Istilah yang Dipakai Pada Debat Capres 2019 Mulai Jaringan Backbone hingga Unicorn Indonesia

Istilah yang Dipakai Pada Debat Capres 2019 Mulai Jaringan Backbone hingga Unicorn Indonesia

Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana | Editor: Iwan Al Khasni
KompasTV
Debat Capres 2019 

TRIBUNJOGJA.COM ------ Selama jalannya debat presiden 2019, lebih kurang 2,5 jam, terdapat beberapa kata yang mungkin asing untuk orang awam.

Tribunjogja.com melalui siaran langsung Kompas TV menemukan setidaknya ada tiga istilah yang digunakan oleh calon presiden, yang mungkin kurang familiar untuk publik.

Bahkan beberapa dari istilah yang digunakan pada debat kedua Capres Jokowi dan Prabowo Subianto ramai diperbincangkan di lini masa media sosial dari jaringan backbone hingga unicorn

Apa saja istilah yang digunakan pada debat? Berikut rangkumannya

1. Jaringan Backbone

Ilustrasi Pengguna Internet
Ilustrasi Pengguna Internet (via Castalia Systems)

Calon presiden nomor urut 1, Joko Widodo sempat menyebut telah membangun jaringan backbone di wilayah Barat, Tengah, dan sebagian daerah Timur Indonesia.

Tapi, apa yang dimaksud dengan Backbone?

Dikutip dari laman Technopedia, sederhananya, internet backbone adalah saluran transmisi data berkecepatan sangat tinggi, yang menyediakan fasilitas jaringan untuk penyedia layanan internet.

Internet backbone merupakan koneksi data terbesar di internet. Dia membutuhkan koneksi bandwidth dan server/router berkecepatan tinggi.

Jaringan backbone umumnya dimiliki oleh institusi komersil, pendidikan, pemerintah, dan militer.

2. Era 4.0

Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 (Yuswohady)

Kedua calon presiden sempat menyinggung istilah ini. Panelis pun sempat menanyakan tentang apa upaya yang akan dilakukan menghadapi 4.0.

Istilah era 4.0 dikenal juga dengan istilah era revolusi industri 4.0.

Menurut penjelasan dari laman Universitas Gadjah Mada, era revolusi industri 4.0 merupakan tahapan revolusi industri keempat.

Revolusi industri pertama ditandai dengan ditemukannya mesin uap.

Revolusi industri kedua, berhubungan dengan listrik.

Revolusi industri ketiga, berkaitan dengan komputerisasi.

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan mulai berkembang pesatnya teknologi informasi, muncul pula istilah artificial intelligent, robotika, dan internet of thinks.

3. Unicorn

Ilustrasi
Ilustrasi (infodigimarket.com)

Calon presiden Joko Widodo sempat menanyakan soal apa strategi Prabowo untuk mengembangkan unicorn Indonesia.

Apa itu unicorn?

Menurut laman Kompas.com, unicorn adalah sebutan bagi start up (perusahaan rintisan) yang bernilai di atas 1 miliar dollar Amerika Serikat, atau setara lebih dari Rp14 triliun (kurs: Rp14.143/ dollar AS).

Jokowi sempat menyebutkan ada tujuh Unicorn di Asia Tenggara dan empat di antaranya ada di Indonesia

Empat unicorn Indonesia adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. (Tribun Jogja/ Fatimah Artayu Fitrazana)

Buku 'Why Nations Fail' yang Dibawa Prabowo Saat Debat Presiden 2019

Calon presiden Prabowo Subianto mengaku membawa buku "Why Nations Fail" di debat presiden 2019 putaran dua, Minggu (17/2/2019).

Hal tersebut disampaikan secara langsung oleh Prabowo saat menjawab pertanyaan para awak media setelah acara debat berakhir.

Saat menemui media di kawasan Hotel Sultan, tempat dilangsungkannya acara debat presiden 2019, Prabowo sempat ditanya buku apa yang dia bawa saat acara debat.

Prabowo sempat membawa satu buku saat mengikuti jalannya debat, dia mengaku jika sedang membaca dan mempelajarinya.

"Tadi bawa buku apa, Pak?" tanya seorang wartawan.

"Itu buku yang sedang saya baca, judulnya "Why Nations Fail," kata Prabowo, dikutip Tribunjogja.com dari siaran langsung Kompas TV.

Menurut penelusuran, "Why Nations Fail" merupakan buku karya Daron Acemoglu dan James Robinson.

Dilansir dari laman Whynationfail.com, buku ini berisi tentang ulasan komprehensif soal adanya negara kaya dan negara miskin, ditinjau dari beberapa fakto, misalnya kekayaan dan kemiskinan, kesehatan dan penyakit, serta makanan dan kelaparan.

Menurut penulis, adanya fenomena ini bukan soal budaya, nasib, bahkan takdir, melainkan adanya lembaga ekonomi dan politik yang dibuat dan dijalankan oleh manusia, yang menjadi dasar kesuksesan ekonomi.

Disebutkan bahwa Korea menjadi satu dari sederet contoh pembuktian bahwa aktor intelektual berpengaruh terhadap kemajuan negara.

Korea Utara termasuk dalam jajaran negara miskin di dunia, yang justru berbeda 180 derajat dengan saudara mereka, Korea Selatan.

https://www.instagram.com/p/BrbJkjzBRlh/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1ghmxcdw0ez7j

Dalam buku "Why Nations Fail" setidaknya terdapat tiga pertanya penting yang coba dijawab oleh kedua penulis.

1. China telah membangun mesin pertumbuhan yang otoriter, apakah itu akan bertahan dan tumbuh dengan cepat hingga bisa menyaingi negara Barat?

2. Apakah Amerika ada di belakangnya? Apakah kita bergerak dari lingkaran di mana para elit berusaha memperbesar kekuasaan, ke lingkaran setan yang memperkaya dan memberdayakan minoritas kecil?

3. Apa cara paling efektif untuk membantu memindahkan miliaran orang dari kemiskinan menuju jalur kemakmuran?

Buku "The Origin of Power, Prosperity, and Poverty: Why Nations Fail" karya Daron Acemoglu dan James Robinson telah dirilis sejak tahun 2012, terdiri dari setidaknya 546 halaman.

Buku ini juga sudah hadir dalam Bahasa Indonesia.

Saat Prabowo ditanya alasan dirinya membaca buku ekonomi-politik ini, dia menjawab dirinya bukan pesimis, tapi perlu belajar lagi soal negara lain. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved