Sekeluarga Tewas dalam Posisi Ayah Memeluk Putrinya, Ibu Mendekap Putranya, Tertimpa Tanah Longsor

Sekeluarga dinyatakan tewas akibat tertimpa material tanah longsor. Mereka ditemukan dalam posisi saling berpelukan di ranjang dalam kamar tidur

Editor: Yoseph Hary W
Tribun Bali/Saiful Rohim
Bencana tanah longsor menerjang wilayah Bali. Di Banjar Dinas Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng Bali, sekeluarga tewas. 

TRIBUNJOGJA.COM - Bencana tanah longsor terjadi di Banjar Dinas Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng Bali, pada Selasa (29/1/2019) sekitar pukul 04.00 wita.

Sekeluarga dinyatakan tewas akibat tertimpa material tanah longsor itu.

Saat dievakuasi, sekeluarga penghuni rumah yang terkena longsoran telah meninggal dunia.

Baca: Sebelum Putu Sekeluarga Tewas Diterjang Longsor, Ia Pamit Tak Masuk Sekolah

Baca: Naik Angkutan Umum Ternyata Bisa Turunkan Angka Obesitas

Sang ayah, Ketut Budi Kace, posisinya memeluk anak perempuannya (Putu Rikasih), sedangkan istrinya, Luh Sentiani, dalam posisi mendekap anak laki-lakinya (Kadek Sutama).

Mereka ditemukan dalam posisi saling berpelukan di ranjang dalam kamar tidur.

Baca: Ahmad Dhani Bakal Satu Ruang Penjara di Sel Tahanan Orang Tua karena Hasil Cek Kesehatan Ini

Baca: Pengendara Motor Lompati Pembatas Jalan dan Lempari Sekawanan Perampok yang Beraksi Dini Hari

Melihat kejadian itu, Wayan Kasih (48) yang merupakan adik korban Ketut Budi tak kuasa menahan sedih.

Bencana itu bahkan tak hanya merenggut nyawa sang adik, ipar dan dua keponakannya juga turut menjadi korban.

Tanah longsor ini terjadi di Banjar Dinas Sangker, Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng pada Selasa (29/1/2019) sekitar pukul 04.00 wita.

Satu keluarga dinyatakan tewas akibat insiden ini.

Mereka adalah Ketut Budi Kace (33) (adik Wayan Kasih,red), bersama istrinya, Luh Sentiani (27), dan dua anaknya Putu Rikasih (9) dan Kadek Sutama(5).

Keluarga malang ini tak sempat menyelamatkan diri.

Sebab saat musibah terjadi saat mereka sedang tertidur pulas.

Dari pantauan di rumah duka, Kasih terlihat beberapa kali membuka kain yang menutupi jenazah adiknya Ketut Budi Kace.

Ia membersihkan sisa-sisa tanah yang masih melekat di wajah almarhum.

Empat Korban tewas Akibat Longsor di Desa Mengening, Kubutambahan, Buleleng, Selasa (29/1/2019).
Empat Korban tewas Akibat Longsor di Desa Mengening, Kubutambahan, Buleleng, Selasa (29/1/2019). (Dok BPBD Kab Buleleng via tribun bali)

Sempat khawatir

Kepada awak media, Kasih mengaku sempat merasakan firasat buruk.

Sejak Senin malam, wanita yang tinggal di Dusun Kayuambua, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli ini merasakan was-was terhadap adik kesayangannya itu.

"Sejak Senin malam wilayah Bangli juga diguyur hujan lebat. Sempat muncul perasaan khawatir, karena adik saya ini tinggal di lereng gunung.

Selasa pagi akhirnya saya mendapatkan kabar dari keluarga kalau Ketut Kace meninggal kena longsor.

Sebulan sebelum kejadian adik saya ini juga beda. Dia sering menanyakan kabar saya. Biasanya dia cuek," ucap Kasih lirih.

Rumah bawah tebing

Sementara Nyoman Dania (78) ayah korban Ketut Budi Kace menuturkan, hujan deras mengguyur wilayah Banjar Dinas Sangker sekitar pukul 02.00 dinihari.

