5 Fakta Unik yang Terselip di Tengah Kemegahan Candi Borobudur : Dari Relief Hingga Kisah Manohara

megahnya candi yang terbangun dari 2 juta blok batu andesit ini masih menyisakan fakta-fakta unik menarik yang jarang diketahui publik.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo
Panil relief kisah Manohara, pasangan Pangeran Sudhana di teras Rupadhatu atau tingkat dua Candi Borobudur 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Candi Borobudur adalah situs Warisan Dunia (World Heritage) yang ditetapkan oleh UNESCO pada 1991. 

Kebesarannya diperkokoh tahun lalu (1 Oktober 2017) ketika UNESCO juga menetapkan arsip pemugaran Candi Borobudur (1973-1983) sebagai Memory of The World.

Bagi pariwisata Indonesia, Candi Borobudur adalah destinasi andalan kedua setelah Pulau Bali. Sebagai bangunan Buddhis terbesar di tanah air, pesona Candi Borobudur memang tiada duanya. 

Benarkah Ada Jam Raksasa di Candi Borobudur?

Namun demikian, megahnya candi yang terbangun dari 2 juta blok batu andesit ini masih menyisakan fakta-fakta unik menarik yang jarang diketahui publik. 

Hipotesa Penelitian Nieuwenkamp Tentang Candi Borobudur yang Menggemparkan Pada Masanya

Anda ingin tahu lebih banyak tentang sisi lain Candi Borobudur dan kisah yang jarang dipublikasikan? Beginilah lima fakta unik di antara kemegahan candi dari abad 9 Masehi itu.

1. Sedan Holden Kingswood

Mobil Holden Kingswood yang jadi kendaraan dinas Pimpro Pemugaran Candi Borobudur 1973-1983, Prof Dr Ir Soekmono di kompleks Balai Konservasi Borobudur
Mobil Holden Kingswood yang jadi kendaraan dinas Pimpro Pemugaran Candi Borobudur 1973-1983, Prof Dr Ir Soekmono di kompleks Balai Konservasi Borobudur (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Sedan besar buatan perusahaan Australia berwarna hijau tentara ini terpajang di sisi selatan komplek Balai Konservasi Borobudur di dalam area candi. Pelat nomernya masih berwarna merah AA 9504 SB. 

Kondisinya sebagian sudah berkarat, cat bodinya mengelupas. Inilah kendaraan dinas yang dipakai Ir Soekmono, pemimpin proyek pemugaran Candi Borobudur pada 1973 hingga 1983. 

"Itu mobil yang dipakai pimpro pemugaran Borobudur, Ir Soekmono," kata Yudi Suhartono, Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur, Minggu (18/11/2018). 

Lokasi ini terbuka dikunjungi warga, tentu seizin pihak Balkon Borobudur yang satu lokasi dengan komplek Hotel Manohara. Mobil dinas itu dipajang sebagai bagian sejarah mahakarya konservasi Borobudur selama 10 tahun. 

Holden didirikan 1856 sebagai produsen pelana di Australia Selatan. Pada 1908, Holden berubah menjadi produsen mobil, sebelum akhirnya menjadi anak perusahaan dari General Motors (GM) pada 1931. 

Namanya diubah menjadi General Motors-Holden's Ltd, dan lalu berubah lagi menjadi Holden Ltd pada tahun 1998. Nama yang sekarang digunakan, mulai dipakai pada 2005. 

Holden Kingswood yang jadi kendaraan dinas pimpro pemugaran Borobudur diproduksi pada 1971 dengan seri awalnya Holden HQ. Holden Monaro menjadi seri pembaruan Holden HQ.

Mobil Holden Kingswood ini posisi setir di kanan, sama dengan kendaraan roda empat umumnya di Indonesia.

2. Arca Buddha Unfinished Stupa Induk 

Patung Buddha (unfinished) dari stupa induk Candi Borobudur. Arca itu diletakkan di luar Museum Karmawibhangga
Patung Buddha (unfinished) dari stupa induk Candi Borobudur. Arca itu diletakkan di luar Museum Karmawibhangga (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Arca Buddha ini ditempatkan di lokasi terbuka di samping Museum Karmawibhangga. Museum ini terletak di sebelah utara/timur laut Candi Borobudur, dekat pintu keluar dan area kaki lima serta parkir. 

Arca ini sesungguhnya sangat istimewa karena menurut riwayatnya ditemukan tertimbun tanah di stupa induk candi. Stupa induk yang menjadi puncak candi sekarang ini berarti dalamnya ruang kosong.

