PSS Sleman
Tak Ingin Kasih Gaji Buta ke Pemain Jadi Alasan PSS Belum Bergeliat di Bursa Transfer
Berstatus sebagai tim promosi, PSS Sleman belum bergeliat di bursa transfer jelang kompetisi Liga 1 2019 mendatang.
TRIBUNJOGJA.COM - Memasuki minggu pertama di tahun 2019, PSS Sleman masih terlihat adem ayem.
Berstatus sebagai tim promosi, klub berjuluk Super Elang Jawa tersebut belum bergeliat di bursa transfer jelang kompetisi Liga 1 2019 mendatang.
Namun, jajaran direksi PT Putra Sleman Sembada, perusahaan yang menungi PSS, ternyata punya alasan tersendiri.
Dengan jadwal yang masih tanda tanya, lantaran belum jelas kapan akan bergulir, stakeholder pun tidak ingin buru-buru melangkah.
Baca: Mencicipi Nikmatnya Nasi Jagung Khas ala Rumah Makan Kampung Jawa Sleman
"Sampai sekarang, kompetisinya saja belum jelas, kapan dimulainya. Bisa-bisa memang setelah Pemilu, itu berarti awal Mei nanti. Nah, itu kan masih panjang," kata CEO PT Putra Sleman Sembada, Soekeno pada Tribunjogja.com.
Padahal, lanjutnya, guna memenuhi biaya operasional pemain, yaitu gaji dan lain-lain, dibutuhkan dana ratusan juta, untuk kisaran satu bulan saja.
Karena itu, ia tak memungkiri, faktor finansial menjadi pertimbangan pihaknya dalam perekrutan pemain.
"Misalnya, sekarang sudah fix rekrut pemain, lalu kita menggajinya, sementara kompetisi baru mulai sekitar bulan April. Nah, itu sama saja kita malah kasih gaji buta buat pemain kan," ungkapnya.
Baca: Jelang Celebration Game Kontra Persela Lamongan, PSS Sleman Mulai Himpun Kekuatan
Mengenai aksi massa yang mendatangi salah satu mall miliknya di kawasan Denggung, Sleman, pada Minggu (6/1) lalu, Soekeno tidak mempermasalahkan.
Dalam aksi itu, massa sempat membentangkan spanduk berisi kecaman untuk PT Putra Sleman Sembada.
"Tidak masalah suporter datang ke sini. Makanya, saya juga segera datang, ingin menemui mereka. Saya kira, ini hanya kesalahpahaman saja," ucapnya.
Lebih lanjut, ia juga mengaku bingung dengan gelombang protes terkait pemilihan Retno Supardjiono sebagai manajer baru PSS.
Soekeno bahkan mempertanyakan, apa yang menjadi kekurangan dan kelemahan dari istri mendiang Supardjiono tersebut.
Baca: Kasus Dugaan Pengaturan Skor PSS Sleman vs Madura FC Naik ke Tahap Penyidikan
"Kalau kurang sreg, kelemahan Bu Retno itu di mana? Pertandingan PSS selalu ikut, rapat-rapat direksi juga pasti hadir, karena memang salah satu komisaris di PT ini. Kalau gender, saya rasa tidak perlu diperdebatkan itu, ya," jelasnya.
Seandainya yang jadi soal adalah perombakan jajaran manajemen, Soekeno berdalih, menginginkan Laskar Sembada dikelola oleh orang-orang yang profesional.
Terlebih, personel musim lalu, sempat ia tawari untuk menempati beberapa posisi di direksi.
"Pak Sismantoro dan Mas Dewanto itu kami tawari di direksi. Namun, menolak dan memilih mengundurkan diri. Padahal, kami butuh bantuan mereka. Apalagi, di struktur baru, ada bidang riset dan development, serta tim teknik," pungkasnya. (*)