Yogyakarta

Fajar Nugros : Sutradara Itu Pencerita, Tekun, Sabar dan Wujudkan dalam Kualitas Karya

Skill merupakan kunci bagi para sineas muda yang ingin menggeluti dunia perfilman khususnya sebagai sutradara.

Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
Instagram/fajarnugrs
Sutradara film Fajar Nugros 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sebagai Sutradara asal Kota Gudeg, Fajar Nugros dikenal sebagai sutradara yang memegang prinsip 'karya terbaik' disetiap produksi film yang ia garap.

Profesinya menuntut sebuah kepercayaan dari produser maupun penonton.

Baca: Keceplosan Sebut Judul Avengers 4, Mark Ruffalo Dipecat Sang Sutradara?

Hal ini linier, jika film yang digarap bagus maka penonton suka, produser percaya dan profit pun mengikuti.

Itulah yang menjadi kunci Fajar Nugros menjalankan profesinya sebagai satu diantara pria bertalenta dalam dunia perfilman di Indonesia.

Fajar terkenal dengan karya-karyanya yang bisa dibilang cukup produktif, karya dan idenya selalu unik.

Seperti yang ia lakukan dalam film Jakarta Undercover (2016), pria pecinta miniatur kereta api ini berani mengambil risiko, menyorot kehidupan malam ibukota yang gemerlap.

Di tahun 2018, Fajar menyutradarai film biopik yang mengajak penonton menyeka airmata melihat perjuangan Onggy Hianata.

"Industri film itu berbasis kepercayaan. Kamu sebagai sutradara dipercaya atau tidak buat film itu. Kalau dipercaya ya dikasih biaya, kalau enggak ya enggak dibiayai sama produser," katanya saat ketika berbincang dengan Tribunjogja.com belum lama ini.

Menurutnya sutradara dan produser haruslah memiliki simbiosis yang mutualisme.

Jika karya sang sutradara bagus, maka kepercayaan akan datang dengan sendirinya.

Hal itu berimbas anggaran pembiayaan film.

"Kalau film laku atau enggak itu tergantung promosi, tapi yang penting adalah karyanya bagus dulu," jelasnya lagi.

Menurutnya, skill juga merupakan kunci bagi para sineas muda yang ingin menggeluti dunia perfilman khususnya sebagai sutradara.

Untuk meyakinkan investor agar mau membiayai proses pembuatan film, baginya seorang sineas harus memiliki kemampuan atau skill yang mumpuni.

Hal tersebut yang mengantarkan sineas mudah menggaet produser atau investor.

"Bersyukur, sekarang di Yogyakarta itu banyak bioskop. Dulu, tahun saya di sini, tak ada satupun bioskop. Empire waktu itu kebakaran. Jadi, saya dulu kalau mau nonton film ya dari film indie yang diputar komunitas-komunitas," ungkap Fajar.

Baca: Sutradara Dipecat, Disney dan Marvel Tunda Produksi Film Guardian of the Galaxy Vol. 3

Banyaknya bioskop menurutnya jangan malah membuat anak-anak muda Yogyakarta terlena.

Justru kemajuan teknologi inilah yang harus menjadi cambuk bagi pemuda untuk berkarya dan menghasilkan sineas yang lebih banyak dan lebih baik lagi dibanding pendahulunya.

"Di Yogyakarta ada juga festival besar seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), bioskop juga banyak. Jadi, anak muda di sini harus bisa lebih hebat, tekun dan sabar. Coba untuk menulis dulu. Kalau tulisannya sudah bagus, bisa pindahkan tulisan ke medium audiovisual. Jadi sutradara itu kan pencerita, yang punya visi, soal teknis ya serahkan ke yang profesional," pungkasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved