Mafia Pengaturan Skor
Johar Lin Eng Ditangkap Satgas Anti Mafia Bola Jadi Tersangka Mafia Pengaturan Skor
Johar Lin Eng Ditangkap Satgas Anti Mafia Bola Johar Lin Eng Ditangkap Satgas Anti Mafia Bola
TRIBUNjogja.com JAKARTA --- Johar Lin Eng Ketua Asprov PSSI Jawa Tengah diamankan Satgas Anti Mafia Bola bentukan Mabes Polri.
Kabar penangkapan itu dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono.
"Ya benar (penangkapan Johar Ling Eng)," ujar Argo saat dikonfirmasi, Kamis (27/12/2018).
Artis Steve Emmanuel Terancam Hukuman Mati, Miliki 92,04 Gram Kokain dari Belanda
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan, Johar Ling Eng ditangkap terkait kasus pengaturan skor.
Dirinya saat ini berstatus tersangka.
"Tersangka mafia pengaturan skor," ungkap Argo.
Sebelumnya, Satgas Anti Mafia Bola bentukan Mabes Polri menaikkan status laporan manajer klub sepakbola di Jawa Tengah berinisial LI terkait dugaan pengaturan skor ke
tahap penyidikan.
"Telah dinaikkan ke penyidikan," ujar Argo Yuwono.
Ditingkatkan status kasus ini ke penyidikan setelah polisi menemukan adanya dugaan tindak pidana.
Sebelum dinaikkan ke tahap penyidikan, polisi memeriksa saksi kemudian gelar perkara.
Baca: Mantan Runner Pengaturan Skor, Bambang Suryo Dihukum Dilarang Beraktifitas Sepakbola Seumur Hidup
Baca: Rentetan Kejadian Krisna Adi Mojokerto Putra Disanksi Seumur Hidup Hingga Alami Kecelakaan
Kasus dugaan pengaturan skor atau match fixing di kompetisi sepak bola Tanah Air mengemuka kembali.
Setelah nama Komisi Eksekutif (Exco) PSSI, Hidayat, kini satu lagi personel Exco terseret. Anggota Exco PSSI, Johar Lin Eng, yang juga ketua Asosiasi Provinsi (Asprov)
PSSI Jateng muncul dalam pusaran dugaan pengaturan skor.
Nama Lin Eng muncul dari mulut Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono, dalam talkshow Mata Najwa, Rabu (19/12) malam.
Dalam acara yang mengupas tema "PSSI Bisa Apa Jilid 2" itu, Budhi yang pada 10 Desember lalu menyatakan mundur dari posisi ketua Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI
Banjarnegara, secara blak-blakan menyebut nama orang-orang yang selama ini terlibat pengaturan skor. Salah satunya Johar Lin Eng.
Ketika dikonfirmasi atas dugaan match fixing yang menyeret namanya, Kamis kemarin, Johar King Eng belum angkat bicara.
Saat Tribun Jateng menghubunginya melalui saluran seluler, Lin Eng mengaku tengah melakukan rapat.
"Besok saja klarifikasinya soal Banjarnegara, hari ini (Kamis 20/12/2018) saya ada rapat Exco," kata Lin Eng singkat.
Bupati Banjarnegara datang ke acara Mata Najwa bersama putrinya, Lasmi Indriyani, yang juga manajer Persibara Banjarnegara.

MATAnajwa TRANS TV
Dalam acara tersebut, Budhi mengatakan, banyak sekali tawaran yang masuk kepadanya agar Persibara bisa naik kelas dari Liga 3 ke Liga 2.
Ketika ditanya Najwa Shihab, host talkshow Mata Najwa, mengenai jumlah uang yang telah diberikan pada mafia pengatur skor tersebut, Budhi menyebut angka yang
fantastis.
"Kalau dicatat semua saya sudah keluar duit sudah Rp 1,3 miliar. Dalam jangka 6 bulan," kata Budhi.
Selain Johar Lin Eng, nama Exco PSSI lainnya, Papat Yunisial, juga ikut terseret kasus dugaan match fixing.
Nama Papat muncul dari Lasmi Indriyani, manajer Persibara Banjarnegara, yang juga putri Budhi Sarwono.

Kompas.com
Menurut Lasmi, Papat sempat menawarkan dirinya untuk menjadi manajer Tim Nasional (Timnas) Putri U-16 Indonesia.
Papat merupakan salah satu Exco PSSI, yang juga ketua Asosiasi Sepak Bola Wanita periode 2017-2018.
"Kata dia, paling tidak jika ingin (Persibara) naik kasta, harus berkontribusi terhadap PSSI pusat, salah satunya menjadi manajer timnas. Saya diminta keluarkan Rp 300
juta. Uang itu untuk hotel, makan dan sebagainya," ungkap Lasmi.
Uang Rp 300 juta, kata Lasmi, nantinya untuk alokasi training center (TC) Timnas Putri U-16 Indonesia yang diagendakan di Banjarnegara.
Sebelumnya, isu pengaturan skor setelah pengakuan dari Manajer Madura FC, Januar Herwanto.
Ia menyebut pernah ditawari sejumlah uang oleh anggota Exco PSSI, Hidayat, agar mengalah dengan PSS Sleman di Liga 2.
Hidayat pun memutuskan mundur dari Exco PSSI. Komdis PSSI pun hanya melayangkan sanksi larangan beraktivitas di sepak bola selama tiga tahun. (
Tribunnews/Tribunjateng)