Posisinya yang di dalam stupa induk menunjukkan betapa pentingnya sosok Buddha yang digambarkan sedang dalam posisi tangan kanannya mudra bhumisparsa mudra (mudra menyentuh bumi.

Patung Buddha ini memang cacat atau sengaja dibuat cacat. Bahasa kerennya unfinished atau tidak rampung dikerjakan. Masih sangat kasar, namun sosoknya mudah ditafsirkan sebagai Buddha. 

Dikutip dari Wikipedia, pada 1907-1911, Theodore Van Erp memimpin pemugaran Borobudur. Ia menemukan stupa induk yang kosong, dan ternyata di dalamnya terdapat patung unfinished Buddha yang tertimbun tanah. 

Karena tidak ada bukti yang meyakinkan mengenai asal-usulnya, Van Erp meletakkannya di bawah pohon kenari di halaman candi. Ia meyakini bahwa patung tersebut adalah patung gagal yang diafkir. 

Pendapat Van Erp didukung Prof Soekmono (1973), yang juga mendasarkan keyakinannya pada saat penemuan Borobudur di era Raffles pada 1814, yang tidak menyebutkan penemuan patung cacat tersebut.

Namun, tindakan Van Erp dikritik beberapa arkeolog yang berpendapat seharusnya Van Erp mengembalikan patung tersebut ke dalam stupa. 

Menurut Bernard Kempers, arca tersebut memang disengaja untuk tidak diselesaikan pembuatannya, dan berdasarkan catatan China tahun 604 M, di India pernah terdapat patung Buddha cacat seperti itu.

Pada tahun 1994, Prof. Soekmono menulis jurnal arkeologi yang menyatakan pada 1973 ia tidak mengembalikan patung Buddha yang tidak sempurna ke dalam stupa utama.

Alasannya, mereka harus melubangi stupa yang sudah ditutup Van Erp. Hal tersebut bertentangan spirit rekonstruksi. Ia yakin "arca cacat" itu memang letaknya di dalam stupa utama. 

3. Relief Misterius Karmawibhangga

Pengunjung menyaksikan foto Kassian Chepas, mendokumentasikan salah satu panil misterius relief Karmawibhangga di Museum Karmawibhangga Borobudur
Pengunjung menyaksikan foto Kassian Chepas, mendokumentasikan salah satu panil misterius relief Karmawibhangga di Museum Karmawibhangga Borobudur (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Bagian kaki Candi Borobudur ini nyaris sepenuhnya tertutup. Tidak akan banyak yang tahu jika fotografer pribumi pertama Kassian Chepas, tidak mendokumentasikan secara utuh panil-panil relief Karmawibhangga ini. 

Juga tidak akan banyak yang bisa menikmati relief aslinya secara terbuka jika seorang perwira tinggi Jepang tidak penasaran terhadap misteri lantai ini. 

Perwira Jepang saat balatentara Nipppon berkuasa di Jawa itu meminta pojok tenggara lantai Karmawibhangga dibongkar. Ia ingin melihat langsung seperti apa misteri di lantai itu.

Itulah bagian panil relief Karmawibhangga yang terbuka hingga saat ini. Bagian lantai ini ditemukan pada 1885 oleh seorang Belanda bernama JW Izzerman. Tadinya dinding ini tertutup rapat oleh ratusan ribu blok batu. 

Misteri mengapa bagian itu dikubur oleh para pembangun Borobudur, tak sepenuhnya terpecahkan. Belum ada kesatuan pendapat di kalangan ahli sejarah dan arkeolog masa klasik Jawa. 

Ada yang menyebut lantai dan dinding kaki candi itu terpaksa ditutup karena begitu banyaknya mengandung visualisasi konten sadis, porno, dan kehidupan bebas ala rakyat strata terbawah di kalangan Jawa Kuno masa itu. 

Pendaopat kedua, dinding dan lantai kaki candi itu ditutup dengan blok batu selebar 15 meter karena muncul bahaya tubuh candi longsor atau bergesar. Karena itu secara teknis kaki candinya harus diperkuat. 

Penguatan kaki candi itu mengorbankan dinding yang berisi 163 panil relief Karmawibhangga. Dilihat dari foto-foto dokumentasi Cephas, sebagian panil relief itu unifinished alias belum rampung pemahatannya. 

Sebagian foto utama relief yang terkubur bisa disaksikan di Museum Karmawibhangga. Foto-foto Kassian Chepas juga dikoleksi Museum Amsterdam. 

