Pegawai Apotek Sambut Hangat Mahfud MD saat Beli Obat, Namun yang Terjadi Kemudian Bikin Ngakak
Suatu malam, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarata tersebut mendatangi sebuah apotek
TRIBUNJOGJA.COM - Nama Prof Dr Mahfud MD SH akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di media sosial.
Persoalannya pun tak jauh-jauh dari politik. Surat suara 7 kontainer yang sudah tercoblos hasil twit Andi Arief.
Hingga diguncingkan para netizen.
Tapi kali ini, Mahfud kembali buat dirinya jadi perbincangan. Bukan tentang 7 kontanier, melainkan Dahlan Iskan.
Rupanya mantan Ketua Mahkamah Konstutisi itu menganggap dirinya masih kalah tenar dengan Dahlan Iskan.
Begini ceritanya. Suatu malam, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarata tersebut mendatangi sebuah apotek.
Setelah masuk, pegawai apotek menyambutnya ramah serta mengucapkan salam sembari mengucap nama, tetapi bukannya menyebut namanya, melainkan “Pak Dahlan”.
Mahfud kemudian memesan beberapa obat. Setelah itu si pegawai menyerahkan kepadanya sembari bilang, “Ini obatnya, Pak Dahlan Iskan”.
Kisah Mahfud MD yang dikira Dahlan Iskan tersebut diunggah dalam Twitter pribadinya @mohmafudmad pada Senin (7/1/2019) pukul 04.45 WIB.
Akun terverifikasi itu tercatat bergabung pada April 2011. Pengikutnya (follower) saat ini berjumlah 2,43 juta dan 638 yang diikuti (following).
Berikut ini kicauan Mahfud MD:
Bru sj sy ke apotik di Yogya. Pegawai menyambut sy dgn akrab. "Selamat malam, Pak Dahlan", katanya. Sy pun memesan bbrp obat. Stlh itu dia menyerahkan obat sambil bilang, " Ini obatnya, Pak Dahlan Iskan", katanya ramah. Hahaha, dia lbh kenal nama @iskan_dahlan daripada Mahfud MD.
Cuitan Mahfud MD mendapat ribuan reply, retweet, maupun like dari para Tweeps.
“Penjaga apotiknya mgkn gak punya hp prof,ato mgkn dy sibuk kerja sampe ga pernah nonton tivi” cuit Faizol@faizol04281228.
Hikmatulloh @hikmatu89635157 menulis “padahal prof mahmud sepopuler dahlan iskan ya, sama2 pernah jd mentri jg ya,jangan2 lg nnti pegawainya salah ngasih obat tu,krn salah nyebut yg beli”.
Baca: Pelanggan WO yang Buat Seribu Tamu Resepsi Pernikahan Tak Makan Satu per Satu Batalkan Order
“Mudah2an P'@mohmahfudmd gak melaporkan pegawai apotik itu sebagai penyebar HOAX...” tulis Sesep Zainudin @bangsepz.
“wwwww....kk sabar prof. dari segi ketegasan ,prof @mohmahfudmd pancen mirip abah @iskan_dahlan wwwww...k” cuit Farelmax Las @farelmaxl.
Girowing @gtogar pun tak kalah, “Ketuker, Hehew, semoga obatnya juga gak Ketuker ya prof”.
Beberapa di antara komentar itu ada yang dibalas Mahfud MD.
Seperti akun Uru Uru @joRiky “Sama pak DI, mirip dimannya ya pak? Ane bingung”.
"Di Yogya dulu (akhir 1990-an) ada nama dosen/guru besar yg namanya sering ter-tukar2 shg surat2 jg sering salah alamat penyampaian. Yakni : Mahfud Mas'oed, Mochtar Mas'oed, dan Mahfud MD. Bahkan pernah, tulisan Mochtar Mas'oed di majalah TEMPO ditempeli foto saya,” jawab Mahfud MD.
“Lekas sehat kembali prof,” tulis Sigiet Hadiyuwono @Shadiyuwono yang lantas dijawab “Alhamdulillah, saya sehat. Saya ke apotik hanya membeli vitamin utk suplemen”.
Bahkan sampai ada komentar yang meminta berpindah fans club sepak bola. Mahfud MD merupakan sosok pehobi bola.
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tersebut mengidolakan klub Liga Inggris/Premier League, yakni Manchester United (MU) alias “Setan Merah”.
“Sekali MU tetap MU” begitu jawaban tegasnya mengomentari akun DaulatNegeriku @Daeng_Zul, “ Itu kode keras agar prof pindah ke liverpool hehe”.
Dikutip dari laman Kompas.com "INFOGRAFIK: Mahfud MD", Mahfud tercatat pernah menjadi Ketua Pemenangan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa pada Pemilihan Presiden 2014.
Menjelang Pilpres 2019, namanya masuk daftar kandidat bakal calon wakil presiden bagi Joko Widodo.
Seperti apa rekam jejak Mahfud?
Awal karier
Mohammad Mahfud MD lahir pada 13 Mei 1957 di Omben, Sampang, Madura, Jawa Timur.
Dia lahir dari pasangan Mahmodin dan Siti Khadijah.
Pendidikan dasarnya dijalani di Kecamatan Waru, Pamekasan. Masa kecil Mahfud juga diisi dengan menjalani pendidikan di Madrasah Diniyah pada sore hari.
Setelah menamatkan pendidikan dasar, ia melanjutkan Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) di Pamekasan.
Setelah tamat dari PGA, dia melanjutkan ke Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) di Yogyakarta.
Selanjutnya, Mahfud berhasil masuk Sastra Arab UGM dan Fakultas Hukum UII secara bersamaan.
Akhirnya, dia lebih memilih UII karena keinginan untuk lebih mendalami hukum.
Ketika berada di kampus, dia aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan lembaga pers. Di sinilah jiwa politik Mahfud terasah.
Pada 1983, Mahfud lulus dari Fakultas Hukum UII dan kemudian bekerja sebagai dosen untuk almamaternya.
Sembari menjadi dosen, dia melanjutkan kuliah S2 dan S3 di UGM.
Kariernya semakin cemerlang ketika Mahfud MD dikukuhkan sebagai guru besar bidang politik hukum pada 2000.
Sepak terjang Mahfud membuat Gusdur memilihnya menjadi Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional.
Mahfud juga merangkap sebagai Menteri Kehakiman dan HAM setelah Yusril Ihza Mahendra diberhentikan oleh Gusdur.
Terjun ke dunia politik dan menjadi hakim konstitusi
Setelah menapaki karier sebagai menteri, Mahfud mencoba masuk ke dunia politik.
Awalnya, dia tergabung dalam Partai Amanat Nasional (PAN), dan kemudian pindah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Mahfud terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2004-2008 untuk Fraksi PKB.
Ia ditempatkan di Komisi III DPR RI. Mahfud juga tercatat sebagai Anggota Tim Konsultan Ahli pada Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN).
Tidak hanya masuk ranah politik, pada 2008, ia terpilih menjadi hakim konstitusi melalui jalur DPR dan terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi selama dua periode, 2008-2011 dan 2011-2013.
Pada 2014, ia menjadi ketua tim pemenangan Koalisi Merah Putih yang mengusung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. (*)