Lifestyle
Bersepeda Menikmati Kearifan Lokal Sesungguhnya
Terlebih lagi, Towil menawarkan para wisatawan pengalaman langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan beragam kearifan lokalnya.
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Yudha Kristiawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - "Padang hijau di balik gunung yang tinggi, berhiaskan pelangi setelah hujan pergi, ku terdampar di tempat seindah ini, seperti hati sedang, sedang jatuh cinta, ku bahagia merasakannya, andaikan aku bisa di sini selamanya tuk menikmatinya".
Penggalan lirik lagu berjudul Pelangi dan Matahari yang dipopulerkan oleh BIP ini rasanya pas menggambarkan bagaimana indahnya pesona alam dan kearifan lokal yang dihadirkan di salah satu desa yang ada di Kulonprogo Yogyakarta ini.
Tepatnya di Dusun Bantar Kulon, Banguncipto, Sentolo, Kulonprogo Yogyakarta, sebuah destinasi wisata yang menawarkan pengalaman langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Merasakan langsung bagaimana krarifan lokal hadir dalam kehidupan sehari hari.
Baca: Ribuan Pesepeda Meriahkan Kadin Fun Bike
Adalah Muntowil atau akrab disapa Towil, pria dibalik lahirnya wisata keliling desa menikmati kehidupan lokal sehari hari masyarakat setempat.
Sejak 12 tahun lalu, Towil mulai merintis wisata bersepeda keliling desa.
Segmen yang dibidik Towil melalui jasa wisatanya bernama Towil Fiets adalah turis mancanegara, khususnya Eropa.
Baca: Keren, Petugas Kebersihan Bikin Gazebo dari Limbah Botol Plastik
Hal ini sangat beralasan, sebab Towil sudah lama membangun koneksi dengan beberapa rekan yang tinggal di Eropa.
Selain itu, Towil membaca peluang kebiasaan masyarakat Eropa yang gemar bersepeda.
Wisata sepeda yang ditawarkan Towil ini memang unik bagi wisatawan mancanegara.
Sepeda yang digunakan semua adalah sepeda kuno yang diproduksi antara tahun 1930 anak hingga 1970 an.

Terlebih lagi, Towil menawarkan para wisatawan pengalaman langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan beragam kearifan lokalnya.
Baca: Komunitas Magelang Bersepeda Urunan Sewu Gawe Parkiran
Selama perjalanan kurang lebih 3 jam menggunakan sepeda onthel, dengan rute kurang lebih sejauh 15 kilometer, para wisatawan diajak singgah ke beberapa rumah penduduk yang memang sehari hari melakukan aktivitas produksi kerajinan tangan dan makanan.
Salah satunya adalah Sulami. Perempuan yang dibesarkan di Sentolo ini sudah sekitar 40 tahun menjadi perajin stagen, yakni kain tenun dengan panjang sekitar 7 meter semacam korset yang dililitkan di pinggang.