Boeing 737 MAX, Amankah untuk Terbangkan Penumpang?

Tidak lama setelah mengangkasa, pilot Ethiopian Airlines ET 302 itu merasakan sesuatu yang salah. Amankah Boeing 737 MAX untuk terbangkan penumpang?

Editor: iwanoganapriansyah
DOK. Boeing
Pesawat Boeing 737 MAX 8 menjalani uji terbang perdana di Renton, Negara Bagian Washington, AS, 29 Januari 2016. 

Malindo Air, yang sahamnya juga dimiliki Rusdi Kirana yang juga pemilik Lion Air, ternyata menjadi maskapai penerbangan pertama di dunia yang menerima dan mengoperasikan pesawat Boeing 737 MAX 8 pada tahun 2017.

Pesawat itu berdimensi panjang 39,5 meter dengan bentang sayap 35,9 meter. Pesawat yang dapat mengangkut 180 penumpang itu lebih hemat bahan bakar dibandingkan pesawat sejenisnya. Penggunaan bahan bakar 737 MAX 8 bisa lebih hemat hingga 20 persen bila dibandingkan dengan Boeing 737NG.

Menurut Senior Vice President Asia Pacific and India Sales Boeing Commercial Airplanes Dinesh Keskar bunyi mesin Boeing 737 MAX 8 lebih senyap dibandingkan pesawat tipe sejenis. Karena itu, penumpang Boeing 737 MAX 8 dapat lebih nyaman menikmati perjalanannya.

Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana (Kompas, Selasa 23 Mei 2017) mengatakan, terdapat delapan Boeing 737 MAX 8 pesanan Lion Air Group yang diterima pada 2017. Sebanyak empat pesawat dipesan untuk maskapai Lion Air dan empat pesawat untuk Malindo Air.

Mengikuti jejak Lion Air, Garuda Indonesia juga mengoperasikan B737 MAX.

Jadi, amankah terbang dengan B737 MAX?

Sikap Regulator

Menanggapi kejadian itu, Direktur Keselamatan dan Pengoperasian Pesawat Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Capt Avirianto, Minggu kemarin, mengatakan, regulator tidak akan terburu-buru melarang terbang pesawat Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan di Indonesia.

Ditjen Perhubungan Udara terus berkoordinasi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi dan Boeing mengenai kejadian ini.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk I Gusti Ngurah Askhara Danadiputera mengatakan, pihaknya terus melakukan prosedur inspeksi ekstra terhadap beberapa sistem yang diduga menjadi penyebab kecelakaan, seperti airspeed and altitude system, flight control system, dan stall management system.

Sebanyak 20 kantong jenazah berisi bagian tubuh tiba di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (6/11/2018) sore.
Sebanyak 20 kantong jenazah berisi bagian tubuh tiba di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (6/11/2018) sore. (KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Regulator penerbangan sipil di Amerika juga memilih untuk menunggu hasil penyelidikan. Menurut Reuters, regulator di Amerika mengaku belum mengetahui secara jelas penyebab jatuhnya penerbangan ET 302.

Sementara, Reuters mengutip pernyataan dari Ciajing dan China Business News, bahwa the Civil Aviation Administration of China (CAAC) telah memerintahkan penundaan penerbangan B737 MAX secara lisan. Meski kini, sejumlah pihak masih menunggu pernyataan resmi dari CAAC di situsnya.

Berdasarkan situs FlightRadar 24, tidak ada satu pun B737 MAX 8 yang terbang di langit China pada hari Senin ini. Hanya ada dua B737 MAX 8 yang terbang pada Minggu pagi karena baru saja tiba dari penerbangan internasionalnya.

Sikap dari berbagai maskapai pembeli B737 MAX tentu masih akan bermunculan. Begitu pula sikap dari berbagai regulator, yang belum tentu sama. (Kompas.ID/AP/Reuters)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved