalam dirinya, kekuatan karakter yang khas dalam setiap kata dan tindakannya. Ia seolah seperti meletakkan semua yang berhubungan dengannya di bawah mantranya.
Mantra yang sama bertahan selama berabad-abad sejak kematiannya, dan ia tetap menjadi ratu paling terkenal di Mesir kuno.
Film, buku, acara televisi, dan drama telah diproduksi tentang hidupnya dan dia digambarkan dalam karya seni di setiap abad hingga saat ini.
Meski begitu, seperti yang dicatat Schiff, dia hampir secara universal diingat sebagai wanita hebat yang mampu merayu dan menundukkan dua pria kuat di dunia.
Cleopatra baru berusia 39 tahun ketika dia meninggal dan telah memerintah selama 22 tahun itu. Di zaman ketika perempuan jarang atau tidak pernah menyatakan kontrol politik atas laki-laki, ia berhasil mempertahankan Mesir.
Sesuai tradisi kuno negeri itu, dia berusaha mempertahankan konsep ma'at, keseimbangan dan harmoni.
Meskipun dia seorang Makedonia-Yunani, dia jadi lambang Mesir kuno paling kuat dalam imajinasi popular hingga hari ini.(Tribunjogja.com/