Kisah Mbah Jumari yang Tinggal di Gubug Kayu, 'Saya Ingin Anak Saya Terus Sekolah Lebih Tinggi'
"Saya sudah tidak punya harapan apa-apa. Kecuali satu, saya hanya ingin anak saya terus sekolah. Kalau bisa sampai SMA, sampai kuliah.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Yoseph Hary W
Kisah Mbah Jumari yang Tinggal di Gubug Kayu, "Saya Hanya Ingin Anak Saya Terus Sekolah Lebih Tinggi"
Laporan Reporter Tribun Jogja Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Jumari, kakek 65 tahun yang hidup di gubug kayu di Padukuhan Srunggokali, Desa Selopamioro, Bantul mengaku sudah tak lagi memiliki harapan. Kecuali satu, ia ingin terus menyekolahkan anaknya, Yunawan, ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
"Saya sudah tidak punya harapan apa-apa. Kecuali satu, saya hanya ingin anak saya terus sekolah. Kalau bisa sampai SMA, sampai kuliah. Semampu saya, akan berusaha menyekolahkan," tutur Jumari, ketika tribunjogja.com bertanya harapan.
Untuk diketahui, Yunawan merupakan anak bungsu Jumari. Saat ini dia duduk di bangku kelas lima sekolah dasar.
Setiap hari, sejak enam bulan terakhir mereka (Jumari dan Yunawan) tinggal di sebuah gubug kayu sangat sederhana.
Baca: Hidup Miskin, Jumari dan Anaknya Tinggal di Gubug Kayu di Tengah Kebun Sengon
Kondisi gubuk
Gubug itu beratapkan seng bekas. Tak ada dinding dan tak ada pintu. Bangunan lebih mirip seperti kandang ternak.
Untuk mencegah terpaan angin masuk, samping kanan dan kiri hanya dibalut dengan kain bekas ala kadarnya.
Melihat kediaman Jumari memang memprihatinkan. Sangat jauh dari kata layak. Hanya berukuran sekira 5 x 2 meter persegi.
Jangan tanyakan perabotan. Karena barang berharga satu-satunya di dalam gubug itu hanya kasur yang telah lusuh. Sebagai tempat istirahat saat malam menjelang.
Kasur itu diletakkan dipojok bangunan gubug tanpa dibalut sprei.

MCK di sungai
Tidak ada hiburan dan tak ada barang berharga. Bahkan kamar untuk mandi tidak ada. Kebutuhan MCK, Jumari dan anaknya biasa mengandalkan sungai kecil di depan gubug tempat mereka tinggal.
Ketika hujan turun, kata Jumari gubug miliknya bocor dimana mana. Ia dan anaknya sebisa mungkin mencari ruang di dalam gubug supaya tidak kena tetesan air hujan.
"Kalau ditanya dingin. Pastinya dingin. Tapi mau gimana lagi. Saya tidak punya tempat tinggal lain," ujar dia pasrah.