Bantul

Drama Kolosal Resolusi Jihad Mbah Hasyim Asy'ari Dipentaskan pada Peringatan Hari Santri Nasional

Drama kolosal perjuangan santri ini diperankan oleh 100 santri dari Pondok Pesantren Krapyak.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Pentas drama kolosal resolusi jihad Mbah Hasyim Asy'ari dalam peringatan Hari Santri Nasional di Lapangan Trirenggo, Bantul Minggu (21/10/2018) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Peringatan hari santri nasional di Kabupaten Bantul berlangsung meriah.

Ribuan santri dari perwakilan berbagai Pondok Pesantren dan Madrasah se-kabupaten Bantul memadati lapangan Trirenggo, Bantul, Minggu (21/10/2018).

Baca: Apel dan Kirab Budaya Hari Santri Nasional di Lapangan Trirenggo Bantul

Menariknya, sebelum apel peringatan hari santri nasional dimulai, kegiatan diawali dengan pementasan drama kolosal resolusi jihad Mbah Hasyim Asy'ari.

Dari pantauan Tribunjogja.com, drama kolosal perjuangan santri ini diperankan oleh 100 santri dari Pondok Pesantren Krapyak.

Mereka tampil memukau, menceritakan semangat perjuangan kaum santri mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Drama resolusi jihad berlangsung cukup dramatis.

Setiap segmen diperagakan oleh santri dengan apik.

Iringan musik dan properti khas jaman penjajahan menambah pentas itu semakin menarik.

Produser drama kolosal, Pingitan, mengatakan drama kolosal resolusi jihad sengaja dipentaskan dihadapan ribuan santri untuk menceritakan sejarah yang sesungguhnya.

Mengingat, hari ini sejarah mengenai resolusi jihad , kata Pingitan, tampak tidak jelas atau terkesan abu-abu.

Terutama dengan munculnya nama Bung Tomo seakan-akan sebagai pahlawan kala itu.

Padahal, masih menurut Pingitan, Bung Tomo adalah seseorang yang diutus oleh Mbah Hasyim untuk menyebarkan warta tentang resolusi jihad.

"Inisiator atau pelaku utama sejarah perjuangan tetap Mbah Hasyim Asy'ari," tuturnya, kepada wartawan, Minggu (21/10/2018)

"Sejarah ini yang perlu kita luruskan. Supaya santri-santri mengerti arti perjuangan dan menjaga Indonesia," imbuh dia.

Menurut Pingitan, lahirnya 10 November yang saat ini diperingati sebagai hari pahlawan nasional, tidak lepas dari serangkaian peristiwa resolusi jihad tanggal 22 Oktober yang diinisiasi oleh Mbah Hasyim Asy'ari.

Baca: Peringati Hari Santri Nasional, Ketua PCNU Yogya Tak Ingin Santri Dipandang Jadi Golongan Pinggiran

Kala itu Negera Indonesia yang baru saja merdeka mencapai titik kebuntuan.

Sebab itu, kata Pingitan, atas saran dari Panglima Besar Jenderal Sudirman, presiden Bung Karno diminta sowan (menghadap) ke Mbah Hasyim Asy'ari untuk meminta nasihat atau fatwa.

Mbah Hasyim kemudian memimpin pertemuan ulama setanah Jawa dan Madura.

"Hingga kemudian lahirlah resolusi jihad itu," kata Pingitan.

Sumber sejarah yang digunakan untuk menceritakan drama kolosal perjuangan kaum santri ini, diakui Pingitan diambil dari bukunya Agus Sunyoto berjudul Fatwa dan Resolusi Jihad. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved