Bantul
Ada 195 Perempuan dan Anak di Bantul Jadi Korban Kekerasan
Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bantul masih terbilang cukup tinggi.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bantul masih terbilang cukup tinggi.
Hingga saat ini tercatat sudah ada puluhan perempuan dan anak telah menjadi korban kekerasan.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak Dinsos P3A Bantul, A Diah Setiawati SH MHum, mengatakan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di kabupaten Bantul tercatat ada 195 orang.
Jumlah tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya, 2017, yang tercatat 167 korban.
Kekerasan itu, menurutnya menyasar pada korban anak perempuan sebanyak 157 orang, dan anak laki-laki ada 38 orang.
Baca: Kekerasan Psikis pada Anak Bisa Berdampak Buruk
"Kekerasan yang diterima bermacam-macam, bisa berupa pencabulan, pemerkosaan ataupun kekerasan fisik," katanya, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (03/12/2018)
Dari 195 korban kekerasan, dijelaskan Diah terbagi kedalam beberapa usia.
Meliputi usia anak 0-13 tahun tercatat ada 75 anak.
Terdiri dari laki-laki sebanyak 31 anak dan perempuan, ada 44 anak.
Sementara itu untuk usia remaja tahap kedua, kisaran usia 24 tahun, yang menjadi korban kekerasan, tercatat ada 19 remaja. Terdiri dari 17 perempuan dan 2 laki-laki.
"Jangan dikira hanya perempuan saja yang menjadi korban. Laki-laki juga bisa menjadi korban kekerasan," terangnya.
Semua korban kekerasan itu, menurut Diah, menyasar pada lintas jenjang sekolah.
Ada yang lulusan sekolah dasar sebanyak 34 anak, sekolah menengah pertama 64 anak dan ada juga sekolah lanjutan tingkat atas, sebanyak 15 anak.
Di kabupaten Bantul juga tercatat ada anak diffabel yang menjadi korban Kekerasan. "Ada satu orang," katanya.
Berani Melapor
Kenaikan jumlah korban kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Bumi Projotamansari, menurut Diah, bisa disebabkan karena sejumlah faktor.
Baca: Kekerasan Seksual Anak dengan Anak di Kota Yogyakarta Tinggi
Jumlahnya meningkat bisa dikarenakan jumlah kekerasan di Bantul memang meningkat. Namun bisa juga karena faktor gencarnya sosialisasi yang telah dilakukan oleh pemerintah bersama stakeholder lainnya.
Sehingga, membuat korban memiliki kecenderungan untuk melaporkan kekerasan yang dialami.
"Selama ini kan yang terindikasi korban pelecehan banyak yang tertutup, diam dan menganggap itu adalaha aib. Padahal tidak. Sehingga kita terus lakukan sosialisasi," ujar dia.
Bersama dengan forum perlindungan perempuan dan anak, satgas PPA, Komite Kesejahteraan dan Perlindungan Anak (KKPA) dan Perlindingan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), Diah mengaku rutin menggelar sejumlah program. Termasuk pelatihan dan sosialisasi.
"Target utamanya, korban tidak lagi merasa takut untuk melaporkan, apabila terjadi kekerasan terhadap dirinya," terang dia.(TRIBUNJOGJA.COM)