4. Oker yang Mengubah Warna Relief 

Jasa Theodore van Erp yang merekonstruksi Candi Borobudur pada 1907, setelah ditemukan di masa Stamford Raffles beberapa tahun sebelumnya, patut diapresiasi. Upaya itu meletakkan pondasi yang sangat kuat bagi pemugaran bangunan itu secara menyeluruh pada 1973-1983. 

Namun upaya Van Erp itu juga meninggalkan jejak penting yang sangat disesalkan sebagian kalangan. Jika Anda melihat langsung relief di Candi Borobudur, ada perbedaan menyolok di antara panil-panil relief di berbagai tingkatan. 

Yaitu perbedaan tajam warna asli dan setelah dipoles Van Erp. Saat pertama kali memugar candi ini, Van Erp menggunakan bahan Ochra atau Oker sebagai pewarna dinding.   

Oker dibuat dari bahan alam yang mengandung mineral dengan warna tertentu yang dicampur dengan tanah liat dan campuran lainnya. Warna oker umumnya berkisar antara kuning, jingga, dan cokelat.

Alasan Van Erp waktu itu, bahan ini dipakai supaya warna reliefnya lebih cerah sehingga dapat difoto dengan lebih baik. Teknologi fotografi saat itu belum bisa dengan baik merekam objek yang gelap. 

Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahan tersebut berfungsi sebagai konsolidan untuk menguatkan material batu candi yang mulai rapuh. Lapisan warna ini sebagian masih bertahan hingga saat ini sehingga mengurangi nilai estetika.

Jika Anda jalan-jalan mengelilingi dinding Borobudur, maka pasti akan sering menemukan relief yang berwarna kuning cokelat, dan tidak hitam seperti aslinya batu andesit. Itulah efek penggunaan Oker pada masa Van Erp. 

5. Kisah Tragis Romantis Manohara 

Panil relief kisah Manohara, pasangan Pangeran Sudhana di teras Rupadhatu atau tingkat dua Candi Borobudur
Panil relief kisah Manohara, pasangan Pangeran Sudhana di teras Rupadhatu atau tingkat dua Candi Borobudur (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo)

Menyelami kemegahan dan kisah eksotik Candi Borobudur harus bermodal kesabaran tinggi. Penjelajahannya pun juga harus benar arahnya, sehingga cerita demi cerita dari tingkat dasar sampai puncak bisa diketahui. 

Setelah tingkat dasar ditutup atau dikubur kembali, teras kedua yang kerap disebut Rupadhatu, menggambarkan berbagai cerita luar biasa. Salah satunya kisah tentang Manohara, bidadari jelita yang kelak jadi istrinya Pangeran Sudhana, perwujudan tokoh sentral Buddha.

Cerita Manohara menggambarkan udanakumaravada, yaitu kisah perkawinan Pangeran Sudhana dengan bidadari Manohara. Karena berjasa menyelamatkan seekor naga, seorang pemburu bernama Halaka mendapat hadiah laso dari orang tua naga. 

Pada suatu hari Halaka melihat bidadari mandi di kolam, dengan lasonya berhasil menjerat salah seorang bidadari tercantik bernama Manohara

Oleh karena Halaka tidak sepadan dengan Manohara, maka Manohara dipersembahkan kepada Pangeran Sudhana, meskipun ayah Sudana tidak setuju. Ayah Sudhana ini pernah bermimpi tahtanya akan direbut sang anak. 

Karena itu atas bisikan penasehatnya, ayah Sudhana meminta ada bangsawan yang harus dikorbanan. Sosok yang dipilih tak lain Manohara

Banyaknya rintangan tak dapat menghalangi pernikahan Sudhana dengan Manohara. Cerita Awadana mengisahkan penjelmaan kembali orang-orang suci, di antaranya kisah kesetiaan raja Sipi terhadap makhluk yang lemah. 

Seekor burung kecil minta tolong raja Sipi agar tidak dimangsa burung elang. Sebaliknya burung elang minta raja Sipi menukar burung kecil dengan daging raja Sipi. 

Setelah ditimbang ternyata berat burung kecil dengan raja Sipi sama beratnya, maka raja Sipi bersedia mengorbankan diri dimangsa burung elang. 

Pesan moralnya, seorang pemimpin harus berani mengorbankan dirinya untuk rakyat kecil dan semua makhluk hidup.(Tribunjogja.com/xna) 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved