Jika Dipanggil Penyidik Mbah Putih Bakal Blak-blakan Soal Kasus Persibara
Biar semua terang benderang, kasus di Banjarnegara itu bagaimana. Saya bilang punya kunci, itu kunci saya sendiri,
TRIBUNJOGJA.COM - Penangkapan Johar Ling Eng oleh Polda Metro Jaya karena keterlibatannya dalam pengaturan skor, besar kemungkinan menyeret Dwi Irianto.
Apalagi nama pria yang akrab disapa Mbah Putih itu turut disebut-sebut, dalam pusaran konflik serupa, lewat Acara Mata Najwa beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal tersebut, sesepuh pesepakbolaan Yogyakarta itu mengaku siap berbicara jujur sesuai fakta di hadapan para penyidik, seandainya mendapat panggilan dari
pihak berwajib.
Menurutnya, kasus yang juga melibatkan kesebelasan Persibara Banjarnegara itu, harus dibuka secara gamblang.
"Biar semua terang benderang, kasus di Banjarnegara itu bagaimana. Saya bilang punya kunci, itu kunci saya sendiri, saya ingin secepatnya sampaikan ke penyidik, agar
kasus ini selesai. Tapi, sejauh ini, delik aduannya seperti apa juga saya tidak tahu," katanya.
Mbah Putih mengungkapkan, ia dimintai tolong oleh Johar, ketika Lasmi Indaryani, yang kala itu merupakan Manajer Persibara dan ayahnya yang menjabat Bupati
Banjarnegara, ingin bertemu dengannya.
Lebih lanjut, dilatarbelakangi hubungan baiknya dengan Johar, Mbah Putih mengiyakan pertemuan itu.
"Datang pun saya tidak ngomong apa-apa selain teknis, karena pertandingan pertama itu sangat jelek sekali. Lawannya juga jelek, saat itu Gama ya, di Piala Indonesia.
Sama-sama jelek. Pak Johar bilang, saya dimintain tolong kasih masukan-masukan secara teknis," ungkapnya.
Menurut Mbah Putih, secara tim, kualitas para pemain Persibara memang jauh di bawah rata-rata Liga 3.
Baca: Rentetan Kejadian Krisna Adi Mojokerto Putra Disanksi Seumur Hidup Hingga Alami Kecelakaan
Baca: Mantan Runner Pengaturan Skor, Bambang Suryo Dihukum Dilarang Beraktifitas Sepakbola Seumur Hidup
Ia tak memungkiri, pelatihnya pun jauh dari kata kreatif, serta tidak memiliki bekal bank data yang kuat, sehingga terlihat kebingungan ketika memanggil talenta-
talenta yang hendak dimasukkan ke dalam tim.
"Itu saya sampaikan langsung ke Lasmi, Lasmi juga mengakui itu benar. Hanya saja, ketakutan Lasmi, itu pelatih pilihannya Pak Johar, Mas Pri itu juga pilihan Pak
Johar. Tapi, sebenarnya, kalau saya lihat, niatan Pak Johar itu membantu," ucapnya.
Secara garis besar, Mbah Putih mengaku sama sekali tidak tahu mengenai janji-janji apa yang disodorkan ke pihak Persibara, lantaran dirinya tidak mengikuti perjalanan
sedari awal.
Oleh sebab itu, ia terheran-heran ketika namanya ikut disebut-sebut dan terseret ke dalam pusaran konflik.
"Herannya, setelah lihat di Mata Najwa itu, tiga kali gagal, kenapa masih diteruskan sama Tika dan Mas Pri? Kalau rombongan ini dianggap penipu, harusnya kan sudah
putus di situ," cetusnya.
"Karena katanya kan tiga kali yang dijanjikan gagal, Porprov tidak juara, masuk saja enggak, futsal juga ngga juara, lalu Liga 3 Zona Jateng pun juaranya Pemalang,
bukan dia. Ini kan jadi pertanyaan, kenapa tidak diberhentikan saja sama Mbak Lasmi dan Pak Bupati," pungkas Mbah Putih. ( Tribunjogja.com | Azka Ramadan )
Johar Lin Eng Ditangkap Satgas Anti Mafia Bola

Johar Lin Eng Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah diamankan Satgas Anti Mafia Bola bentukan Mabes Polri. Kabar penangkapan itu dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono.
"Ya benar (penangkapan Johar Ling Eng)," ujar Argo saat dikonfirmasi, Kamis (27/12/2018).
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan, Johar Ling Eng ditangkap terkait kasus pengaturan skor. Dirinya saat ini berstatus tersangka.
"Tersangka mafia pengaturan skor," ungkap Argo.
Sebelumnya, Satgas Anti Mafia Bola bentukan Mabes Polri menaikkan status laporan manajer klub sepakbola di Jawa Tengah berinisial LI terkait dugaan pengaturan skor ke
tahap penyidikan. "Telah dinaikkan ke penyidikan," ujar Argo Yuwono.
Ditingkatkan status kasus ini ke penyidikan setelah polisi menemukan adanya dugaan tindak pidana.
Sebelum dinaikkan ke tahap penyidikan, polisi memeriksa saksi kemudian gelar perkara.
Nama Lin Eng muncul dari mulut Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono, dalam talkshow Mata Najwa, Rabu (19/12) malam.
Dalam acara yang mengupas tema "PSSI Bisa Apa Jilid 2" itu, Budhi yang pada 10 Desember lalu menyatakan mundur dari posisi ketua Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI
Banjarnegara, secara blak-blakan menyebut nama orang-orang yang selama ini terlibat pengaturan skor. Salah satunya Johar Lin Eng.
Ketika dikonfirmasi atas dugaan match fixing yang menyeret namanya, Kamis kemarin, Johar King Eng belum angkat bicara.
Saat Tribun Jateng menghubunginya melalui saluran seluler, Lin Eng mengaku tengah melakukan rapat.
"Besok saja klarifikasinya soal Banjarnegara, hari ini (Kamis 20/12/2018) saya ada rapat Exco," kata Lin Eng singkat.
Bupati Banjarnegara datang ke acara Mata Najwa bersama putrinya, Lasmi Indriyani, yang juga manajer Persibara Banjarnegara.
Dalam acara tersebut, Budhi mengatakan, banyak sekali tawaran yang masuk kepadanya agar Persibara bisa naik kelas dari Liga 3 ke Liga 2.
Ketika ditanya Najwa Shihab, host talkshow Mata Najwa, mengenai jumlah uang yang telah diberikan pada mafia pengatur skor tersebut, Budhi menyebut angka yang
fantastis.

"Kalau dicatat semua saya sudah keluar duit sudah Rp 1,3 miliar. Dalam jangka 6 bulan," kata Budhi.
Selain Johar Lin Eng, nama Exco PSSI lainnya, Papat Yunisial, juga ikut terseret kasus dugaan match fixing.
Nama Papat muncul dari Lasmi Indriyani, manajer Persibara Banjarnegara, yang juga putri Budhi Sarwono.
Menurut Lasmi, Papat sempat menawarkan dirinya untuk menjadi manajer Tim Nasional (Timnas) Putri U-16 Indonesia.
Papat merupakan salah satu Exco PSSI, yang juga ketua Asosiasi Sepak Bola Wanita periode 2017-2018.
"Kata dia, paling tidak jika ingin (Persibara) naik kasta, harus berkontribusi terhadap PSSI pusat, salah satunya menjadi manajer timnas. Saya diminta keluarkan Rp 300
juta. Uang itu untuk hotel, makan dan sebagainya," ungkap Lasmi. (*)