Family
Inspirasi Mengelola Pakaian Bekas Anak
Pertumbuhan tubuh anak yang berlangsung cepat membuat usia pemakaian baju anak pun cenderung tidak lama. Jika baju terlanjur banyak, mau buat apa ya?
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Yudha Kristiawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pakaian anak yang sudah tidak terpakai bisa didaur ulang menjadi benda yang bermanfaat atau bisa dipermak dengan menambahkan beberapa inovasi sehingga bisa dipakai kembali.
Namun, untuk pakaian yang sudah tidak muat lagi dipakai si anak, rata-rata disimpan saja di lemari bertahun tahun.
Alangkah lebih bijaksana bila pakaian pakaian bekas anak ini bisa dimanfaatkan dengan memberikan kepada yang membutuhkan atau dengan mendaur ulang daripada dibiarkan saja menumpuk.
Hal ini disampaikan Stefani, ibu satu anak yang berprofesi sebagai enterpreneur.
Baca: Lebih Dekat dengan Rizki Rahma Nurwahyuni, Dalang Cantik dari Yogyakarta
Menurut Ste, bila kondisi baju bekas anak masih bagus dan sudah kekecilan alias tidak muat lagi dipakai si anak, orangtua bisa menyumbangkan pakaian tersebut ke anak-anak yang masih membutuhkan pakaian layak pakai.
"Kalau mau dikreasi juga bisa, ditambahkan aksen aksen baru sehingga nampak seperti pakaian baru lagi. Untuk pakaian yang sudah jelek, tak layak pakai aku biasanya sebagian dipakai buat lap untuk bersih bersih rumah," kata Ste pada Tribunjogja.com.
Lain lagi dengan Andriani, bersama komunitas orangtua wali sekolah TK anaknya, beberapa kali ia mengelar semacam pasar murah.
Tujuan pasar murah adalah mencari dana untuk kemudian disumbangkan ke anak-anak panti asuhan.
Baca: Memahami Pentingnya Asam Lemak Esensial untuk Pertumbuhan Anak
Satu di antara lapaknya menjual pakaian bekas anak yang kondisinya masih bagus.
"Ternyata setelah lemari pada dibongkar, banyak pakaian anak-anak kita yang bahkan baru dipakai sekali sudah lupa disimpan lagi. Daripada hanya numpuk kita sumbangkan dalam bentuk pakaian atau kita jual di pasar murah lalu hasilnya kita sumbangkan dalam bentuk uang," kata Andriani.
Andriani menambahkan, mengelola pakaian bekas anak bisa lebih mudah dilakukan bersama komunitas terdekat, misalnya, grup arisan, wali murid atau komunitas serupa.
Satu dari beberapa keuntungannya adalah bisa mengumpulkan lebih banyak pakaian bekas layak pakai.
"Kalau dikelola sendiri banyak yang akhirnya hanya dipakai lap, padahal masih bagus dan bisa dipakai anak lainnya yang membutuhkan," imbuh Andriani.
Baca: Rifan Financindo Donasikan Rp173 Juta untuk Anak-Anak Penderita Kanker
Membuat Kesepakatan dengan Anak
Nunuk Ambarwati, pegiat konten ramah anak sekaligus owner Tirana Art House and Kitchen sudah mengajarkan ke pada anaknya, Abel (8 tahun) tentang berbagi sesama.
Nunuk membuat kesepakatan dengan Abel untuk bisa memberikan pakaian-pakaiannya yang kekecilan kepada yang membutuhkan.
Diakui Nunuk, bagi Abel untuk bisa mengikhlaskan baju bajunya tersebut masih susah.
Meskipun dirinya bisa saja melakukannya sendiri tanpa setahu Abel, tapi bagi Nunuk, kesepakatan dan pemahaman Abel untuk memberikan kepada yang lain, menjadi bagian terpenting.
Menurut Nunuk, selain menghibahkan kepada yang membutuhkan, apa lagi yang bisa dilakukan untuk pakaian-pakaian bekas anak yang menumpuk.
Baca: Tanpa Obat, Begini Cara Sembuhkan Flu pada Anak
Nunuk pun pernah membuat acara workshop dengan menggunakan pakaian bekas.
"Ada yang dibuat menjadi tas, ada juga yang memperbaikinya dengan menambahkan sulaman tangan hingga membuat kesan baru dan tentunya makin cantik, " kata Nunuk.
Nunuk menambahkan, upaya mengelola pakaian bekas anak memang bisa dilakukan dengan beragam cara.
Intinya agar pakaian tersebut bisa digunakan lagi atau dijadikan bentuk lain yang bermanfaat selain dimusnahkan.
"Saya juga pernah order ke penjahit, kain selendang motif batik, bekas gendongan waktu Abel bayi menjadi celana panjang dan keren. Beberapa teman bilang celana saya bagus, padahal tidak tahu kalau itu dari bekas selendang," imbuh Nunuk. (*)