Jejak Kuna di Makam Gaten

Banjir Lahar Merapi 2010 Kubur Bangunan Kuna di Bawah Makam Bono Loyo

Fakta-fakta peristiwa alam ini seperti pengulangan sejarah terpendamnya bangunan-bangunan masa Mataram Kuna oleh sapuan lahar Merapi

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga
Makam Gaten 

Banjir Lahar Merapi 2010 Kubur Bangunan Kuna di Bawah Makam Bono Loyo

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – Aliran panjang Kali Mlinting mengular di sisi barat komplek Makam Bono Loyo Gaten, Sumberejo, Tempel, Sleman. Sungai itu memisahkan Dusun Sangularan dan Dusun Tegal serta Pisangan.

Di dekat kuburan, alur Kali Mlinting cukup dalam.

“Banjir besar ya kalau hujannya besar di atas. Kalau tidak ya biasa saja,” kata Sarwadi, mantan Kepala Dukuh Sangularan di rumahnya, Selasa (12/3/2019) sore.

Simak artikel sebelumnya :

Warga Temukan Berlapis-lapis Batu Berukir saat Gali Liang Lahat di Makam Gaten Sleman

Erupsi Merapi 2010 yang dampak sekundernya menyapu sisi barat gunung, memotong jalan raya Yogya-Magelang di Jumoyo, Muntilan, tidak terlalu signifikan di aliran Kali Mlinting. “2010 ya biasa saja, tidak ada aliran lahar di kali ini,” lanjutnya.

Aliran Kali Mlinting ini nantinya menyatu ke Kali Krasak yang berhulu di gunung Merapi. Dari Makam Gaten ke aliran Kali Krasak, jaraknya sekitar satu kilometer. Tidak terlalu jauh posisinya.

Batuan berukir yang ditemukan di makam Gaten
Batuan berukir yang ditemukan di makam Gaten (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Apakah Kali Mlinting dulunya seperti sekarang?

Dilihat dari jejaknya lewat pengamatan langsung, sepertinya jauh lebih besar pada masa lalu. Setidaknya di dasar aliran sungai persis di sebelah barat laut Makam Gaten, terlihat batu-batu sangat besar berserakan di sisi alur.

Batuan yang kini dikumpulkan di kompleks makam
Batuan yang kini dikumpulkan di kompleks makam (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Objek itu bisa dilihat di bawah jembatan kecil penghubung Dusun Sangularan dan Dusun Tegal. Sedangkan di utara makam, terdapat dua blok batu andesit sangat besar teronggok di kebun kosong.

“Batu besar itu sudah ada di situ sejak saya kecil. Bahkan mungkin jauh sebelum orang tua atau simbahg-simbah saya,” kata Pak Ngadi, warga Dusun Tegal. Informasi serupa disampaikan Pak Misdi, warga Sangularan.

Misteri Candi-candi yang Saling Membelakangi, Mungkinkah Ini Petunjuk Ibukota Mataram Kuno?

Belajar dari banjir lahar 2010/2011 sesudah Merapi meletus, hanya banjir lahar hujan skala besar yang mampu memindahkan blok-blok batu besar dari arah hulu atau lereng gunung. Peristiwa 2010 seperti tercatat dalam sejarah, mengubur wilayah Jumoyo.

Sejumlah artefak yang ditemukan di makam Gaten Kring III, Sleman
Sejumlah artefak yang ditemukan di makam Gaten Kring III, Sleman (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Sejumlah dusun di kiri kanan aliran Kali Putih tertimbun lahar dan lenyap diterjang bebatuan. Seingat Sarwadi, peristiwa serupa pernah terjadi tahun 70an. Kali Krasak disapu banjir lahar hujan, menimbun sejumlah dusun di wilayah Tempel.

Fakta-fakta peristiwa alam ini seperti pengulangan sejarah terpendamnya bangunan-bangunan masa Mataram Kuna oleh sapuan lahar Merapi. Begitu banyak buktinya, seperti Candi Sambisari, Kedulan, Kimpulan, dan beberapa situs kuna di sebelah barat Merapi.