Ia pun sempat merasa khawatir, sebab lokasi kediaman anaknya berada tepat di bawah senderan rumahnya, yang tingginya mencapai delapan meter.

Kekhawatiran Dania itu rupanya terjadi.

Senderan rumahnya amblas hingga menimpa rumah sang anak.

"Saya sempat bangun sekitar jam 03.00 wita, memantau rumah anak saya di bawah.

Saat hujan itu saya lihat anak saya tidak keluar rumah, jadi saya rasa aman-aman saja. Jam 04.00 wita saya masuk untuk tidur," jelas Dania.

Baca: Sama-sama Jemput Suami di Tempat Kerja, Istri Tua dan Istri Muda Bertemu, Saling Cakar dan Gigit

Sudah rata tanah

"Pas jam 05.00 saya bangun, saya lihat rumah Ketut sudah rata. Tidak ada suara grudug-grudug atau tanah bergetar. Yang saya dengar hanya suara hujan yang lebat.

Sempat saya panggil tapi tidak ada sahutan, firasat saya sudah meninggal. Akhirnya saya minta bantuan ke warga untuk dievakuasi," tambahnya.

Warga yang mengetahui kejadian ini pun bergegas melakukan evakuasi, bersama Tim Penanggulangan Bencana Desa Mengening.

Proses evakuasi dilakukan selama kurang lebih satu jam.

Evakuasi jenazah

Warga menemukan posisi ke empat jenazah saling berpelukan, berada di atas kasur, tertimpa tanah, dinding batako, pohon jeruk, dan senderan rumah ayahnya Dania.

"Anak saya (Ketut Budi Kace,red) posisinya memeluk anak perempuannya (Putu Rikasih,red), istrinya ( Luh Sentiani, red) posisinya memeluk anak laki-lakinya (Kadek Sutama,red). Semuanya masih di atas ranjang," ungkap Dania lirih.

Dania pun menjelaskan, senderan rumahnya itu memang baru dibuat sekitar satu setengah bulan yang lalu.

Sementara anaknya, membangun rumah tersebut sekitar satu tahun yang lalu.

Ia pun mengaku sempat menegur sang anak yang nekat membangun rumah tepat di lereng gunung dan di bawah senderan rumahnya.

Mandiri

"Katanya dia ingin mandiri. Ingin tinggal di rumah sendiri. Dulu memang tinggal di rumah saya.

Sekitar satu tahun yang lalu dia membangun rumah itu. Saya juga tidak bisa melarang dia memilih lokasi di situ, karena sisa lahan memang cuma di situ," jelasnya.

Bila tidak ada halangan, ke empat jenazah akan di makamkan di setra Desa Pakraman Mengening, pada Rabu (30/1/2018).

Duka Wali Kelas

Duka mendalam juga dirasakan oleh sejumlah guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Satra, Kecamatan Kintamani, Bangli. Mereka tampak mendatangi rumah duka, untuk melihat kondisi jenazah anak didiknya Putu Rikasih (9).

Sang wali kelas, Heni mengatakan, korban Putu Rikasih yang merupakan salah satu siswa kelas II di SDN 2 Satrra merupakan murid yang periang dan rajin.

Ia pun mengaku tidak menyangka jika peserta didiknya itu tewas mengenaskan dalam musibah tanah longsor.

Sehari sebelum kejadian, korban Putu Rikasih sempat meminta izin kepada Heni.

Korban mengatakan tidak akan masuk sekolah jika hujan lebat mengguyur pada Selasa (29/1/2019).

Mengingat lokasi rumah korban Putu Rikasih berada tepat di lereng gunung, Heni pun mengizinkan.

"Kemarin sempat minta izin ke saya, katanya kalau Selasa huuan deras izin tidak masuk sekolah. Ya saya izinkan, untuk keselamatannya dia juga karena rumahnya di lereng gunung.

Pagi tadi tiba-tiba dapat info dari Facebook kalau anak didik saya ini meninggal karen tertimpa longsor," ujar Heni.

(*)

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Satu Keluarga Tewas Tertimpa Longsor di Buleleng, Ayah Peluk Putrinya, Ibu Peluk Putranya

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved