Yogyakarta
Prosesi Siraman Dhaup Ageng Puro Pakualaman, Calon Pengantin Mengenakan Kain Motif Grompol
Pengantin putri terlebih dahulu menjalani prosesi siraman di Gandok Wetan, Kagungan Dalem Kepatihan Pakualaman pada pukul 07.30 WIB.

Laporan Reporter Tribun Jogja Noristera Pawestri
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Putera Mahkota Puro Pakualaman Yogyakarta, BPH Kusumo Bimantoro beserta calon istrinya Maya Lakshita Noorya telah mengikuti tradisi siraman pada Jumat (4/1/2019) jelang pernikahan agung, Dhaup Ageng Puro Pakualaman.
Kedua pengantin mengikuti tradisi siraman secara terpisah.
Pengantin putri terlebih dahulu menjalani prosesi siraman di Gandok Wetan, Kagungan Dalem Kepatihan Pakualaman pada pukul 07.30 WIB.
Sementara pengantin kakung mengikuti siraman di Kagungan Dalem Parangkarsa, Pura Pakualaman.
Baca: Dhaup Ageng Puro Pakualaman: Calon Pengantin Jalani Tradisi Siraman
Tim Pranatan Lampah-lampah Dhaup Ageng, Mas Ngabehi Citropanambang menyampaikan, makna siraman yakni untuk mensucikan diri bagi kedua calon pengantin ketika besok Sabtu (5/1/2019) pagi akan melakuakan prosesi akad nikah.
Citropanambang melanjutkan, dalam tradisi pernikahan Islam, akad nikah merupakan prosesi yang sangat sakral dan suci.
Namun, prosesi Dhaup Ageng Puro Pakualaman ini juga menerapkan Tradisi Jawa, maka ada prosesi lain dalam tradisi Jawa gang sakral, yakni Panggih.
"(Panggih) juga masuk dalam prosesi paling sakral diprosesi adat Jawa karena pengantin baru ditemukan pada upacara Panggih. Zaman dulu pengantin kan biasnya sama sekali belum ketemu, karena dijodohkan, tidak tau siapa jodohnya. Akan bertemu di prosesi Panggih," ujarnya pada Jumat (4/1/2019).
Baca: Jelang Dhaup Ageng Puro Pakualaman - 18 Shuttle Disiapkan untuk Menjemput Tamu Undangan
Lanjut Citropanambang, pada prosesi siraman ini kedua calon pengantin mengenakan kain motif grompol yang maknanya guyub rukun.
"Artinya ketika besok pengantin sah menjadi suami istri, sejak dari acara suci itu diiringi dengan guyub rukun. Itu harapan dari makna kain yang digunakan," tuturnya saat menggelar jumpa pers.
Dalam prosesi siraman kakung maupun putri di Puro Pakualaman ini menggunakan satu sumber air.
Citropanambang menjelaskan, prosesi siraman dalam tradisi Istana Jawa hanya menggunakan satu sumber air, sementara prosesi siraman pada masyarakat umum menggunakan 7 sumber air.
"(Sumber air untuk siraman) diambil dari sumur yang ada di Puro Pakualaman di belakang Parangkarsa ada sumber yang digunakan di sekitar Maerokoco," ucapnya.(TRIBUNJOGJA.COM)
Begini Penjelasan AirAsia Soal Penumpang yang Bercanda Bawa Bom |
![]() |
---|
Bercanda Bawa Bom, Pelaku Berniat Menakuti Pramugari AirAsia QZ 8441 |
![]() |
---|
Penumpang Sebut Bawa Bom di Pesawat, Penerbangan AirAsia di Yogyakarta Harus Tertunda |
![]() |
---|
Penumpang Bercanda Bawa Bom, Penerbangan Air Asia Yogya-Denpasar Tertunda |
![]() |
---|
Sekda DIY Sebut Persoalan Peredaran Obat dan Makanan Harus Tuntas |
![]() |
---|