Pekarangan Mbah Lurah Ngrundul Ini Penuh Artefak dari Masa Mataram Kuna

Struktur batu yang kemungkinan candi atau bangunan kuna lain di Makam Gaten memiliki kemiripan tanda. Terkubur lahar secara berlapis dan kemudian lenyap dari peradaban, sebelum muncul kembali di zaman modern ini.

Sejumlah petunjuk yang berada pada bebatuan yang ditemukan di kompleks makam Gaten Kring III, Sleman
Sejumlah petunjuk yang berada pada bebatuan yang ditemukan di kompleks makam Gaten Kring III, Sleman (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Dua blok batu besar yang ada di utara Makam Gaten mengindikasikan, wilayah itu pernah dilewati aliran lahar hujan berskala besar. Namun, tidak seorangpun yang tahu kapan peristiwa itu terjadi.

Mantan pengajar FIB UGM dan epigraf senior Dr Riboet Darmosoetopo pernah menyebut, Sleman adalah wilayah sangat istimewa masa awal kerajaan Mdang di Mataram yang dirintis Sanjaya.

Melihat Harta Karun Mataram Kuno, dari si Cantik Prajdnaparamita Hingga Mangkuk Emas Relief Ramayana

Petunjuk istimewanya Sleman masa kuna, terutama posisi wilayah Medari, cukup banyak, meski bukti-bukti fisik sulit didapatkan. Peneliti prasasti fenomenal Salimar ini meyakini pusat kerajaan Mdang Mataram atau masa awal Mdang di wilayah Medari saat ini.

Makam Gaten Kring III yang diduga menyimpan artefak dari masa kuna
Makam Gaten Kring III yang diduga menyimpan artefak dari masa kuna (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Sebuah penelitian dan ekskavasi di wilayah Medari, pernah diikuti Riboet Darmosoetopo berpuluh tahun lalu. Sempat menemukan struktur kuna di komplek pabrik kain batik PT GKBI (sekarang), namun penelitian dihentikan karena struktur itu tertutup lapisan sangat keras.

Menguak Petunjuk Penting Keberadaan Hutan Kuno yang Membentang dari Prambanan ke Kulonprogo

Nama “Medari” menurut Riboet sesuai toponimi kuna “Mdang ri Mataram”, yang artinya Mdang di Mataram. Posisi penting Medari itu kemudian didukung keberadaan bangunan suci di puncak Gunung Wukir di Kadiluwih, Muntilan, Magelang.

Batuan yang kini dikumpulkan di kompleks makam
Batuan yang kini dikumpulkan di kompleks makam (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Di lereng gunung ini, berdekatan dengan Candi Wukir, ditemukan prasasti batu yang membuka tabir kemunculan Sanjaya sebagai raja pertama Medang di Mataram. Dilihat dari posisinya, Makam Gaten masih berada di antara poros Medari dan Gunung Wukir.

Harta Karun Masa Kuna Itu Masih Terpendam di Bawah Kuburan Dusun Krapyak

Candi Wukir di puncak Gunung Wukir dalam prasasti yang kini jadi koleksi Museum Nasional, merupakan bangunan suci tempat Sanjaya mendirikan lingga. Posisi Wukir ini menerbitkan keyakinan, letak pusat kerajaan Mdang Mataram tentulah tak jauh dari titik ini.

Penelusuran menuju ke Makam Gaten
Penelusuran menuju ke Makam Gaten (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Tak banyak cerita kuna yang diketahui warga sekitar Makam Bono Loyo di Gaten. Tidak juga didengar cerita turun temurun dari nenek moyang mereka tentang keberadaan bangunan kuna di wilayah itu.

“Jadi ketika warga menemukan batu persegi yang ada bentuk khas, ada juga hiasannya, tak pernah jauh berpikir. Batu itu ditumpuk begitu saja, ada yang diangkut, ada pula yang kembali dipendam atau untuk pondasi,” kata Agus Sutopo, warga Dusun Tegal.

Makam Gaten
Makam Gaten (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

“Kabarnya pernah ada orang Muntilan yang ambil satu mobil pikap batu dari sini, tapi kemudian sakit dan akhirnya meninggal,” lanjutnya. Sejak itu umumnya warga tak berani membawa keluar batu persegi temuan dari makam Gaten.(Tribunjogja.com/xna) 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved