Kota Yogyakarta
Talut Sungai Code Ambrol
Melalui pengamatan Tribun Jogja, terdapat 4 bangunan yang terdampak langsung atas ambrolnya talut tersebut.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Talut Sungai Code sepanjang 50 meter yang berada di RT 59 RW 18 Prawirodirjan Gondomanan, ambrol pada Rabu (5/12), sekira pukul 05.30.
Melalui pengamatan Tribun Jogja, terdapat 4 bangunan yang terdampak langsung atas ambrolnya talut tersebut.
Bangunan itu meliputi 1 balai pertemuan, 2 warung, dan 1 tempat tinggal warga.
Penghuni rumah terdampak talut ambrol, Sukandar (61) dan Sumiyati (59) tampak masih berada di rumahnya meski terdapat garis polisi yang melintangi rumahnya.
Keduanya mempersilahkan Tribun Jogja saat hendak melihat langsung bagian rumah yang ikut runtuh bersama talud.
Baca: Talut di Sungai Code di Kampung Prawirodirjan Ambrol
"Tadi pagi (kemarin,red) jam setengah enam, saya mau masak air. Tiba-tiba ada bunyi gemuruh dan setelah saya lihat ternyata talutnya ambrol," beber Sukandar sembari menunjukan bagian belakang rumahnya yang rusak.
Tak hanya batu bata yang kini nampak berserakan di bawah bersebelahan dengan arus sungai, namun juga keranjang kayu serta beberapa atap asbes yang juga ikut terperosok ke bawah bersama material talut.
"Padahal tadi malam (kemarin,red) tidak hujan. Tapi di atas (Sleman,red) yang hujan. Sampai airnya tinggi dan arusnya deras. Tapi ambrolnya memang baru pagi ini," terangnya.
Seolah tak khawarir dengan posisi tempatnya berpijak yang juga berada di tepi talut, Sukandar mengatakan bahwa dirinya sementara ini akan tetap berjaga-jaga di sana.
Sementara sang istri, mengungsi di rumah saudara yang juga berada tak jauh dari tempat tinggalnya sembari membawa beberapa surat penting yang dimilikinya.
"Padahal saat lahar dingin yang banyak dulu, airnya tidak pernah meluap dan talutnya juga baru kali ini ambrol," imbuh aang istri.
Baca: Padat Karya Infrastruktur Selesaikan Talut Gajah Wong Sepanjang 28 Meter
Sukandar mengakui, tempat tinggal yang ia tempati saat ini berada di atas area Sungai Code.
Posisi rumahnya lebih menjorok ke dalam dari garis sempadan sungai yang menjadi jalanan depan rumahnya.
Ia membangun dan menempati rumah tersebut sejak 1959 dengan total penghuni sejumlah 6 orang.
"Dulu ini pengairan. Sungainya sampai sini. Lalu dibuat tempat tinggal. Dulu enam orang. Sekarang tinggal berdua, saya sama istri," imbuhnya.
Sukandar pun menunjuk tumpukan pasir yang berada di bagian tengah Sungai Code yang tampak seperti pulau.
Ia menjelaskan bahwa dulu aliran Sungai Code lancar.
Tak ada halangan di sisi tengah sungai sehingga aliran air bisa lurus.
Baca: Ratusan Mahasiswa STIE IEU Yogyakarta Bersihkan Sampah di Sungai Code
"Itu kan pasir hasil bersih-bersih pasir yang ada di bagian tepi sungai lalu dibuang ke tengah. Jadinya begitu. Lalu ketika arusnya datang, air tidak bisa lewat tengah makanya langsung kena bagian tepi sini," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua RW 18, Wikan Eko Pramuji (57) menjelaskan bahwa beberapa warga yang berada di sepanjang talud yang ambrol tersebut mengungsi di rumah saudara yang berada di satu wilayah.
"Ini bangunannya beberapa untuk warung. Ada warung buah dan makanan. Lalu ada juga tempat tinggal," jelasnya.
Ia menyebut bahwa lokasi bangunan tersebut seluruhnya berada di atas sungai.
"Dulunya kali sampai sini, di sana pasir. Sebelumnya memang kosong lalu sekitar tahun 80-an penuh dengan bangunan," ucapnya.
Ia pun mengatakan bahwa untuk sementara ini, ia meminta warganya untuk berjaga-jaga hingga malam untuk dapat selalu siaga ketika hujan turun maupun aliran sungai mulai deras dan tinggi.(TRIBUNJOGJA.COM)