Kisah Suranto, 17 Tahun Mengabdikan Diri Menjaga Kebersihan Pesisir Pantai Selatan Bantul

Suranto adalah koordinator UPK Parangtritis dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Suranto (baju kuning) tengah membersihkan sampah di pantai Parangtritis, Bantul. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pagi itu, pesisir Pantai Selatan Bantul masih sepi.

Hanya terlihat segelintir wisatawan dan sejumlah pedagang yang tengah sibuk menyiapkan barang dagangan.

Menengok di ujung timur, matahari masih enggan menampakkan terik sinarnya.

Kabut putih samar-samar terlihat dan udara dingin masih terasa menempel di kulit.

Deburan ombak pantai Parangtritis berkejaran teratur.

Pagi itu, Suranto sudah siap dengan pakaian dinas dan garpu sampahnya.

Ia mulai menggaruk jengkal demi jengkal pasir pantai yang dipenuhi sampah. Sampah-sampah itu ia kumpulkan.

"Sudah lebih dari 17 tahun, saya melakukan pekerjaan ini mas," tutur Suranto kepada Tribunjogja.com pagi itu.

Suranto adalah koordinator UPK Parangtritis dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.

Bersama 22 petugas lainnya, ia diberi tugas menjaga kebersihan di sepanjang pesisir pantai.

Tak ayal, kenyamanan para wisatawan saat liburan ke pantai selatan Bantul itu, menjadi tugas utamanya.

"Ketika saya dan teman-teman selesai membersihkan sampah. Kemudian wisatawan mulai datang, ada yang berlarian, main bola, mereka terlihat senang. Saat itu, hati saya bahagia sekali," ungkap Suranto, menceritakan kepuasannya dalam bekerja.

Bagi dia, sumber kebahagiaan sangat sederhana yakni saat melihat pengunjung betah, senang dan berlama-lama di pantai karena tak ada sampah.

"Disitu saya merasa, ternyata kerja saya selama ini berguna," ucapnya.

Suranto saat ini berusia 47 tahun, dan telah lebih dari 17 tahun usianya telah ia habiskan untuk tugas membersihkan pantai.

Ia bercerita, tugas membersihkan pantai sudah dilakukan sejak tahun 2001 silam.

Awalnya, hanya sebagai petugas honorer.

Namun seiring dengan pengabdian yang panjang, oleh pemerintah Bantul, Suranto akhirnya diangkat sebagai pegawai negeri.

"Saya diangkat jadi PNS (pegawai negeri sipil) tahun 2008," tuturnya.

Sudah 17 tahun Suranto bergelut dengan sampah pantai. Artinya ada banyak pengalaman yang sudah ia rasakan.

Mulai dari bekerja dengan memakai alat manual, kelakuan wisatawan yang membuang sampah seenaknya sendiri, sampai sampah-sampah plastik yang tak kunjung selesai dibersihkan.

"Semuanya sudah saya rasakan. Dulu, kita kerja itu masih manual. Sampah digaruk, dikumpulin, kemudian pasir kita cangkul dan sampah dipendam. Tapi sekarang kan sudah nggak boleh. Karena sampah plastik terurai lama. Jadi saat itu, kerja kita seperti kita menimbun bom waktu,"

"Kalau pas ada ombak besar datang, sampah-sampah plastik itu pada muncul lagi," terangnya.

Seiring berjalan waktu, pekerjaan untuk membersihkan sampah di pantai sudah dilakukan dengan lebih cermat, terlebih dengan sarana dan prasarana yang sudah mumpuni.

"Saat ini kita sudah punya loader satu, Viar roda tiga ada empat dan satu truk. Jadi sampah-sampah kita kumpulkan, kemudian kita angkut pakai roda tiga dan kita buang pakai truk ke TPST Piyungan," ujar lelaki kelahiran 6 April 1972 ini.

Saat musim hujan tiba, seperti sekarang ini, Suranto harus siap bekerja ekstra.

Pasalnya, sampah yang mengendap di pantai akan jauh lebih banyak ketimbang hari biasanya.

Terutama sampah kiriman dari ombak dan luapan banjir.

"Kalau musim hujan itu banyak sampah. Ada yang datang dari ombak dan ada juga sampah-sampah kiriman di sungai," tutur dia.

 Wow! Seekor Ikan Tuna di Jepang Terjual Rp 43 Miliar

Tahun lalu, saat siklon cempaka menerjang Bantul, Suranto ingat betul, sepanjang pesisir pantai Parangtritis banyak sekali dipenuhi oleh sampah.

Ia bersama petugas lain kemudian berusaha membersihkan sampah-sampah itu dari ujung barat.

"Belum selesai dibersihkan sampai timur. Di barat sudah kotor lagi," tutur dia, mengenang.

Kendati demikian, ia mengaku tetap senang membersihkan sampah di pantai.

Karena kenyamanan wisatawan merupakan kebahagiaan bagi dirinya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved