Ambruknya ISIS di Baghouz Suriah

Nasib Muram Wanita dan Anak-anak Eks Penduduk Khalifah ISIS

Ribuan wanita, anak-anak, lansia dan pria-pria dewasa yang sakit dan luka keluar dari Baghouz

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
IST
Suasana evakuasi wanita, anak-anak, lansia dan yang luka-luka dari kota Baghouz, Suriah. Mereka harus mendaki bukit guna mencapai titik kumpul yang dikontrol pasukan Kurdistan 

Nasib Muram Wanita dan Anak-anak Eks Penduduk Khalifah ISIS

TRIBUNJOGJA.COM, BAGHOUZ – Ribuan wanita, anak-anak, lansia dan pria-pria dewasa yang sakit dan luka keluar dari Baghouz, kamp terakhir kekhalifahan ISIS di Suriah. Sebagian besar mereka bukan warga Suriah.

Ada yang datang dari Mesir, Aljazair, Maroko, Azerbaijan, Turkmenistan, Kazakhstan, Rusia, Belgia, Finlandia, dan negara-negara lain. Mereka datang ke Suriah untuk bergabung ke daulah ISIS yang diproklamirkan Abu Bakar Al Baghdady.

Ribuan Wanita, Anak-anak dan Lansia Susah Payah Keluar Kota yang Hancur

Baghouz menjadi sarang terakhir ISIS di Suriah, sebelum seminggu terakhir dibombardir dan nyaris bangunannya diratakan lewat pemboman udara pasukan AS dan serangan darat pasukan Syrian Democratic Forces (SDF).

Suasana evakuasi wanita, anak-anak, lansia dan yang luka-luka dari kota Baghouz, Suriah. Mereka harus mendaki bukit guna mencapai titik kumpul yang dikontrol pasukan Kurdistan
Suasana evakuasi wanita, anak-anak, lansia dan yang luka-luka dari kota Baghouz, Suriah. Mereka harus mendaki bukit guna mencapai titik kumpul yang dikontrol pasukan Kurdistan (IST)

Lalu apa sikap dan tanggapan warga daulah ISIS yang selamat meninggalkan Baghouz? Lindsey Hilsum dari Channel 4 News mewawancarai sejumlah perempuan di kamp pengungsi Al-Hawl di timur laut Suriah.

Kamp ini dikontrol pasukan SDF dan sejumlah lembaga kemanusiaan internasional. Rata-rata kaum perempuan eks ISIS ini masih sangat militan, kukuh dan meyakini ISIS akan tetap bertahan dalam kondisi apapun.

Tiga Malam Pasukan SDF Bombadir Baghouz, Kejatuhan ISIS Semakin Dekat

Yasmina Haj Omar, gadis muda asal Mesir ini enam tahun lalu datang ke Suriah. Tujuannya ke Raqqa, ibukota ISIS kala itu. Yasmina datang dengan suaminya, yang kemudian tewas dalam pertempuran.

Yasmina kawin lagi dengan petempur ISIS lain, yang juga kemudian tewas. Enam tahun terakhir, Yasmina telah menikah sebanyak enam kali. Ia memiliki sejumlah anak yang masih kecil-kecil.

Suasana evakuasi wanita, anak-anak, lansia dan yang luka-luka dari kota Baghouz, Suriah. Mereka harus mendaki bukit guna mencapai titik kumpul yang dikontrol pasukan Kurdistan
Suasana evakuasi wanita, anak-anak, lansia dan yang luka-luka dari kota Baghouz, Suriah. Mereka harus mendaki bukit guna mencapai titik kumpul yang dikontrol pasukan Kurdistan (ist)

“Saya baik-baik saja. Saya datang mengikuti apa kata Nabi Mohammad, dan semua saya serahkan kepada Allah,” kata Yasmina kepada Lindsey Hilsum. Ia tidak menyesal suami-suaminya tewas.

Para perempuan seperti Yasmina ini hidup berpindah-pindah daerah dan kota, sejak ISIS digempur dari berbagai arah. Ketika di puncak kejayaannya, para pendatang asing ini merasa hidup nyawan di Raqqa dan kota-kota lain yang dikuasai ISIS.

Kisah Penembak Runduk Kurdi yang Berhasil Tewaskan 250 Militan ISIS di Suriah

Setelah Raqqa jatuh ke tangan pasukan Kurdistan, petempur dan penduduk ISIS ini pindah dari satu kota ke kota lain. Hingga akhirnya mereka sampai di Baghouz, kota kecil di tepian Sungai Eufrat.

Dua kakak beradik asal Brighton, Inggris, kepada Lindsey Hilsum mengatakan, mereka merasa nyaman tinggal di wilayah ISIS. Menolak menyebut nama dan asal persis wilayahnya, mereka kini merasa sangat kehilangan dengan keluarganya.

“Saya ingin pulang, menyelesaikan sekolah, dan jadi guru di Inggris,” kata perempuan yang menggendong seorang bocah itu. Ia tidak mengetahui nasib suaminya yang petempur ISIS. Ia dan adiknya pergi dari sebuah kota, dan akhirnya jatuh ke tangan pasukan Kurdi.

Baca: Rekaman 1.600 Tamu Hotel Dijual Online, Skandal Kamera Tersembunyi Gegerkan Korsel

Ditanya apakah Daesh (ISIS) ambruk, ia menjawab lugas. “No, they still remain,” tukasnya cepat. Ia mengaku tidak menyesal bergabung ke daulah ISIS, tapi menginginkan anaknya nanti hidup normal.

Meski demikian ia pun ngeri dengan taktik perang yang dilakukan ISIS untuk merebut dan mempertahankan wilayahnya. Sikap dan pendapat serupa disampaikan banyak wanita ISIS lain yang kini ada di kamp pengungsian.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved