Kuliner
Kuliner Gunung Kidul, Gurihnya Ungkrung Ulat Jati Goreng dengan Bumbu Bawang Putih dan Garam
Kuliner Gunung Kidul ungkrung ulat Jati goreng cukup menantang untuk dicoba! Digoreng dengan bumbu bawang putih dan garam, rasanya gurih dan kaya
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM - Kuliner Gunung Kidul ungkrung ulat Jati goreng ini cukup menantang untuk dicoba. Ungkrung ulat Jati goreng dengan bumbu bawang putih dan garam, selain gurih di lidah juga kaya protein.
Semakin banyak diminati penyuka kuliner ekstrem, ungkrung ulat Jati goreng pun melengkapi ragam kuliner Jogja yang tidak biasa.
Kuliner Gunung Kidul berupa ungkrung ulat Jati ini biasa disajika dengan cara digoreng dengan bumbu bawang putih dan garam.
Menu ekstrem ini biasa ditemukan di wilayah Kecamatan Ngawen Gunungkidul yang tak lain wilayah DI Yogyakarta paling selatan.
Baca: Unboxing Kuliner #7: Adu Kelezatan 5 Fried Chicken Merek Lokal di Jogja
Baca: Unboxing Kuliner #5: Icip-icip Makanan Korea, Nasi Goreng Kimchi dan Tteokbokki
Di awal musim hujan ini, masyarakat di wilayah itu pun mulai kerap berburu ungkrung ulat Jati.
Kabarnya, ungkrung ulat Jati di wilayah Ngawen Gunungkidul mulai banyak muncul sejak beberapa hari terakhir.
Berdasarkan penelusuran Tribun Jogja, ungkrung bagi warga Gunungkidul merupakan sebutan untuk kepompong ulat Jati.
Muncul di awal musim hujan kali ini, sebagian warga Ngawen pun memburunya untuk dijadikan menu masakan pendamping nasi.

Baca: Diskon Akhir Tahun, Mie Ayam Bakso Granatz Pedazz Cuma Rp5.000
Gurihnya ungkrung ulat Jati saat digigit, masyarakat biasanya menyantapnya saat pagi untuk sarapan.
Ungkrung berbentuk lonjong dengan berbagai warna ada yang berwarna merah dan oranye berukuran sekelingking bayi.
Wilayah yang terkenal pemasok ungkrung di Kabupaten Gunungkidul adalah kecamatan Ngawen.
Satu di antara warga Kecamatan Ngawen, Gunungkidul yang ikut mencari ungkrung adalah Edy Suryanto, asal Dusun Kampung Lor, Desa Kampung Ngawen.
Edy mengatakan ulat Jati muncul sejak 3 hari terakhir. Edy biasa mencari setelah subuh pukul 05.00 ketika ulat Jati yang akan jadi ungkrung turun ke bawah.
Ia mencari ungkrung dengan mudah, yaitu di bawah daun-daun jati yang berguguran dan bahkan ada yang masih bergelantungan di pohon jati.
"Pukul 08.00 - 09.00 cari lagi, dan pada pukul 12.00 pulang ke rumah, " imbuhnya, Kamis (13/12/2018).
Baca: Rekomendasi Lima Warung Mie Ayam Enak yang Ada di Bantul
Edy pun tidak menggunakan alat khusus untuk mencari ungkrung. Ia hanya menggunakan tangan dan plastik yang digunakan untuk tempat ungkrung hasil pencariannya.
Menurutnya, menu ungkrung ulat Jati biasa disajikan dengan cara dimasak, paling populer digoreng dengan bumbu bawang putih dan garam.
"Saya dengar kabar kalau satu kilo ungkrung harganya mencapai Rp 70 ribu, itupun campur dengan ulat jati," katanya.
Edy mengatakan hampir seluruh warga Dusun Kampung Lor mencari ungkrung pada pagi hari untuk dikonsumsi.
Menurutnya ungkrung sangat lezat saat dimakan pada sarapan pagi hari, warga bisa mendapatkan berkilo-kilo ungkrung dalam satu kali pencarian.

Baca: Rekomendasi 5 Warung Bakmi Jawa Enak di Yogyakarta yang Wajib Dicoba
"Setelah digoreng sangat enak untuk pendamping sarapan," tuturnya.
Sumber protein
Sementara itu warga Wareng, Wonosari, Gunung Kidul, Kismaya mengatakan dirinya juga gemar makan ungkrung karena rasanya gurih dan kaya protein.
"Dulu awalnya setelah makan gatal-gatal, saat saya masih kecil tetapi sekarang saat makan saya tidak merasa gatal," ungkapnya.
Ia mengatakan biasanya diberi ungkrung dari tetangga sekitar yang turut mencari ungkrung disekitar rumahnya.
"Kalau dapat biasanya cuma digoreng saja dengan bawang putih, garam, dan sedikit penyedap rasa," tuturnya.
Kepala bidang tanaman pangan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono mengatakan, ungkrung adalah sumber protein tinggi.
"Serangga seperti ungkrung menjadi pakan alternatif untuk mengatasi kekurangan gizi karena ungkrung mengandung protein tinggi," katanya.
Raharja menjelaskan metamorfosis yang dialami ungkrung berawal dari telur, larva, pupa, imago. Imagonya berwujud kupu-kupu berwarna kuning.
"Rupanya itulah yang disebut ungkrung oleh masyarakat Gunungkidul, Selain di pohon jati, ulat dan ungkrung juga berada di pohon besi yakni, di daerah Kecamatan Semanu dan Rongkop. Jika dikonsumsi rasanya lebih enak,” ucapnya.
Bukan hama
Ungkrung atau ulat jati menurutnya bukanlah hama tanaman, munculnya saat musim semi.
Bertahun-tahun, menurutnya, tidak ada laporan masyarakat yang ulat jati merusak tanaman.
"kedatangan ulat maupun ungkrung justru ditunggu sebagian masyarakat," tutupnya.
(wsp/tribunjogja)