Apa Itu Likuifaksi ? Ini Penjelasan Fenomena 'Membuburnya' Daratan di Palu Akibat Gempa Dahsyat

fenomena ini terjadi ketika kekuatan rekat atau daya kohesifitas sedimen yang tidak kompak di zona jenuh air menghilang

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Digital Globe | Dongen Geologi [GEOLOGI.CO.ID]
likuifaksi saat gempa Palu 

Dari pemotretan satelit Digital Globe terbaru di wilayah Petobo, sekaligus dibandingkan sebelum dan sesudah gempa 28 September 2018, dampaknya memang sangat mengerikan. Separo wilayah Petobo bergerak, berubah, dan dihempas likuifaksi

Dari posisinya, wilayah ini berada di jalur padat penduduk karena terletak di sepanjang Jalan HM Soeharto, jalan raya dari Kota Palu menuju bumi perkemahan Ngata Baru, pasar dan terminal Bulili di Palu Selatan. 

Pergerakannya dari timur ke barat yang dipengaruhi kontur Petobo yang menurun ke arah barat di lembah Palu. Menurut Rovicky, jenis litologi sedimen lembah Palu ini berupa pasir lempung. 

"Jika dilihat dari foto satelit, ini tipe likuifaksi siklik di daerah bermorfologi landai," kata geolog lulusan UGM ini. 

Dilihat dari kondisi terkini dan melihat peta geologinya, menurut Lesto daerah terdampak itu sudah tidak aman lagi untuk area permukiman.

Jejak Gempa Dahsyat yang Meluluhlantakan Wonosobo

Pegiat mitigasi kebencanaan yang bekerja partikelir ini juga mengingatkan, selain sesar Palu-Koro, ada sesar Sapu dan sesar Matano di Sulawesi Tengah, yang tidak kalah berbahaya. 

Dua zona itu terpantau sangat aktif bergerak. "Matano Fault bergerak ke kiri mendesak ke arah Palu-Koro. Demikian pula sesar Sapu bergerak menyamping. Jika tiga patahan ini bertabrakan, potensial terjadi gempa kuat," papar warga Purwomartani ini. 

Ingin Sumbang Bantuan ke Palu? Ini 12 Kebutuhan Mendesak untuk Korban Gempa

Sedangkan menurut Rovicky, wilayah di Palu dan Sigi yang terkena likuifaksi di zona patahan, sebaiknya tidak lagi dijadikan zona permukiman permanen. Rekomendasinya, jadi ruang terbuka hijau. 

Jika didirikan bangunan, sebaiknya tidak permanen dan dengan rekayasa teknik sguna mengurangi dampak kebencanaan. 

Namun, menurut Rovicky, ini perlu survei langsung dan pemetaan lapangan sejak dini, mengingat peristiwanya baru saja terjadi, dan singkapan-singkapan batuannya masih mudah diamati.(Tribunjogja.com/xna) 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved