Mandalika

Mutiara Laut dari Lombok Harganya Mencapai Ratusan Juta Begini Proses Budidayanya

Jenis kerang yang banyak dibudidayakan di pulau ini adalah jenis Pinctada maxima atau yang biasa dikenal sebagai ratu mutiara.

Penulis: Rina Eviana Dewi | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Hamim Thohari
Proses Budidaya Mutiara - Selain dikenal akan potensi wisata, pulau Lombok juga memiliki potensi mutiara laut dengan nilai ekonomi tinggi. Wisatawan bisa melihat langsung proses budidaya kerang mutiara dan melihat mutiara hasil budidaya yang dipajang di Autore Pearl Farm di Kelurahan Malaka, Desa Teluk Nara, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara NTB. 

di tangki dengan daya tampung lima ton air laut berisi jutaan larva kerang.

Proses Budidaya Mutiara - Selain dikenal akan potensi wisata, pulau Lombok juga memiliki potensi mutiara laut dengan nilai ekonomi tinggi. Wisatawan  bisa melihat langsung proses budidaya kerang mutiara dan melihat mutiara hasil budidaya yang dipajang di Autore Pearl Farm di Kelurahan Malaka, Desa Teluk Nara, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara NTB.
Proses Budidaya Mutiara - Selain dikenal akan potensi wisata, pulau Lombok juga memiliki potensi mutiara laut dengan nilai ekonomi tinggi. Wisatawan bisa melihat langsung proses budidaya kerang mutiara dan melihat mutiara hasil budidaya yang dipajang di Autore Pearl Farm di Kelurahan Malaka, Desa Teluk Nara, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara NTB. (TRIBUNJOGJA.COM / Hamim Thohari)

"Sebelum menjadi larva ada proses breeding melalui beberapa tahapan," jelas Dyah. 

Perkawinan kerang dilakukan sekali dalam dua bulan.

"Satu batch breeding 20 indukan. Dari 20 indukan akan menghasilkan 100 juta-150 juta larva dan dari jumlah itu hanya 10-15 persen yang bisa dibudidayakan di laut," jelasnya. 

Setelah berumur tiga minggu ,larva dipindahkan ke tangki lain dan baru siap dipelihara di air laut setelah mencapai ukuran diameter 1 mm ke atas atau 40 hari. 

Kerang berumur dua tahun baru siap menjalani proses insersi (pemasangan) inti nukleus (bibit mutiara), dengan nukleus yang berasal dari mutiara kerang air tawar dari Sungai Mississippi, Amerika Serikat.

Setiap proses insersi membutuhkan satu donor kerang, diambil organ lunak kerang untuk ditanam menyelimuti nukleus yang akan menentukan warna mutiara

Sebulan sekali cangkang mutiara dibersihkan di atas bagang yang mengapung di pesisir pantai untuk menghindari gangguan kotoran di laut.

"Setelah panen pertama, kerang mutiara air laut baru bisa dipanen dua tahun kemudian, hingga 2-3 kali dipanen," jelasnya.

Baca: Mahasiswa UGM Teliti Rumput Mutiara untuk Kerusakan Genetik

Tak hanya itu di tempat ini juga membudidayakan plankton untuk memberi makan kerang.

Plankton berasal dari Tasmania, negara bagian di Australia yang dibudayakan di laboratorium dan wisatawan bisa melihat langsung proses budidaya plankton tersebut.

Proses Budidaya Mutiara - Selain dikenal akan potensi wisata, pulau Lombok juga memiliki potensi mutiara laut dengan nilai ekonomi tinggi. Wisatawan  bisa melihat langsung proses budidaya kerang mutiara dan melihat mutiara hasil budidaya yang dipajang di Autore Pearl Farm di Kelurahan Malaka, Desa Teluk Nara, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara NTB.
Proses Budidaya Mutiara - Selain dikenal akan potensi wisata, pulau Lombok juga memiliki potensi mutiara laut dengan nilai ekonomi tinggi. Wisatawan bisa melihat langsung proses budidaya kerang mutiara dan melihat mutiara hasil budidaya yang dipajang di Autore Pearl Farm di Kelurahan Malaka, Desa Teluk Nara, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara NTB. (TRIBUNJOGJA.COM / Hamim Thohari)

Seluruh tahapan bisa disaksikan langsung oleh wisatawan termasuk saat petugas melakukan demo peletakan nukleus hingga saat mengoperasi pengambilan mutiara

Proses rumit dan panjang inilah yang membuat harga mutiara laut bisa mencapai ratusan juta. 

"Hasil mutiara tergantung warna dalam kerang. Jika warnanya cangkang keemasan maka mutiara yang dihasilkan berwarna emas," lanjut Dyah.

Jika warna kerang abu-abu berarti cangkang dalam kerang warnanya juga serupa. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved