Tol Bawen Yogyakarta
Jalan Tol Bawen Yogyakarta untuk Genjot Sektor Pariwisata, Begini Penjelasan Ganjar Pranowo
rencana pembangunan jalan tol Bawen Yogyakarta tidak lepas dari kepentingan masyarakat. kehadiran jalan tol dimaksudkan untuk menumbuhkan sektor pariw
Namun, alasan tersebut disangkal oleh Ganjar Pranowo.

Ia mengaku telah melakukan pengecekan terkait hal-hal yang bisa menghambat pembangunan tol tersebut.
Seperti untuk faktor kegempaan, pihaknya sudah berbicara dengan pakar geologi dan tak benar adanya potensi gempa tersebut.
Terkait lahan subur yang dapat tergusur, pihaknya mengatakan sebagian besar adalah lahan tadah hujan, dan sedikit lahan subur.
"Catatannya kemarin itu , satu karena faktor kegempaan ternyata setelah dicek, tidak benar. Kedua soal lahan subur, ternyata lebih banyak lahan tadah hujannya. Ketiga untuk alternarif kereta api belum ada projek atau dorongan kita memakai itu. Jadi yang sudah ada kita kerjakan dulu," ujar Ganjar.
Rencana pembangunan proyek Jalan Tol Bawen-Yogyakarta ini juga mendapat dukungn dari Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Ada beberapa alasan mendasar kenapa DPR RI mendukung proyek pembangunan proyek Jalan Tol Bawen-Yogyakarta.
DPR RI menilai pembangunan jalan tol di Yogyakarta sangat penting dan perlu dilanjutkan untuk mendukung konektivitas perhubungan darat dari adanya bandara baru internasional di Temon, Kulon Progo.
Dukungan DPR RI
Anggota Komisi V DPR RI, Idham Samawi mengatakan, dari paparan pihak PT Angkasa Pura I dan PT Pembangunan Perumahan-KSO (PP-KSO), diketahui bahwa NYIA akan mampu menampung penumpang hingga 14 juta orang secara umum atau 20 juta orang pada kapasitas puncaknya.
Hal itu akan membawa impact berupa semakin terbukanya jalur penerbangan langsung (direct flight) semisal dari Sidney, Tokyo dan lainnya tanpa harus transit terlebih dulu di Bali ataupun Jakarta.
Komisi V menilai rencana pembangunan jalan tol Bawen-Yogyakarta perlu dilanjutkan untuk mendukung konektivitas dan kelancaran transportasi darat tersebut.
Hal itu disebut Idham sebagai program yang konkrit, jangan sampai terjadi ketika pesawat sudah bisa langsung landing tanpa harus lewat Bali atau Jakarta tapi justru ada masalah di perjalanan daratnya.
Misalkan terkait perhubungan darat dari lokasi bandara menuju area kota atau tujuan wisata.
"Penerbangan dari Bali ke Yogyakarta itu hanya satu jam. Kalau perjalanan daratnya malah sampai dua jam, sama saja omong kosong. Komisi V sepertinya sepakat semua, menilai proyek tol ini harus jalan terus,"kata Idham di sela kunjungan spesifik Komisi V ke proyek pembangunan NYIA di Temon, Jumat (26/10/2018).(rbt/rfk/ing/tribunjogja)